Management Trends zkumparan

Akuntan Harus Beradaptasi di Era Digital

Webinar bertajuk Global Issues for Finance Professional.

Kemajuan teknologi digital membawa perubahaan pada pekerjaan pada manusia dan proses di berbagai bidang profesi, termasuk profesi akuntan. Para akuntan di era digital kini dinilai perlu menguasai data non-keuangan seperti data analisis, informasi teknologi serta kemampuan kepemimpinan.

Dalam webinar yang bertajuk “Global Issues for Finance Professional” yang diselenggarakan oleh ACCA Indonesia, LSAF (London School of Accountancy and Finance) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Gde Yoga Prawita, Associate Director M&A – Strategy Transaction Ernst & Young Indonesia menjelaskan sebagai akuntan harus terus meningkatkan pengetahuannya mengenai akuntansi dan isu-isu apa saja yang sedang hangat saat ini.

“Selain menyiapkan laporan keuangan, seorang akuntan juga harus bisa mengaudit dan mengetahui isu terbaru seputar akuntansi. Untuk itu anda bisa mengikuti program dari ACCA atau bisa juga mengikuti program Magister dari University of London tersebut,” kata Yoga.

Hani Karunia, Head of ACCA Indonesia menambahkan ACCA bersama Ikatan Akuntan Indonesai (IAI) telah mempersiapkan Akuntan Profesional untuk mampu merespons perubahan bisnis di era ekonomi digital.

“Kami berkomitmen untuk mengedepankan standar profesionalisme, etika dan tata kelola, serta meningkatkan peran masyarakat untuk mendukung pengembangan profesi akuntan di Indonesia melalui peningkatan kemampuan akuntan Indonesia,” kata Hani.

Adapun, ACCA didirikan pada tahun 1904 di Inggris adalah badan akuntansi professional global yang menawarkan kualifikasi Akuntan bersetifikat Chartered. Di Indonesia, ACCA telah hadir sejak 2013. Saaat ini ACCA telah memiliki total 700.000 anggota dan pelajar di 178 negara. Sejauh ini, ACCA melalui LSAF (London School of Accountancy and Finance) di Indonesia juga mengadakan program studi ACCA, akuntansi yang berstandar internasional.

ACCA juga menawarkan kuliah berbasis online untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) atau Bsc of Applied Accounting dari Oxford Brookes University – UK serta Magister (S2)/ MSc in Professional Accountancy dari University of London. Walaupun sistem kuliah dengan metode daring tetapi semua ijazah atau sertifikasi yang didapat sama dengan yang didapat bila kita kuliah langsung di UK. Tentunya dengan biaya yang jauh lebih murah.

“Sebagai badan akuntansi profesional terbesar di dunia, ACCA juga memastikan bahwa anggotanya memiliki pengetahuan luas dan kualifikasi kelas dunia. Sehingga para anggota ACCA tak hanya bisa menjadi akuntan profesional tapi juga bisa di bidang lain baik di perusahaan swasta maupun publik,” kata Hani.

CEO and Founder London School of Accountancy and Finance (LSAF) yang merupakan ACCA ALP (Approved Learning Provider) di Indonesia, Manish Gildwani menjelaskan kini pengetahuan teknologi juga wajib dimiliki seorang akuntan. Terlebih dengan globalisasi dan ketatnya persaingan kerja, seorang akuntan diwajibkan memahami aplikasi teknologi dalam bisnis atau didalam praktek kerjanya di kemudian hari.

“Kurikulum ACCA terus mengikuti perkembangan jaman. Kini unsur teknologi sudah masuk ke seluruh kurikulum ACCA” kata Manish.

Dengan memiliki basis kemampuan teknologi dan analisis data yang baik maka perusahaan dapat terbantu untuk menentukan misi perusahaan. Hingga selanjutnya diolah sebagai business strategy dan data strategy yang menghasilkan anayltics decision making. “Manfaatnya maka pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat. Serta perusahaan dapat mengelola risiko yang lebih baik,” jelasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved