Technology Trends

Allure Adopsi AI untuk Mudahkan Konsumen Memahami Karakter dan Kesehatan Kulitnya

Allure Adopsi AI untuk Mudahkan Konsumen Memahami Karakter dan Kesehatan Kulitnya
Varrel Putra Kusuma, Co-Founder dan CEO Allure bersama tiga rekan co-founder yang lain (Muhammad Aditya Hilmy sebagai CTO, Salman Al Farisi sebagai CDO, dan Yasmin Nur Aqila sebagai Head of Science).

Data InsightAce Analytic mengungkapkan bahwa nilai pasar Artificial Intelligence (AI) di kategori kecantikan dan kosmetik mencapai Rp 39 ribu triliun (US$ 27,7 miliar) tahun 2021, dan akan melonjak 5 kali lipat pada 2030, dengan rata-rata pertumbuhan 19,7% per tahun.

Allure, startup beauty tech menangkap potensi ini dengan mengembangkan platform berbasis AI yang mampu menganalisa karakter dan kebutuhan kulit konsumen hanya melalui swafoto, dan kemudian merekomendasikan serangkaian produk perawatan yang paling tepat.

Pemanfaatan AI memungkinkan platform ini memberikan rekomendasi yang lebih personal, sesuai kebutuhan dan selera masing-masing konsumen.

Selama ini masih banyak konsumen yang bingung ketika memilih skincare yang cocok untuk jenis kulit mereka, terutama kaum pria. Mayoritas konsumen kerap membeli produk hanya berdasarkan saran teman atau influencer, padahal karakter dan kebutuhan kulit setiap orang berbeda.

“Allure hadir memberikan solusi berbasis AI untuk membantu setiap orang memahami kebutuhan kulitnya dan mendapatkan produk kecantikan/perawatan diri yang sesuai,” kata Al Varrel Putra Kusuma, Co-Founder dan CEO Allure.

Alllure didirikan oleh Varrel bersama tiga rekan co-founder yang lain (Muhammad Aditya Hilmy sebagai CTO, Salman Al Farisi sebagai CDO, dan Yasmin Nur Aqila sebagai Head of Science).

Cara kerja AI milik Allure dalam mengidentifikasi kebutuhan pengguna cukup cerdas dan mudah. Pada aplikasi, pengguna tinggal melakukan selfie dan mengisi survey yang telah disediakan, lalu secara otomatis sistem Allure akan merekomendasikan produk-produk skincare yang paling cocok dengan profil kulit pengguna.

Monetasi Allure dari solusi B2B yang ditawarkan partner-partner seperti merek kecantikan, ritel, dan e-commerce. Mereka bisa mengintegrasikan teknologi AI tersebut untuk menciptakan pengalaman belanja yang lebih menarik serta personal bagi pengunjung aplikasi mereka.

Bukan hanya B2B, monetasi Allure juga dari layanan B2C. Perusahaan yang didirikan empat alumni ITB ini membidik merek-merek yang sedang berkembang untuk bisa melakukan promosi dalam aplikasi Allure AI yang telah memiliki lebih dari 70 ribu pengguna. Calon pembeli akan mendapatkan rekomendasi produk dan regime skincare yang paling cocok untuk brand partner melalui aplikasi.

Sejauh ini, startup binaan Program Startup Studio Indonesia (SSI) ini telah menganalisa lebih dari 3.500 produk dan 70 ribu swafoto di aplikasi, dengan rata-rata input swafoto sebanyak 10 ribu setiap bulannya. Perkembangan pengguna aplikasi pun mengalami tren positif, yaitu bertumbuh 60% tiap bulannya.

Di bawah binaan Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 4, Allure mendapat program inisiatif Kominfo RI yang bertujuan untuk membantu startup tahap awal agar bisa berkembang dan mencapai product-market fit (PMF) secara berkelanjutan.

“Kami mendapatkan banyak sekali saran dan masukan terkait pengembangan produk dan bisnis di SSI. Ilmu-ilmu ini sangat berharga, terutama untuk kami yang baru menyelesaikan kuliah dan langsung membangun startup. Adanya meeting dan mentoring rutin bisa menjawab semua permasalahan kami dengan cepat, sehingga bisnis dan produk kami bisa terus berkembang berkat ilmu yang didapatkan dari program ini,” ungkap Varrel yang akan mengembangkan solusi AI untuk make-up dan perawatan rambut ke depannya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved