Marketing Trends zkumparan

Angin Segar Industri Film Nasional

‘Jangan rindu, berat. Kau nggak akan kuat, biar aku saja‘, mungkin menjadi kalimat gombalan yang paling eksis belakangan ini. Kalimat yang dilontarkan oleh karakter Dilan di Film Dilan 1990 itu berhasil menyedot perhatian netizen, bahkan perusahaan-perusahaan besar.

Dengan berbagai cara kalimat itu didaurulang menjadi meme yang menggelitik. Perusahaan besar juga banyak yang menggunakan hype Dilan sebagai konten untuk kegiatan marketingnya. Dari banyaknya film Indonesia yang rilis dalam tiga tahun belakangan,film Dilan memang menjadi salah satu yang sukses. Dalam sebulan lebih penayangannya, sudah ada lebih dari 6 juta penonton yang menikmati film yang diangkat dari novel best seller Pidi Baiq itu. Film ini menjadi film dengan jumlah penonton terbanyak kedua dalam 10 tahun terakhir, setelah film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 yang menyedot 6,85 penonton.

Ketua Badan Perfilman Indonesia, Chand Parwez Servia, menyatakan, saat ini merupakan momen kebangkitan film nasional. Selain Film Dilan dan Warkop DKI Reborn, banyak film dalam negeri berhasil mencapai jutaan penonton. Pada 2017, ia mengatakan, jumlah penonton film nasional menembus angka 42,7 juta orang dengan pangsa pasar 35% .Pencapaian tersebut meningkat dibandingkan realisasi jumlah penonton tahun 2016 yang mencapai 37,2 juta dengan pangsa pasar 32%.

Dengan pangsa pasar sebesar 35% itu, dia mengatakan, Indonesia berada di urutan ke 8 dalam eksistensi pencapaian film lokal dibandingkan film impor dari Amerika. Adapun nomor pertama sampai dengan nomer ke-7 berturut-turut ditempati oleh AS dan Kanada dengan pangsa pasar sebesar 93,6% , Jepang (63,1%), China (58,3%), Korea Selatan (53,7%), Turki (53,4%), Argentina (37,2%) dan Perancis (35,8%). “Keberadaan market share film lokal dalam 10 besar ini menunjukan fakta bahwa perfilman Indonesia bertumbuh sehat,” ungkap dia.

Lebih jauh ia merinci bahwa pada tahun 2017 ada sekitar 11 film atau 9,4% dari 119 judul film yang berhasil meraih penonton di atas 1 juta orang. Angka ini naik tipis dari tahun sebelumnya di mana hanya 10 film yang berhasil menjadi box office. Menariknya walaupun secara total jumlah produksi film yang beredar tahun 2017 itu lebih sedikit dibandingkan tahun2016, namun hal itu tidak mengurangi antusiasme masyarakat pergi ke bioskop. Jumlah penonton film lokal malah naik sebesar 15% persen dari 37,2 juta penonton, menjadi 42,7 juta penonton. “Keberhasilan ini tentunya berkat kerja sama yang baik dari stakeholder dalam ekosistem peredaran film Indonesia,” dia menambahkan.

Berdasarkan data yang diolah oleh tim riset SWA, beberapa rumah produksi yang rajin menghasilkan karya-karyanya, antara lain ialah, MD Pictures, Starvision, Screen Play Film,dan Falcon Pictures, dan MVP pictures. Dalam dua tahun ini keenam rumah produksi tersebut merupakan rumah produksi paling produktif dengan menghasilkan sekitar 7 sampai 15 film. Beberapa di antaranya, bahkan langganan mencetak film-film box office, misalnya Falcon Pictures yang berhasil mencetak beberapa film antara lain Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 & 2, Dilan 1990, My Stupid Boss, hingga Comic 8: Casino Kings Part 1&2. Begitu juga dengan , Starvision besutan Parwes, juga menghasilkan beberapa film box office antara lain, Cek Toko Sebelah, Susah Sinyal, Koala Kumal, Get Married hingga XL, Antara Aku, Kau dan Mak Erot.

Seperti diketahui, selain aktif di BPI, Chand merupakan pengusaha dan produser film sekaligus pemilik rumah produksi PT Kharisma Starvision Plus. Memulai karier filmnya diusia sangat belia; membantu kakaknya mengelola bioskop di kota kelahiran mereka, Tasikmalaya. Pada 1987 ia mendirikan Film Festival Bandung dan tahun 1989, Chand menghasilkan film pertamanya: Si Kabayan Saba Kota yang menjadi film paling sukses tahun 1989 serta dinobatkan sebagai Film Komedi Terbaik, Festival Film Indonesia 1990. Tahun 2004 hingga 2007 menjadi Ketua Persatuan Perusahaan Film Indonesia.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved