Management Trends

AR & Co Merajai Jagat Augmented Reality dengan Inovasi

AR & Co Merajai Jagat Augmented Reality dengan Inovasi

Waktu yang diberikan kepada Jeffrey Budiman untuk naik ke panggung penganugerahan Outstanding Corporate Innovator (OCI) 2017 pada sesi berbagi sesungguhnya merupakan waktu yang genting. Pasalnya, Chief Technology Officer AR & Co itu mendapat kesempatan presentasi menjelang pukul 7 malam, sebelum para peserta acara dapat menikmati santap malam di Ballroom Gedung Midplaza II, Jakarta. Bisa dibayangkan kegelisahan hadirin yang harus bersabar menyimak kisah sukses AR & Co seraya menahan perut yang keroncongan. Namun, presentasi yang dipenuhi sajian video dan demo langsung itu mampu membuat peserta melupakan urusan perut mereka. Aneka suguhan berbasis teknologi yang disajikan Jeffrey dan timnya, yang pada malam itu dianugerahi penghargaan sebagai Juara ke-2 OCI 2017, memang memukau.

AR&Co

Jeffrey Budiman, Chief Technology Officer AR & Co.

Berbekal tablet yang dilengkapi teknologi augmented reality (AR), berbagai objek seperti helikopter, ruangan apartemen mewah sampai naga muncul seketika dari potongan kertas yang disorot komputer tablet yang dipancarkan ke layar lebar di atas panggung. Memukau. Tak mengherankan, ketika Jeffry turun panggung usai presentasi, banyak peserta yang merupakan petinggi perusahaan kakap di Indonesia langsung mengerumuninya. Tanpa menghiraukan waktu, mereka menghujani Jeffrey dengan aneka pertanyaan yang kemudian ditutup dengan janji bertemu untuk menjajaki kerjasama lebih lanjut.

Teknologi AR yang disajikan AR & Co memang tengah hit. Dengan teknologi yang penyajiannya kerap menggunakan ponsel pintar dan komputer tablet itu, dunia nyata dan maya seolah melebur menjadi satu-kesatuan yang mencengangkan. Microsoft, Google dan berbagai perusahaan teknologi lain pun berlomba-lomba meramaikan tren melalui aplikasi ataupun gawai terbaru yang dirilis seperti Google Glass, Google Translate dan, teranyar, Microsoft Hololens.

AR & Co, yang tiga minggu silam berganti nama menjadi Slingshot, menggeluti teknologi dan bisnis AR sejak 2009. Anak usaha WIR Group yang dibesut veteran industri branding Daniel Surya dan kawan-kawan itu fokus menggeluti ranah AR. AR & Co pun berkembang pesat dan telah menggarap sekitar 500 proyek di 20 negara. Kliennya mencakup merek besar di berbagai sektor industri, mulai dari teknologi, media, hiburan sampai otomotif dan migas, seperti CNN, Marvel, Honda, Caltex, Frisian Flag, hingga kampanye digital calon presiden Nigeria.

AR & Co yang diawaki seluruhnya oleh talenta lokal Indonesia telah mendaftarkan lima paten dalam daftar PCT (Traktat Kerjasama Paten) yang mencakup 150 negara. “Yang membedakan, kami membuat AR yang bisa diimplementasikan hari ini, bukan sesuatu yang masih bersifat konseptual di masa depan,” kata Jeffrey kepada SWA di markas besar WIR Group di Gedung WIR HUB, Jalan Panjang 70, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Perkembangan pesat AR & Co membuatnya beranak-pinak. Sejak Agustus 2015, AR & Co merilis DAV, media interaktif pertama untuk media placement di ritel-ritel. DAV sejatinya memberikan pengalaman AR bagi orang yang tidak membawa ponsel pintar ataupun tablet. AR & Co merilis DAV yang alatnya ditempatkan di rak-rak pasar modern dan bisa langsung digunakan konsumen. “DAV ini sudah kami bawa ke Filipina, berikutnya ada klien kami dari Jepang, terutama untuk para turis yang tidak bisa berbahasa Jepang,” kata Jeffrey.

Yang terbaru, tahun lalu AR & Co merilis Mindstore, toko modern virtual. Dengan Mindstores, orang bisa memiliki bisnis waralaba toko modern seperti Alfamart tanpa perlu bangunan fisik. Konsumen bisa berbelanja melalui ponsel pintar atau tablet, beberapa waktu kemudian belanjaannya diantarkan. “Sekarang sudah ada 6.000 orang yang membuka Alfamind Store,” ujar Jeffrey.

AR & Co, yang karyawannya berkembang dari 20 menjadi 200 orang, kini memiliki kantor cabang di Singapura, Sillicon Valey, New York, Barcelona dan Malta. Dalam dua tahun terakhir, AR & Co menjadi satu-satunya perusahaan asal Indonesia yang memenangi penghargaan dua tahun berturut-turut di Augmented World Expo. “Ini adalah semacam Oscar-nya AR di Sillicon Valley, AS. Kami menang tahun 2015 dan 2016,” ungkap Jeffrey.

Berbagai produk yang dirilis AR & Co memang inovatif. Di antaranya, buku AR pertama di Barcelona yang mampu meningkatkan penjualan penerbitnya, Saldana, sampai enam kali lipat. Yang lainya, AR tiga dimensi menggunakan kartu untuk produk cemilan anak dari Garudafood dan Sobisco. Ada pula proyek dari sebuah pengembang properti di Malaysia yang mampu menghidupkan kertas brosur biasa menjadi “portal” untuk mengintip seluruh ruang apartemen yang ditawarkan dalam bentuk tiga dimensi, 360 derajat. Termasuk, membuat kampanye AR untuk capres Nigeria. “Untungnya, dia menang. Jadi, kami bisa memasukkan ini sebagai portofolio yang membanggakan, hahaha,” ujar Jeffrey seraya tertawa.

AR & Co menekankan kelestarian bisnis dalam proses kerjanya. Setiap produk dan layanan yang hendak digarap harus melalui berbagai tahapan sebelum diluncurkan atau dikerjakan untuk klien. Prosesnya melalui tiga tahap utama. Pertama, sesi curah pendapat (brainstorming) bersama tim manajemen serta penelitian & pengembangan AR & Co untuk membahas kebutuhan di pasar. Kedua, membahas dan memprediksi aspek monetisasi produk dan skalabilitasnya di masa mendatang; jika lolos, produk tersebut lalu digarap tim litbang. Cetak biru produk yang dihasilkan kemudian diajukan hak patennya, bahkan sampai tingkat PCT. Ketiga, jika semua berjalan lancar, tim litbang membuat produk akhir. Selanjutnya, manajemen menyusun tim produk yang terdiri dari komunikasi sampai pengembangan produk.

Model bisnis AR & Co belakangan kian luas dengan merambah konsumen akhir (B2C), tidak semata konsumen perusahaan (B2B). Salah satu yang sudah berjalan adalah Mindstore. Uniknya, di dalamnya terkandung bisnis B2B sekaligus B2C, yakni dengan pemilik merek serta calon pemilik toko virtual. “Selanjutnya, untuk B2C kami juga akan bekerjasama dengan fans club franchise brand film seperti Harry Potter, Spiderman dan Batman. Model bisnisnya bagi hasil,” ujar Jeffrey.

Jeffrey berharap ekosistem yang mendukung perkembangan AR di Indonesia dan global akan lebih matang. “Kami tidak akan berhenti dengan tiga unit ini saja. Kami akan terus berinovasi,” demikian janjinya.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved