Trends zkumparan

Asuransi Jiwasraya, Terus Berbenah Diri untuk Memperbaiki Kinerja

Jiwasraya

Muhamad Zamkhani, Direktur SDM PT Jiwasraya (Persero)

Sempat terpuruk pada 2008, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) kini mampu bangkit kembali setelah melakukan restruktrisasi dan pembenahan di dalamnya.

Sejak 10 tahun lalu, PT Asuransi Jiwasraya atau Jiwasraya terus melakukan perubahan dan perbaikan semua aspek internal perusahaan. “Perusahaan mulai berbenah sejak 10 tahun terakhir karena memang dulu perusahaan ini tenggelam dan sekarang muncul kembali,” ujar Muhamad Zamkhani, Direktur SDM Jiwasraya memberi penjelasan.

Menurutnya, yang pertama diperbaiki di perusahaan ini adalah aspek finansial dan kemudian membenahi dari aspek human capital (HC). Memang, membenahi aspek HC menjadi faktor kunci kinerja perusahaan bisa terus membaik karena pembenahan ini meliputi mulai dari proses perekrutan karyawan, remunerasi, dan lingkungan kerja. “Nah beberapa hal yang masih terus kami perbaiki adalah setelah karyawan bekerja di perusahaan ini. Dari awal masuk sampai mereka pensiun, jenjang karier, dan kesejahteraannya. Jadi tanggung jawab perusahaan yang paling besar adalah pada saat mereka berkarier di sini,” katanya.

Lalu bagaimana strategi Jiwasraya dalam membangun dua parameter besar seperti dalam survei Empoyer of Choice (EOC), yaitu Engagement (perasaan keterikatan/keterlibatan karyawan) dan Enablement (kemampuan perusahaan untuk memberdayakan karyawannya)? Pertama, Engagement. Sepeti kita ketahui paramater Engagement ini memiliki 6 driver, yaitu clear and promising direction, confidence in leader, quality dan customer focus, respect & recognation, development opportunity, dan pay and benefit.

Dijelaskan Zamkhani, untuk driver pertama dan kedua saling terkait. Memang pemimpin yang confidence bisa memberikan arahan yang jelas perusahaan mau kemana. “Soal gaya kepemimpinan, untuk perusahaan yang sedang dalam proses pemulihan dari sakit berat, maka tidak bisa dipakai gaya kepemimpinan demokrasi. Karena kalau demokratis, yang di bawah kan juga tidak tahu harus kemana dan bagaimana karena kondisi perusahaan sedang proses pemulihan,” ujarnya.

Jadi memang yang tepat adalah kepemimpinan one direction dari atas ke bawah. Dengan demikian, jika team work di perusahaan sudah berjalan, maka mereka yang di bawah bisa diberikan berbagai kewenangan sehingga mereka juga akan ikut berkontribusi dan berpartisipasi memajukan perusahaan.

Sekarang ini, Jiwasraya sedang berusaha menggapai cita-cita besarnya, yakni menjadi nomor satu dalam industri asuransi jiwa. Dari situ jelas, misalnya berapa premi yang harus dicapai, bagaimana kualitas preminya, dsb.

Lalu misi dari perusahaan ini adalah ingin menjadi perusahaan bertaraf internasional. Bukan berarti Jiwasraya harus go international, tetapi parameter-parameter perusahaan bertaraf internasional harus bisa diaplikasikan di perusahaan ini. “Alhamdulillah kami sudah meraih beberapa penghargaan di bidang marketing, untuk CEO dan CFO-nya, serta penghargaan di bidang asuransi jiwa,” cetusnya bangga.

Lalu bagaimana driver ketiga, yaitu quality and customer focus? “ Nah di sini setelah perusahaan mulai bangkit kembali, semua diperbaiki. Misalnya kalau dulu hanya ada humas, sekarang ada marcomm juga. Jadi kami terus berbenah,” katanya. Terkait driver ketiga ini yang terus ditingkatkan dan dibenahi adalah produk, saluran distribusi, dan sistem komunikasi.

Contohnya yang sedang dibenahinya adalah call center yang sangat penting untuk merespon dengan cepat telepon yang masuk, kecepatan menyelesaikan komplain customer, dsb. Selain itu, memanfaatkan media sosial untuk membangun customer engagement. “Sekarang ini yang sedang kami rintis adalah saluran digital untuk produk microinsurance lewat Kiospon, untuk petani, pedagang kecil dan siapapun yang tidak perlu proses yang sulit,” ujarnya memberi contoh.

Kemudian driver keempat, respect & recognation. Saat ini Jiwasraya memiliki Sistem Manajemen Karyawan (SMK). Sistem ini untuk mengukur pencapaian kinerja setiap orang di perusahaan ini. Apakah kariernya bisa naik atau jika tidak bisa mempertahankan kinerjanya, seorang karyawan harus siap diturunkan lagi posisinya.

Di Jiwasraya dihadirkan juga budaya respect dalam konteks saling menghargai di dalam team work. “Saya melihat memang ada beda ya antara di swasta dan BUMN. Tetapi untuk ukuran BUMN, di sini sudah termasuk lebih baik, yaitu tidak terlalu birokratik dan tidak terlalu bebas juga,” katanya. Artinya, semua orang di perusahaan ini bisa mengekspresikan atau menyuarakan pendapatnya, terutama dalam rapat atau forum diskusi. Perusahaan ini sering mengadakan Focus Group Discussion (FGD) sebelum meluncurkan sebuah kebijakan dengan biasanya dibentuk sebuah tim.

Untuk driver kelima, yaitu development and opportunity. Memang diakuinya ke depan dengan semua yang sudah berubah ini, Jiwasraya juga harus mau berubah dengan mengikuti perkembangan, terutama digitalisasi.

Yang terakhir atau driver keenam adalah pay and benefit. Dengan membaiknya perusahaan maka harus bisa memberikan perbedaan dari segi kompensasi antara dulu saat perusahaan sedang berjuang dengan posisi perusahaan sekarang ini. “Kalau dibandingkan dengan 10 tahun lalu, aspek ini (pay and benefit) jauh lebih baik. Jadi total dalam 10 tahun ini sudah naik 200%,” ujar Zamkhani. Namun demikian soal benefit ini memang sudah ada standarnya karena Jiwasraya adalah BUMN.

Kemudian bicara tentang parameter Enablement, juga memiliki 6 driver, yaitu performance management, authority & empowerment, resources, training, collaboration, work, structure, & process. “Dari 6 driver Enablement tersebut, ada beberapa yang sudah terjawab di bagian parameter Engagement. Yang intinya dari sisi Enablement ini, kami memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada karyawan untuk berkreasi dan berinovasi,” ungkapnya.

Ia mencontohkan driver bidang training. Di Jiwasraya, training dilakukan secara berjenjang yang didasarkan pada kebutuhan masing-masing unit dan ada juga yang sifatnya untuk mendukung profesi yang ada di perusahaan ini. “Kami kan butuh profesi aktuaris dan ahli manajemen asuransi. Itu kan ada ujian beberapa modul untuk memperoleh sertifikasi. Kami dorong mereka untuk bisa mengikuti itu. Dan ujiannya bukan 1-2 modul, ada juga yang sampai 10 modul, dan setiap modul hanya ada ujiannya setahun dua kali,” katanya. Selain itu, mereka juga perlu biaya atau perlu les, dsb, maka Jiwasraya akan memfasilitasi semua itu.

Selain itu, pihaknya juga mendorong para karyawan untuk terus berinovasi, terutama untuk membantu produktivitas di dalam unit kerjanya. “Makanya sekarang sedang kami godok, di tahun depan mulai jalan kegiatan pekan inovasi. Dalam kegiatan itu, semua boleh ikut karena kegiatan tersebut menjadi wadah menampung semua ide dan karya inovatif mereka,” cetusnya. Kegiatan itu dibuat dalam rangka mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi masa kini yang serba tidak pasti. “Kami harus cepat membaca dalam waktu 10 tahun lalu dan ke depan industri asuransi jiwa itu arahnya kemana?” katanya.

Untuk itu, perusahaannya terus menyiapkan SDM agar bisa menjawab tantangan yang semakin hari semakin meningkat/sulit. Paling tidak, pihaknya harus menyiapkan SDM untuk 5-10 tahun yang akan datang dengan kondisi atau dinamika bisnis yang berkembang. “Jadi nantinya orang kalau ingat asuransi jiwa ingatnya Jiwasraya. Tapi memang masih ada banyak hal yang masih harus kami lakukan,” ungkap Zamkhani.

Dari semua yang sudah dilakukan Jiwasraya bagaimana hasilnya? “Nah itu yang masih susah untuk kami katakan sudah ada hasilnya, karena ini kan akan terus berproses. Memang sudah mulai dan sudah jalan tapi kami masih mau terus improve. Tapi setidaknya kalau soal koordinasi, sudah jauh lebih baik dibanding beberapa tahun yang lalu,” ujarnya menjelaskan.

Yang pasti, pihaknya merasa bangga kalau Jiwasraya menjadi juara pertama dalam survei EOC 2017 yang dilakukan Hay Group dan SWA. “Tentunya kami bangga, dalam arti karyawan memilih kami dari awal mereka mencari kerja hingga akhirnya diterima bekerja,” ujarnya. Pastinya para karyawan mempunyai harapan besar terhadap perusahaan ini. Dan hal yang paling utama adalah secure dan nyaman, mereka bekerja di Jiwasraya.

Oleh karena itu setelah mereka masuk, tugas utama manajemen Jiwasraya adalah bagaimana agar mereka tidak kecewa dengan harapannya kepada perusahaan ini. “Jadi balik lagi, bukan hanya soal seleksi masuk yang ketat tetapi bagaimana menjaga engagement karyawan dan itu juga penting,” kata Zamkhani.

Reportase: Arie Liliyah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved