Trends

Ayo, Belajar Membatik di Universitas Pekalongan

Ayo, Belajar Membatik di Universitas Pekalongan

Industri batik yang sedang bergairah mendorong Universitas Pekalongan membuka Fakultas Batik.

Fakultas Batik

Suryani, Rektor Universitas Pekalongan

Suryani, Rektor Universitas Pekalongan, menyebutkan, Jurusan Teknologi Batik Fakultas Batik di kampusnya berdiri sejak 2011. Materi ajar di jurusan itu, antara lain, mengulas definisi batik, proses membatik, pengenalan motif, dan filosofi batik. “Jurusan ini termasuk diploma 3, sehingga 70% dari materi ajarnya merupakan praktik dan 30% teori batik. Kami juga mengajarkan membuat warna alam, mulai dari proses membuat pastanya hingga menjadi pewarna yang menghasilkan warna batik,” tutur Suryani mengenai pola pendidikan di Jurusan Teknologi Batik.

Para pengajar berasal dari berbagai latar belakang ilmu, misalnya dosen antropologi yang mengajarkan mahasiswa mengenai simbol di motif batik. “Ada juga dosen desain dan arsitek. Sedangkan dosen batik adalah sang empu batik, artinya pembatik yang sudah tua. Ini dosen yang luar biasa, karena memang dia punya pengalaman dan pengetahuan tentang batik yang sangat baik,” Suryani menguraikan. Fasilitas pun disediakan pihak kampus, yakni bengkel kerja (workshop) batik, galeri, laboratorium kimia, laboratorium riset pewaranaan alami, laboratorium pengolah limbah batik, studio desain, gedung kuliah empat lantai yang dilengkapi mesin pendingin ruangan dan multimedia, lahan tanaman pewarna alam, serta beasiswa bagi mahasiswa berprestasi

Pihak kampus menerima 20-25 mahasiswa per angkatan. Alumninya ada yang berwirausaha batik, mengembangkan motif batik, serta mengekspor batik ke luar negeri. Sebagian besar mahasiswa di jurusan ini berasal dari sekitar Pekalongan dan Jakarta. Mahasiswa luar negeri pun cukup banyak yang mendaftarkan diri di kampus ini. Ada yang dari Brunei Darussalam (setiap semester ada 12-15 mahasiswa), Jepang, dan Korea Selatan. Mereka mengikuti pendidikan selama tiga tahun atau kuliah singkat selama enam bulan.

Keberadaan mahasiswa asing di kampus itu merupakan buah manis dari kejelian pihak kampus yang giat mempromosikan Jurusan Teknologi Batik Universitas Pekalongan ke keduataan besar asing di Jakarta. Nah, strategi promosi ini mampu menggugah minat mahasiswa asing. Tak hanya itu, pihak kampus baru-baru ini mengklaim bisa menjaring komitmen mahasiwa asing lantaran menawarkan program short courses. “Kami sedang menyiapkan short courses khusus mahasiswa asing yang durasi pendidikanya berkisar enam bulan sampai satu tahun. Dan, kami akan mulai di tahun ajaran baru pada tahun ini. Sejauh ini, sudah ada komitmen dari beberapa negara,” tutur rektor yang bergelar magister humaniora ini.

Target ke depan, Suryani berencana meningkatkan strata pendidikan Jurusan Teknologi Batik menjadi S-1. “Selain itu, kami akan gencar memasarkan ke luar negeri bahwa batik itu menarik,” ujar Suryani. Promosi ke luar negeri itu sekaligus ingin meyakinkan mengenai peluang bisnis industri batik di kancah internasional. “Bisa dillihat banyak pengusaha batik yang sudah mengeskpor batiknya ke berbagai negara,” ia menambahkan.

Abu Saeri, salah satu alumni Jurusan Teknologi Batik Universitas Pekalongan menimpali, dirinya merasakan peningkatan keterampilan dan teknik membatiknya setelah merampungkan kuliah di kampusnya itu. Abu, yang menggeluti dunia batik sejak 1994, semakin lihai mewarnai kain batik. Dia berharap masyarakat, khususnya pengrajin atau wirausaha batik, melirik jurusan ini sebagai institusi pendidikan yang memberikan pelatihan, teknik, dan aspek bisnis batik. “Jika keluarga pengusaha batik kesulitan dalam membatik, bisa menanyakannya ke Universitas Pekalongan dan menyekolahkan anaknya di jurusan tersebut demi menunjang bisnis batik keluarganya,” ujar Abu yang juga berasal dari keluarga pengusaha batik. (Reportase: Sri Niken Handayani)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved