Pandemi Covid-19 telah mendorong akselerasi penerapan digital pada hampir semua bisnis. Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan untuk berubah dari segi perilaku konsum en, keadaan pasar, pesaing, dan rantai pasok yang semakin berkembang. Survey“DBS Digital Treasurer 2020” yang diselenggarakan pada perusahaan Asia Pasifik menghasilkan ada tiga tantangan dalam proses digitalisasi yakni kecepatan perubahan (speed of change) (80%), kerumitan pelaksanaan (execution complexity) (75%), dan kelangkaan bakat digital (lack of digital talent) (64%).

Dalam hal digital spend, pengelolaan kas atau cash management (33%) dan pembiayaan rantai pasokan atau perdagangan (30%) merupakan dua bidang investasi terbesar untuk bisnis Asia Pasifik.

Hal ini sangat berbeda dengan AS dan Inggris, di mana sembilan dari sepuluh bisnis menyatakan bahwa tantangan utama mereka adalah tetap mampu menyesuaikan diri dengan regulatory environment, yang artinya kedua pasar negara tersebut memiliki akses lebih mudah ke kelompok digital talent.

Bank tetap menjadi mitra yang paling strategis bagi bisnis di Asia Pasifik untuk tetap mengikuti inovasi fintech. Tujuh dari sepuluh bisnis menyatakan pilihan tersebut – sama seperti hasil survei tahun lalu (69%). Hal ini lazim, khususnya di Vietnam (90%), Indonesia (84%), Thailand (82%), Malaysia (80%), dan Korea Selatan (76%), di mana mereka cenderung lebih bergantung pada mitra perbankan dalam mendapatkan arahan strategis (strategic guidance) untuk bisnis mereka.

Corporate Banking Director Bank DBS Indonesia, Kunardy Lie mengatakan sangat diperlukan akses perbankan yang mudah kapan saja dan darimana saja. “Bank DBS memiliki berbagai sistem yang membantu basis investor kelembagaan dalam mendigitalkan operasi mereka. DBS IDEAL, platform perbankan digital untuk perusahaan milik Bank DBS, adalah solusi sempurna bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional,” jelasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id