Technology Trends

Bantu Kerja, Platform untuk Mudahkan Magang Kerja

Tari Sandjojo Pendiri Bantu Kerja

PT Matata Edu Inovasi melihat ada gap antara mereka yang membutuhkan tempat magang dengan perusahaan yang bisa menjadi tempat magang. Untuk itu sejak 2016 dihadirkan Bantu Kerja, sebuah virtual hub, platform berbasis web guna menjawab masalah tersebut. Di masa pandemi ini Bantu Kerja ditingkatkan awareness-nya agar lebih maksimal dimanfaatkan oleh mereka yang ingin magang.

Bantu Kerja digagas oleh Enrico Pitono dan Tari Sandjojo. “Selama 16 tahun bekerja di bidang perbankan di Indonesia, ada satu hal yang selalu mengganggu pikiran saya terkait dengan kualitas pekerja magang yang datang dan pergi di tempat saya bekerja. Mereka rata-rata tidak diperlengkapi dengan kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan mereka sehari-hari,” ujar Enrico, Pendiri Matatacorp, indusk perusahaan PT Matata Edu Inovasi.

Hal itu diamini oleh Tari Sandjojo, psikolog dan pendidik yang saat ini memimpin tim Matata Edu Inovasi. Sekian puluh tahun berkecimpung di dunia pendidikan dengan spesialisasi sebagai learning designer, Tari menyebut bahwa gap itu ada sebagai akibat dari ketidakluwesan kurikulum dalam merespon kebutuhan dari industri penyerap tenaga kerja.

“Yang saya alami dan pahami sebagai pendidik selama ini adalah siswa-siswa itu akan lebih senang dan terpacu untuk belajar jika diterjunkan langsung ke dalam situasi sebenarnya. Setelah itu barulah para pendidik bisa berperan membuat kurikulum demi mengisi kekurangan-kekurangan sesuai dengan permasalahan yang sedang dialami anak-anak didiknya itu,” terang Tari.

Pemagang diharapkan juga bukan saja bisa meningkatkan kemampuan teknis atau teoritis. Tetapi juga soft skills yang sangat dibutuhkan saat bekerja yaitu berinteraksi, berkomunikasi, sekaligus kemampuan menempatkan diri di tengah dunia kerja yang notabene berbeda dengan dunia sekolah atau kuliah.

“Idenya adalah menjembatani kebutuhan industri dengan ekspektasi dari pemagang. Karena di situlah banyak terjadi gap,” tambah Tari sambil menyebut Bantu Kerja sudah digagas sejak tahun 2016.

Jembatan yang dimaksud Tari di sini tak hanya mempertemukan dan membiarkan kedua belah pihak itu berinteraksi sendiri. Lebih dari itu platform Bantu Kerja juga berlaku sebagai fasilitator komunikasi antar kedua pihak mengenai berbagai proyek magang yang ditawarkan di dalamnya.

Di platform ini, tiap mitra industri yang membutuhkan tenaga magang, bisa memposting proyek-proyek magang yang mereka punya untuk kemudian di-bid oleh calon pemagang. Sebagai empunya proyek, pemberi magang bisa memberi pembekalan berupa kisi-kisi serta tips dan trik tentang proyek tersebut.

Sejak proses bidding dan selama proyek berjalan, pemberi proyek bisa mulai menilai dan memilah pemagang mana saja yang sesuai dengan kriteria mereka. Jika kemudian hasil akhirnya sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, besar kemungkinan si pemagang akan terpilih untuk dipakai lagi sekiranya ada proyek baru lainnya.

“Salah satu kebingungan yang selama ini saya lihat beredar di sisi industri mengenai permasalahan pegawai magang adalah perihal kapasitas ruang dan logistik lain yang bisa mereka sediakan. Di satu sisi mereka butuh pemagang, tapi di sisi lain mereka tak sanggup jika harus mengakomodir sekian banyak orang di satu waktu tertentu secara fisik,” jelas Rico sambil mengatakan saat ini semua dilakukan secara virtual di Bantu Kerja.

Bagi para calon pemagang, selain kesempatan magang di berbagai jenis dan varian proyek, platform Bantu Kerja menawarkan pembekalan berbentuk modul-modul yang isinya bersifat komplementer terhadap apa yang sudah didapatkan di bangku sekolah.

“Kami membuat modul-modul tersebut berdasarkan tabulasi problem yang kerap ditemui dalam interaksi antara pemberi dan penerima magang. Lalu kami sesuaikan dengan kurikulum bersama guru-guru dari beberapa sekolah,” jelas Tari.

Setelah memenangkan bid, dalam menjalankan tugas-tugas magangnya, seperti sudah dijelaskan di atas, para pemagang akan melalu serangkaian tahap. Di tiap tahapnya mereka akan mendapatkan badge. Hanya mereka yang mengantungi badge lengkap yang berhak dinilai hasil akhirnya oleh pemberi magang. Seperti dalam game saja: kalau belum lengkap, belum bisa mencapai tahap final.

Dirancang untuk calon pemagang dalam rentang usia 14 hingga 24 tahun, unsur gamifikasi macam ini sengaja disisipkan agar tetap relevan dengan kebiasaan dan alur logika berpikir mereka.

“Memasuki Mei 2020 lalu, terasa sekali lonjakan user-nya. Lalu semakin ke sini, kami juga makin mudah untuk mencari mitra industri pemberi proyek magang. Seiring dengan banyaknya perusahaan, terutama di level small medium enterprise yang terpaksa merumahkan karyawannya tapi load pekerjaan tak berkurang,” terang Tari.

Pada 2017, kiprah Bantu Kerja menarik perhatian Education Development Center Indonesia, sebuah lembaga nirlaba yang fokus pada pengembangan sistem dan pola pendidikan di Indonesia. Mereka lantas menjadikan PT Matata Edu Inovasi sebagai mitra implementasi dengan platform Bantu Kerja sebagai basis implementasi program AWARE (Accelerated Work Achievement and Readiness for Employment) batch 2 dengan nama Bengkel Digital. Kerjasama ini berlanjut di batch 3 dengan mengusung nama Kelas Industri yang berlangsung mulai 2020 lalu hingga 2022 nanti. Kelas Industri ini dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan pada tanggal 31 Maret 2021 lalu.

“Kami sangat antusias dengan kerja sama ini. Karena ini bisa menjadi masukan berharga bagi kami demi pengembangan Bantu Kerja ke depan. Seperti layaknya produk teknologi umumnya, perkembangan Bantu Kerja harus dilandasi oleh user experience dan journey. Tentunya agar lebih bisa menjawab persoalan dengan lebih tepat sasaran. Karena bagi kami di Matata, itulah fungsi mendasar dari teknologi,” tegas Tari.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved