Management Trends zkumparan

BCA Learning Institute Mengadopsi Metode CorpU

Vice President Divisi Pembelajaran & Pengembangan BCA, Novie Yulianti, bersama tim.

Sumber daya manusia (SDM) menjadi aset berharga bagi BCA yang dikembangkan melalui BCA Learning Institute. Berlokasi di kawasan Sentul, Jawa Barat, lembaga yang awalnya merupakan training center (pusat pelatihan) ini telah bertransformasi menjadi BCA Learning Institue sejak tahun 2016.

Di Gedung BCA Learning Institute inilah BCA mendidik calon leader-nya yang akan menduduki posisi penting di perusahaan. Fasilitasnya terdiri dari 60 kelas. Menurut Vice President Divisi Pembelajaran & Pengembangan BCA, Novie Yulianti, jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan bisa mencapai 800 – 1.000 orang setiap harinya.

Sementara jumlah trainer sekitar 100 orang, part timer mencapai sekitar 1.500 orang. “Part timer adalah mereka yang tidak ada di struktur BCA Learning Institute, tetapi merupakan karyawan BCA yang ditempatkan di kantor pusat atau cabang yang diminta membantu mengajar,” jelasnya.

BCA tidak memberikan label lembaga ini dengan sebutan corporate university (CorpU). Akan tetapi, dalam mengembangkan sistem pelatihan atau calon pemimpin perusahaan, bank ini mengadopsi motede CorpU. BCA mengimplementasikan learning value chain (LVC) dalam CorpU, meliputi learning need analysis (LNA), learning design, learning delivery, dan learning evaluation.

Institusi lembaga pendidikan ini bahkan telah dilengkapi dengan digital learning (learning technology) dan leadership learning. Dalam ajang Indonesia’s Best Corporate University 2018, dewan juri memberikan penilaian sangat baik dengan predikat very good.

Novie menjelaskan lebih lanjut, framework BCA Learning Institute berlandaskan BCA Way, yakni customer focus, integrity, teamwork, dan continous pursuit of excellence. Kemudian, keatasnya tercermin dalam leadership skill; leadership yang mendukung mengembangkan learning development cycle, leadership development, knowledge management, dan learning technology. Empat pilar besar inilah yang akan menopang strategi bisnis BCA Group

Terkait dengan learning development, pertama, seperti biasa, dilakukan Learning Need Analysis (LNA). Terdapat 6 kategori dalam membuat suatu program atau modul, yakni ada government policies, corporate goals, critical job holders, competency gap analysis, new training method, dan evaluation result. Dari hasil LNA tersebut BCA Learning Institute mengategorikan dalam tujuh learning design dan solusi, yaitu pelatihan regular yang biasa diberikan untuk menambah kompetensi, program trainee, program spesifik, program pengayaan (enrichment program), program pengembangan karier, external training, dan worklife balnce.

Sementara itu, untuk learning delivery, terdapat beberapa modul yang menggunakan blended learning model, yakni menggabungkan metode di kelas dengan teknologi. Konsep yang digunakan oleh BCA adalah sistem pembelajaran yang mengombinasikan antara aktivitas kelas dan non-kelas (self learning) melalui media teknologi. Sebagai contoh, peserta pada tahap pre-training harus belajar e-learning, melakukan diskusi di platform Morning BCA, kemudian peserta harus mengunggah video. Pada saat di kelas, mereka melakukan diskusi, membahas case study, membuat project, mengisi program evaluasi atau Evaluation Assesment Plan (EAP) secara online. Kemudian pada tahap post-training mereka akan diberi penugasan di unit kerja.

Tahap terakhir dari Learning Value Chain adalah learning evaluation. Menurut Novie, BCA mengadopsi Kirk Patrick Model yang memiliki empat level. Level 1 adalah reaksi, yakni mengukur reaksi peserta terhadap program pelatihan secara keseluruhan (materi, intstruktur, kursus, dan sebagainya). Level 2, pembelajaran, yaitu mengukur perubahan sikap, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan.

Sementara, untuk level 3, mengukur perubahan perilaku peserta program CorpU. Dan, level 4, mengukur hasilnya yang mencakup peningkatan produksi, penurunan biaya, penurunan angka kecelakaan kerja, penurunan turnover, karyawan, serta peningkatan penjualan dan laba.

Novie menambahkan, evaluasi pada level 1 dilakukan dengan tools EAP, level 2 dengan pre-test dan post-test, level 3 dengan survei 360 derajat, serta level 4 dengan coaching clinic, dan monitor pencapaian KPI. Hanya saja, tidak semua program pelatihan dilakukan evaluasi sampai level ke-4. “Yang jelas, ketika mendesain program pelatihan, sudah ditentukan evaluasinya sampai level beberapa. Bukan karena tidak konsisten, tapi karena memang sudah ditentukan sejak awal hanya sampai level tertentu,” ujarnya.

Sementara itu, learning technology terdapat video conference untuk menyampaikan materi, lalu yang terbaru adalah BCA e-library untuk meminjam buku secara online, yakni berupa e-book yang bekerja sama dengan Kompas. Kemudian, terdapat mobile learning, gamification, augmented reality, virtual reality, knowledge management portal, e-learning, online community, canteen management system, dan MyVideo.

Untuk leadership development/learning di BCA juga berjalan sangat baik. Sebagaian besar leader di BCA adalah growth from within. Level manager, 89% diambil dari dalam. Menurutnya, jika leader diambil dari dalam akan lebih melekat dengan nilai-nilai BCA dan nantinya perlu menginternalisasi lagi kepada yang berada dibawahnya. Strategi yang dijual ketika merekrut calon talent terbaik adalah mengedepankan employee value proposition (EVP) BCA, yaitu friendly working environment dan continous improvement.

Setelah mereka menjadi karyawan, BCA selalu merencanakan development strategy dengan melakukan identifikasi, pemetaan, perencanaan pengembangan, realisasi pengembangan dan evaluasi. Khusus untuk karyawan yang masuk dalam key talent, ada dua program besar bagi mereka yang akan dipromosikan ke level berikutnya. Pertama, mereka akan diikutkan dalam program pengembangan karier, dari staf hingga ke manager senior. Kedua, jika memang ada kebutuhan untuk akslerasi, mereka akan diikutkan program acceleration development.

BCA berhasil mengadopsi dan mengimplementasikan metode CorpU dalam pengembangan SDM dengan baik karena didukung oleh knowledge management system. Sebab, pada dasarnya CorpU adalah knowledge base. Di BCA, knowledge management framework dibangun dengan menggunakan dua kendaraan, yakni Community of Practice (CoP) dan KM Center. “BCA mewadahinya dengan menggelar BCA Innovation Award. Contohnya Virtual Assistant (VIRA) BCA, setelah itu dimasukan ke KM Center untuk dievaluasi dan dimonitor,” ujarnya.

Menurutnya, KM Center dan CoP BCA cukup aktif, telah terwujud sekitar 400 CoP. Pada saat sosialisasi, di situlah akan menjadi knowledge, lalu didokumentasikan di KM Center. “Ini juga dapat dipakai dalam learning development, misalnya untuk mengetahui knowledge yang baru,” ungkap Novie.

Reportase: Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved