Trends

Berkolaborasi Menyediakan Tempat Lebih Layak Untuk ODGJ

Berkolaborasi Menyediakan Tempat Lebih Layak Untuk ODGJ

Kesehatan mental adalah permasalahan bersama yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan banyak pihak. Pada 2018 saja, hampir 10% penduduk Indonesia mengalami gangguan kejiwaan. Melalui kampanye Kita Manusia, platform sosial Menjadi Manusia bersama Kita Bisa, Karin Novilda, Ariel Tatum, dr. Jiemi Ardian, Avianti Armand, Ubah Stigma, TeamUp, Infia, dan Marsan Susanto mengajak masyarakat untuk bergandengan tangan menyediakan fasilitas kesehatan memadai bagi para penderita gangguan jiwa akut di Indonesia.

Kita Manusia adalah kampanye dengan misi untuk mengedukasi masyarakat akan minimnya penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia, sekaligus menggalang donasi dalam rangka membangun infrastruktur kesehatan yang lebih layak bagi mereka.

Kampanye ini diprakarsai oleh Menjadi Manusia, platform sosial yang digagas Rhaka Ghanisatria bersama kedua rekannya, Adam Alfares Abednego dan Levina Purnamadewi.

Terkait latar belakang lahirnya program Kita Manusia, Rhaka mengungkapkan, “Kami percaya, semua ODGJ berhak pulih. ODGJ yang tidak tertangani sekarang juga manusia, seperti kita. Namun sayangnya, karena stigma yang kuat dan minimnya infrastruktur kesehatan, banyak dari mereka tidak mendapatkan treatment yang tepat.”

Sebagai sesama, Menjadi Manusia merasa terpanggil untuk bahu-membahu menolong ODGJ yang terlantar dan membutuhkan bantuan. Salah satu ikhtiarnya merangkul mereka adalah melalui kegiatan Kita Manusia ini.

Merayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober, Kita Manusia akan melangsungkan berbagai aktivitas edukasi, yang juga bertujuan untuk mengumpulkan donasi. Di antaranya, pembuatan video dokumenter mini yang menampilkan Ariel Tatum, film pendek yang diperankan oleh Ray Sahetapy, dan berbagai macam video edukasi tentang kesehatan jiwa supaya masyarakat lebih mengenal ODGJ dan kondisi mereka yang belum tertangani dengan baik. Video-video ini akan ditayangkan di berbagai kanal media sosial Menjadi Manusia.

Selain itu, mereka akan dilanjutkan beragam kegiatan daring melibatkan masyarakat serta ODGJ yang telah berhasil bangkit. “Harapan kami, kampanye Kita Manusia akan dapat menghimpun donasi untuk menyediakan tempat yang lebih layak untuk ODGJ di Indonesia. Kami akan merenovasi panti rehabilitasi Al-Fajar Berseri yang didirikan oleh Marsan Susanto yang saat ini ditinggali oleh teman-teman ODGJ, supaya mereka mendapatkan keamanan dan kenyamanan selama tinggal di sana,” tutur Rhaka.

Dalam kegiatan dimaksud, Kita Manusia bermitra dengan beberapa dokter spesialis kejiwaan, arsitek, komunitas, media alternatif, dan aktivis kesehatan mental lainnya. Dengan infrastruktur kesehatan dan dukungan perawatan yang mumpuni, diharapkan ODGJ pada akhirnya dapat menolong dirinya sendiri untuk berdikari menjadi individu yang memiliki kehidupan seutuhnya.

Puncak rangkaian kegiatan Kita Manusia akan berlangsung pada 10 Oktober 2021, bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day. Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia itu sendiri bertujuan untuk mengkampanyekan kesehatan mental dan mendidik masyarakat mengenai isu-isu yang relevan berkaitan dengan kesehatan jiwa.

Kesehatan mental menjadi salah satu isu yang marak dibicarakan dewasa ini. Khususnya di masa pandemi, di mana masyarakat diharuskan beradaptasi dengan banyak kebiasaan baru dan berbagai keterbatasan. Namun sejatinya, masalah kesehatan mental bukan hal baru. Bagi masyarakat pada umumnya, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan pemeliharaan kesehatan jasmani.

Di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan pada 2018 mencatat 9.8% dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODJG) adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

“Dari angka tersebut, 12.382 ODGJ hidup dalam pemasungan. Hanya 38.14% ODGJ di Indonesia berhasil menerima perawatan yang baik dan benar, sisanya mungkin terlantar dan jumlah ini terus bertambah,” papar Rhaka.

Keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan jiwa, banyak yang tidak memiliki pengetahuan memadai terkait cara penanganan dan perawatan, terlebih yang tinggal di pedesaan. Selain itu, biaya penanganan orang dengan gangguan jiwa akut tidak kecil jumlahnya. ODGJ akut ini membutuhkan supervisi dari tenaga kesehatan.

Minimnya jumlah rumah sakit di Indonesia membuat banyak ODGJ akut tidak tertolong. Mereka tidak mendapatkan hak sebagai warga negara, sulit memperoleh akses kesehatan, serta tidak diterima masyarakat walaupun sudah kembali produktif. Pada kebanyakan kasus, berakhir dengan pemasungan.

Penyediaan infrastruktur kesehatan yang layak bagi ODGJ dinilai sangat perlu. Maka dari itu, Kita Manusia ingin merenovasi panti rehabilitasi yang sudah kelebihan kapasitas.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved