Trends zkumparan

Bio Farma, Sang Petarung yang Tembus 130 Negara

Bio Farma, Sang Petarung yang Tembus 130 Negara
Juliman

Juliman, Plt Direktur Utama PT Bio Farma (Persero)

Sebagai salah satu produsen vaksin asal Indonesia, PT Bio Farma (Persero) berperan penting di kancah internasional. Badan usaha milik negara ini telah berkembang menjadi perusahaan lifescience. Produksi vaksinnya telah menjangkau lebih dari 130 negara di dunia, termasuk memasok 2/3 kebutuhan vaksin polio dunia.

Produk Bio Farma dikenal ramah lingkungan, karena telah melalui uji riset dan pengalaman yang panjang. Tidak mengherankan, saat ini setidaknya ada 12 produk Bio Farma yang telah diakui Badan Kesehatan Dunia (WHO). Di level nasional, produk Bio Farma telah memenuhi standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Dengan kapasitas produksi lebih dari 3,2 miliar dosis per tahun, Bio Farma telah memenuhi kebutuhan vaksin dunia melalui WHO dan UNICEF. Kini, Bio Farma memiliki vaksin terbaru, yaitu Pentabio Five in One, yang memiliki lima antigen dalam satu kemasan. Terobosan ini sangat membantu, selain mengurangi jumlah suntikan imunisasi, juga mengurangi sampah biologi.

Bagaimana strategi Bio Farma untuk meningkatkan eskpor di tengah krisis global saat ini? Juliman, Plt Direktur Utama Bio Farma, menjelaskan, mengawali tahun 2017 memang tidak mudah bagi industri farmasi, khususnya industri vaksin, untuk bisa bertahan dan meningkatkan ekspor. Karena, sangat ketatnya persaingan di industri vaksin serta berlakunya regulasi baru WHO.

Munculnya berbagai macam penyakit yang tidak secepat penemuan vaksin baru menjadi tantangan Bio Farma. Juga, munculnya produsen baru dengan kualifikasi WHO dan harga produk yang lebih terjangkau semakin menambah tingkat persaingan industri vaksin. “Diperlukan strategi khusus untuk bisa bertahan di tengah krisis global,” ujar Juliman. Strategi tersebut, menurutnya, dibagi dalam tiga cara, yaitu mempertahankan prakualifikasi WHO, memenuhi regulasi nasional dan internasional, serta melakukan registrasi di negara-negara tujuan ekspor.

Selain itu, Bio Farma melakukan ekspansi kapasitas, fasilitas, dan kapabilitas untuk produk baru, baik vaksin maupun lifescience, serta menjajaki peluang ekspor untuk Bulk (Intermediate Product Vaccine). Bio Farma juga menempatkan para ahlinya untuk aktif diberbagai lembaga internasional seperti Developing Countries Vaccine Manufacturers Network, Organisasi Kerjasama Islam, Global Alliance Vaccine Initiative, dan Vaccine Manufacturers Group.

Bio Farma pun melakukan transfer teknologi dengan berbagai partner di dalam dan luar negeri untuk percepatan riset vaksin. “Kami juga membentuk Forum Riset Vaksin & Lifescience Nasional, bersinergi dengan lembaga riset, universitas, pemerintah, dan industri agar riset lebih fokus dan (ada) percepatan riset,” ungkapnya. Dengan berbagai strategi tersebut, Bio Farma mampu bertahan dan masih menjadikan Indonesia sebagai negara utama penyedia vaksin bagi negara-negara berkembang bersama China dan India, serta terus menambah pasar baru negara tujuan ekspor.

Ditambahkan Bambang Heriyanto, Sekretaris Perusahaan Bio Farma. penjualan ekspor perusahaannya dari setiap produk yang sudah terkualifikasi WHO sepanjang 2016 masih didominasi Bulk Polio yang mencapai 59%. Sisanya produk jadi, seperti vaksin bOPV (19%) dan vaksin tOPV (7%).

Perkembangan penjualan Bio Farma sepanjang 2012-16 masih stabil grafiknya. Pada 2014, penjualannya mencapai US$ 172 milar, 2015 sebesar US$ 174 miliar, dan 2016 sebesar US$ 173 miliar. Untuk ekspor, turun dari US$ 121 milar di 2015 menjadi US$ 93 miliar di 2016. “Hal ini karena regulasi internasional WHO sudah masuk dalam tahap eradikasi polio di 2017. Jadi, ada satu tipe vaksin polio kami yang tidak boleh lagi dijual, yaitu tipe 1 yang sudah masuk eradikasi, sisanya ada tipe 2 dan 3,” Bambang mengungkapkan.

Jadi meskipun ada satu tipe yang sudah dieradikasi, Bio Farma masih menyuplai dua tipe vaksin lagi, yaitu tipe 2 dan 3. Namun, satu tipe vaksin yang terkena eradikasi pun tidak boleh serta- merta dihapus oleh WHO, hanya di-skip dan virusnya tetap disimpan. Nanti suatu saat jika ada lagi kasus/penyakitnya, vaksin tesebut harus disuplai lagi. Saat ini, memang di negara maju ada dua perusahaan yang ditunjuk, yaitu Bio Farma dan Sanovi, tetapi di Sanovi sudah habis stoknya. “Kami masih menyimpan 500 juta vaksin dan ini sebenarnya adalah potensi. Jadi kalau dari perkiraan, omset Bio Farma saya kira masih sama. Namun ekspor, saya kira masih stagnan di angka tadi,” ujar Bambang.

Di pasar lokal justru ada peningkatan karena, melihat ekspor yang turun, perusahaan farmasi yang berdiri sejak 1890 ini menggenjot penjualan di dalam negeri. Penjualan lokal di 2015 mencapai US$ 52 miliar dan naik menjadi US$ 80 miliar di 2016.

Selain itu, perusahaan ini juga melakukan berbagai inovasi unggulan untuk menghadapi tantangan ekspor. Inovasinya itu di antaranya inovasi untuk antisipasi produk palsu. Seperti inovasi yang bernama GS1 atau QR Code Monitor, yaitu data batch produksi yang bisa sampai ke tangan konsumen dan nomor batch tersebut bisa dilacak sampai tingkat konsumen. Kemudian, ada Uniject yang masih menjadi produk andalan Bio Farma. Produk ini untuk sekali suntik yang sudah lengkap dengan jarum suntiknya. Lalu, ada vaksin Pentabio, yang mengandung lima komponen vaksin dalam satu kali suntik.

Untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas produksi, Bio Farma akan melakukan perluasan kapasitas dan pengembangan produk baru di Gedung 43 dengan produk barunya seperti difteri rota virus. Lalu, di Gedung 16 akan dikembangkan fasilitas untuk produksi vaksin rekombinan berbasis yeast untuk Hepatitis B. Jadi kalau ditotal, dari produk-produk baru itu bisa menambah total produksi menjadi 1 miliar dosis. Selanjutnya, di Gedung 41 Bio Farma akan dibangun fasilitas prefilled syringe kemasan baru, seperti Uniject. Kemudian, di Gedung 34 akan dibangun fasilitas untuk riset.

Dengan berbagai strategi yang ditempuh, Bambang optimistis omset perusahaan ini akan lebih baik di 2017. “Tahun 2016, omset kami sebesar Rp 2,5 triliun dan di 2017 ini bisa sampai Rp 3 triliun. Ini total untuk pasar dalam negeri dan ekspor,” ujarnya. (*)

Reportase: Arie Liliyah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved