Marketing Trends

Bio Farma Tampilkan Inovasi Vaksin Pentabio di IBD 2017

Bio Farma Tampilkan Inovasi Vaksin Pentabio di IBD 2017

M. Rahman Rustan, Direktur Pemasaran Bio Farma (kanan) saat konferensi pers IBD Expo 2017, di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, (20/9/2017).

PT Bio Farma menampilkan inovasi produk vaksin Pentabio, yaitu produk vaksin 5 in 1 yang terdiri dari Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B, Haemophilus Influenzae Tipe B dalam pameran Indonesia Business and Development (IBD) Expo 2017 yang berlangsung pada 20-23 September 2017 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta.

Menurut M. Rahman Rustan, Direktur Pemasaran Bio Farma, vaksin ini telah mendapatkan Sertifikat Pra Qualitikasi dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), sehingga selain digunakan di dalam negeri, juga telah diekspor.

“Inovasi lainnya yang kami tampilkan adalah kemasan prefil injection uniject yaitu kemasan khusus yang telah diisi vaksin dosis tunggal, dilengkapi dengan jarum suntik sekali pakai, sehingga sangat mudah dipakai. Saat ini, teknologi ini baru digunakan untuk produk vaksin hepatitis B,” tambah Rahman dalam konferensi pers di Jakarta.

Sejak tahun 2011 Bio Farma telah menginisiasi pendirian forum riset yang memfokuskan penelitian dan pengembangan vaksin. Forum riset itupun menyangga strategi perusahaan untuk melakukan diversifikasi produk. Semula dari vaksin dan serum, kini kami bersiap untuk masuk ke industri life science.

Sejalan dengan pemerintah, untuk memberikan produk kesehatan yang murah dan berkualitas pada masyarakat Indonesia, dikuatkan oleh Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Percepatan dimaksudkan untuk mewujudkan kemandirian industri farmasi dalam pengembangan produk bahan baku, vaksin, produk bioteknologi dan alat kesehatan. Salah satu hal terpenting dalam pengembangan produk maupun bahan baku di industri farmasi adalah penguasan teknologi yang menjadi faktor penentu.

Rahman menuturkan bahwa dana pengembangan dan riset Bio Farma berkisar Rp80-100 miliar tiap tahun. “Namun ini pun masih banyak yang bisa dioptimalkan, karena untuk satu produk membutuhkan waktu sampai 15 tahun untuk riset sendiri. Perlu ada percepatan pengembangan dengan bersinergi bersama lembaga riset maupun perguruan tinggi,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Bio Farma telah mengeskpor vaksi ke 132 negara dan 49 diantaranya adalah negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam. Dengan kapasitas produksi sekitar 3 miliar dosis per tahun Bio Farma telah memenuhi kebutuhan nasional, termasuk kebutuhan vaksin untuk jemaah haji dan umrah, serta kebutuhan vaksin dunia melalui WHO dan UNICEF.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved