Marketing Trends zkumparan

Brand Harus Kuatkan Pemasaran Online Saat Social Distancing

Social distancing yang diberlakukan sejak bulan Maret 2020 lalu untuk meminimalisir penyebaran wabah Covid-19membuat aktivitas masyarakat menjadi berkurang.

Analytic Data Advertising (ADA) mencatat jumlah orang yang beraktivitas di area Central Business District Jakarta berkurang sebanyak 53% hingga pekan ke tiga bulan Maret.

Tidak hanya aktivitas di area bisnis saja yang berkurang. Jumlah individu yang melakukan perjalanan ke luar kota seperti Bandung, Yogyakarta, dan Bali pun berkurang hingga pekan ke-3 Maret. Kunjungan ke Bali misalnya, berkurang sebanyak 33% jika dibandingkan dengan bulan Februari. Sementara kunjungan ke Bandung dan Yogyakarta berkurang 35%.

Kunjungan ke pusat perbelanjaan atau mall juga berkurang. Tercatat, penurunan kunjungan ke mall besar di Jakarta terjadi sejak 15 Maret rata-rata turun lebih dari 50% dibandingkan dengan awal tahun 2020.

Kirill Mankovski,Managing Director ADA Indonesia, menjelaskan bahwa wabah Covid-19 yang saat ini tengah berkecamuk membuat kehidupan kita berubah. Saat ini, orang lebih memilih untuk berdiam di rumah dibandingkan berpergian.

Social distancing juga membuat kita banyak menghabiskan waktu di ruang digital. Baik untuk bekerja, berkomunikasi, berbelanja, atau bahkan sekadar mencari hiburan,” kata dia. Situasi pandemi dan social distancing pada akhirnya memunculkan perilaku konsumen yang baru mislanya The Adaptive Shopper dan Working-from-home Professional

Perubahan ini dilihat dari penggunaan aplikasi belanja dan produktivitas sepanjang bulan Maret. Data ADA menunjukan, kedua jenis aplikasi ini paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan menengah dan atas.

Sejak diberlakukannya social distancing, penggunaan aplikasi belanja mengalami kenaikan hingga 300%. Aplikasi yang banyak digunakan adalah aplikasi belanja yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, juga aplikasi khusus jual-beli barang bekas. Penggunaan aplikasi jenis ini mengalami puncaknya pada tanggal 21-22 Maret, hingga lebih dari 400%.

“Masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah dan atas, telah beradaptasi dengan dunia baru ini. Mereka beralih ke cara-cara baru untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya,” ujar Kirill.

Perubahan perilaku juga terjadi dari bagaimana maskarakat melakukan kerja, yakni dengan merubah metode kerja dari yang tadinya di kantor menjadi di rumah. Dalam working-from-home, pekerja tetap melakukan aktivitas seperti biasa seperti melakukan pekerjaan, kolaborasi, komunikasi dan meeting.l Hanya saja, semua pekerjaan dilakukan di rumah dengan bantuan aplikasi produktivitas.

ADA mencatat adanya peningkatan penggunaan aplikasi produktivitas selama bulan Maret, terutama setelah himbauan social distancing diumumkan. Penggunaan aplikasi produktivitas naik hingga lebih dari 400% pada pertengahan Maret lalu. Aplikasi yang paling banyak digunakan adalah screen recorder dan anti-virus.

“Setiap orang bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap situasi krisis, seperti pandemi. Kami melihat, masyarakat Indonesia cepat beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya, dan berusaha untuk tetap produktif,” kata dia menambahkan.

Dalam situasi seperti ini, tidak jarang brand yang menahan aktivitas pemasarannya sampai kondisi normal dan terkendali. Namun, hal ini justru menyebabkan berkurangnya aktivitas pemasaran secara umum.

“Sebetulnya brand dapat memanfaatkan situasi ini untuk membentuk kebiasaan baru, serta mengubah channel komunikasi dan penjualannya ke ruang digital. Kebiasan baru yang terbentuk ini akan tetap bertahan meskipun situasi kembali normal,” ujar Kirill.

Merujuk pada crisis persona milik ADA, minat berbelanja masyarakat Indonesia tidak hilang. Terutama untuk belanja online, minat tersebut justru tumbuh pesat selama situasi krisis ini, mulai dari belanja harian hingga hobi.

Hal ini tentunya membuka peluang bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan lainnya. Apalagi, beberapa platform jual-beli online menganjurkan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi secara cashless dengan memanfaat servis pembayaran seperti kartu kredit, transfer, atau wallet.

Kirill menyebut bahwa ini merupakan saat yang tepat bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan untuk melakukan pemasaran. Para pemain di industri ini dapat memanfaatkan ruang digital untuk melakukan promosi kepada pengguna loyal, atau bahkan menjangkau pengguna baru.

Di sisi lain, komunikasi pemasaran harus tetap dilakukan untuk menjaga posisi sebuah brand di benak konsumen. “Dengan tetap menjaga posisi tersebut, akan lebih mudah bagi brand atau perusahaan untuk melakukan pemulihan bisnis pada saat situasi kembali normal,” kata dia menutup pembicaraan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved