Business Research

46,8% Masyarakat di Negara Berkembang Kurang Optimis Masa Depan Generasi Mendatang

46,8% Masyarakat di Negara Berkembang Kurang Optimis Masa Depan Generasi Mendatang

Bertepatan dengan Hari Pemberantasan Kemiskinan Internasional (The International Day for the Eradication of Poverty) pada tanggal 17 Oktober 2015 lalu, MasterCard melalui penelitiannya mengungkapkan bahwa masyarakat negara-negara berkembang di Asia Pasifik sebesar 46,8 persen cenderung kurang optimis mengenai keadaan dunia bagi generasi selanjutnya, dibandingkan dengan masyarakat di negara maju yaitu sebesar 68,1 persen.

Metodologi penelitian dilakukan dengan memberikan 10 pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan isu-isu dan pandangan bagi generasi selanjutnya. Generasi selanjutnya didefinisikan sebagai siapapun yang lahir sejak tahun 2000, atau mereka yang beranjak 30 tahun atau dibawahnya pada tahun 2030. Hasil dari respon mereka selanjutnya dijadikan rata-rata untuk menentukan skor MasterCard Worldwide Next Generation Well Being Index (NG-WBI). Skor Indeks NG-WBI dengan skala dari 0-100 di mana 0 merepresentasikan respon negatif maksimum, 100 merepresentasikan repon positif maksimum dan 50 merepresentasikan netralitas.

Dalam indeks ‘Next Generation Well-Being’, hampir 9.000 masyarakat di Asia Pasifik diberikan pertanyaan mengenai pandangan terhadap generasi selanjutnya yang meliputi isu-isu seperti kesetaraan gender dan keuangan, lingkungan, kesehatan, keseimbangan pekerjaan-kehidupan, stress, penyakit, dan kejahatan.

Sementara itu, para responden baik di negara berkembang (71 persen) maupun negara maju (90,4 persen) keduanya mengekspresikan optimisme yang sama bahwa kesejahteraan individu akan membaik pada generasi selanjutnya. Namun, pandangan mereka terbagi ketika berbicara mengenai kemajuan atau perbaikan terhadap ketidaksetaraan finansial. Masyarakat di negara-negara berkembang di Asia Pasifik mempercayai bahwa kesenjangan antara golongan yang mampu dan kurang mampu cenderung sulit untuk membaik pada tahun-tahun mendatang, sedangkan masyarakat di negara maju merasa bahwa kesenjangan tersebut akan membaik.

Georgette Tan, Group Head, Communications, Asia/Pasifik MasterCard (Sumber Foto: Mix.co.id)

Georgette Tan, Group Head, Communications, Asia/Pasifik MasterCard (Sumber Foto: Mix.co.id)

Masyarakat negara berkembang di Asia Pasifik juga merasakan bahwa ketidaksetaraan gender (21,4 persen), keadaan lingkungan (27,2 persen), serta kejahatan dan kekerasan (38,4 persen) cenderung akan memburuk pada generasi selanjutnya.

Negara berkembang lebih pesimis daripada negara maju dalam semua hal terkecuali keseimbangan antara pekerjaan-kehidupan (71,7 persen). Seiring dengan optimisme akan kesehatan secara keseluruhan (58,8 persen), masyarakat negara berkembang sangat optimis bahwa peningkatan keseimbangan antara pekerjaan-kehidupan merupakan salah satu dari beberapa faktor yang diyakini akan membaik pada generasi selanjutnya.

Akan tetapi, masyarakat di negara maju merasa bahwa keseimbangan antara pekerjaan-kehidupan merupakan salah satu dari beberapa faktor di mana masyarakatnya merasa lebih pesimis (60.8), seperti tercermin di Taiwan (41,2 persen) dan Jepang (47,4 persen). Namun apabila dilihat secara keseluruhan, masyarakat di negara-negara maju merasa paling khawatir terhadap kualitas lingkungan pada generasi selanjutnya (52,8 persen).

Dari sisi gender, secara rata-rata di Asia Pasifik, wanita (56,3 persen) secara marginal lebih optimis mengenai keadaan dunia bagi generasi selanjutnya dibandingkan pria (54,7 persen). Sementara itu dari sepuluh isu yang diangkat dalam penelitian ini, masyarakat Indonesia memiliki pandangan paling optimis bahwa generasi muda di masa depan akan merasakan perekonomian yang lebih baik (71,2 persen), disusul oleh optimisme akan berkurangnya tekanan keluarga (71,7 persen) serta membaiknya kesehatan di masa depan (67,7 persen).

Menurut Georgette Tan, Group Head, Communications, Asia/Pasifik Bank Dunia baru-baru ini telah mengumumkan bahwa, untuk pertama kalinya, kurang dari sepuluh persen dari populasi dunia akan hidup dalam kemiskinan pada akhir tahun ini. Kemajuan di Asia Pasifik telah menjadi kunci bagi pengurangan kemiskinan global.

Namun, masyarakat di kawasan Asia Pasifik meyakini bahwa prospek ekonomi di generasi selanjutnya akan membaik, mereka yang tinggal di negara-negara berkembang sangat khawatir bahwa kesenjangan ekonomi antara yang mampu dan kurang mampu akan meningkat.

“Kekhawatiran ini merefleksikan realita yang berkembang bahwa sementara dunia telah mampu menarik jutaan orang dari kemiskinan belakangan ini, ketidaksetaraan finansial tetap meningkat. Hal ini menjadi penting sebab seiring dengan pertumbuhan negara berkembang, maka setiap orang dapat menikmati dan mampu untuk menuai keuntungan,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved