Personal Finance Business Research Strategy

Survei Schroders: Investor Global Optimis dengan Pasar Asia

Survei Schroders: Investor Global Optimis dengan Pasar Asia

Hampir setengah (48,5 %) investor di seluruh dunia percaya bahwa Asia akan memberikan potensi imbal hasil terbaik sampai akhir 2015 nanti, di mana lebih dari sepertiga (36 %) percaya pada Asia Pasifik. Demikian salah satu hasil dari survei tren investasi global tahun 2015 yang dilakukan oleh Schroders.

Temuan lain dari survei tersebut adalah investor Asia lebih mempercayai wilayah mereka sendiri dibandingkan investor global. Sekitar 75 % investor Asia berpikir bahwa Asia memiliki potensi untuk memberkan imbal hasil terbaik. Sisanya 52 % percaya pada Asia Pasiifik.

Jika dilihat lebih spesifik lagi, hasil survei tersebut juga mengatakan bahwa 70 % investor Indonesia memiliki kepercayaan diri tinggi terhadap potensi pasar wilayah asal (home-bias) alias Indonesia sendiri. Demikian juga dengan investor Singapura (67 5) dan Tiongkok (67 %) yang juga lebih percaya pada pasar wilayah asalnya (home bias).

Di Indonesia sendiri, menurut Michael Tjoajadi, CEO Schroders Indonesia, optimisme investor lokal terhadap pasar dalam negerinya sendiri kemungkinan dipengaruhi oleh faktor kebijakan pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah saat ini.

saham

“Untuk mengukur kapasitas ekonomi suatu negara akan berkembang sebesar apa salah satunya adalah lewat infrastruktur. Jika pembangunan masih dibutuhkan dan digalakkan dengan pesat maka akan dihasilkan grafik pertumbuhan yang cukup tinggi pasca pembangunan,” jelas Michael.

Pada awal pembangunan, memang akan ada dampak yang justru merugikan, contohnya pembangunan jalur MRT di Jakarta yang menyebabkan tingkat kemacetan bertambah, sehingga secara bisnis menambah cost dan waktu.

“Tetapi jika sudah selesai, transportasi tersebut bisa memberikan efisiensi yang berkali lipat untuk bisnis di kota Jakarta dan sekitarnya,” lanjutnya.

Khusus untuk pandangan investasi jangka panjang, sekitar 36 % investor Indonesia lebih memilih investasi jangka pendek (1-2 tahun ) dengan keuntungan yang relatif lebih sedikit. Sedangkan 23 % memilih berinvestasi lebih lama (5 tahun) sisanya 41 % akan terus berinvestasi hingga 10 tahun untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.

Temuan lain dari survei tersebut menyebutkan bahwa 50 % investor di Indonesia berencana untuk mengubah instrumen investasinya sesuai dengan kondisi pasar dalam satu tahun ke depan. Tidak dapat dipungkiri, Indonesia sedang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2015.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada kuartal 1 tahun 2015 hanya mencapai 4,71 %. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,14 %. Masih dari hasil temuan tersebut, sekitar 23 % investor Indonesia mengatakan mereka akan melakukan investasi sesuai sara dari penasihat keuangan mereka.

Perubahan strategi yang akan dilakukan oleh para investro tersebut adalah, menambah jumlah investasi mereka samapai akhir 2015 (75 %), sedangkan 11 % dari mereka berencana mengurangi jumlah investasinya.

“Kami yakin tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tidak akan meluluhkan niat investor untuk berinvestasi, tetapi mereka mungkin akan lebih berhati-hati jika kondisinya seperti saat ini. Untuk itu diperlukan konsultasi dengan penasihat keuangan profesional, “ jelas Michael. “Ke depan investasi seperti reksadana saham masih dianggap sebagai langkah yang paling tepat,” lanjutnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved