Business Research Marketing Strategy

ATPM Pertahankan Pasar LCGC

ATPM Pertahankan Pasar LCGC

Penjualan low cost and green car (LCGC) di tahun ini diprediksikan akan sama seperti penjualan tahun lalu. LCGC masih menjadi primadona bagi konsumen. Kandungan komponen lokal LCGC mencapai 80%, sehingga harganya relatif stabil meski rupiah mengalami pelemahan dari dollar AS.

Rahmat Samulo, PT Toyota Astra Motor, agen tunggal pemegang merek Toyota, mengatakan, penjualan total LCGC di sepanjang tahun ini diperkirakan akan sama seperti tahun lalu. Mengacu data GAIKINDO, penjualan LCGC pada 2014 sebanyak 172.120 unit dengan pangsa pasar sebesar 14,2% dari total penjualan roda empat sebanyak 1,2 juta unit. Toyota Agya, mobil LCGC besutan Toyota Astra, membukukan penjualan tertinggi sebanyak 67.074 unit. Posisi kedua diraih Daihatsu Ayla sebanyak 40.775 unit, yang disusul Honda Brio Satryo sebanyak 26.693 unit.

Low Cost And Green Car Toyota Agya. (Foto : IST)

Low Cost And Green Car Toyota Agya. (Foto : IST)

Menurut Rahmat, penjualan LCGC di tahun lalu dinilainya sebagai tahun pertama penjualan LCGC, meski Toyota Agya sudah dirilis sejak Agustus 2013. Setelah Toyota Astra, sejumlah ATPM berangsur-angsur merilis mobil-mobil LGCC. “Dari segi industri, saya memproyeksikan penjualan LGCC di tahun 2015 akan sama jumlahnya seperti tahun lalu, dan ini sesuai dengan forecast penjualan mobil yang akan berjalan stagnan. Makanya Toyota Astra tetap mempertahankan pasar LCGC di tahun ini yakni sekitar 60 ribu unit,” katanya, Rabu (28/1/2015).

Jika dihitung-dihitung, lanjut Rahmat, penjualan Toyota Agya di tahun lalu memang menembus 67 ribu unit karena ditambah dengan jumlah pengiriman dari pemesanan Toyota Agya di kuartal III 2013 . Rahmat mengatakan konsumen banyak yang memesan (indent) Toyota Agya sejak pertamakali diluncurkan pada Agustus 2013. Pengiriman sudah dilakukan bertahap mulai awal tahun 2014.

“Tahun ini sudah tidak ada indent lagi karena produksi LCGC kami sudah bisa memenuhi permintaan pasar. Jadi kami menargetkan penjualan Toyota Agya rata-rata sebanyak 50 ribu unit per bulan,” ia menerangkan.

Rahmat optimistis pihaknya bisa mencapai target penjualan Agya seiring dengan stabilitas ekonomi, politik dan pertumbuhan populasi kelas menengah. Kelas menengah baru dinilai sebagai konsumen potensial yang membeli LCGC sebagai mobil baru yang pertama dibelinya. Rahmat mengatakan mayoritas pembeli Agya pada tahun lalu adalah konsumen yang untuk pertamakalinya membeli mobil baru.

Penjualan Naik

Menurut riset Frost & Sullivan, penjualan mobil pada 2015 diproyeksikan akan menjadi 1.286.000 unit, atau tumbuh 5% dibandingkan tahun lalu sebanyak 1.208.019 unit. Faktor pendorong pertumbuhan penjualan roda empat adalah peningkatan investasi, anggaran pembangunan infrastruktur dari pemerintah, dan pertumbuhan kelas menengah. Selain itu, kehadiran mobil-mobil LCGC akan menjadi motor pendorong penjualan otomotif nasional.

Sentimen eksternal akan mempengaruhi mata uang rupiah. Pelemahan rupiah bisa menaikkan biaya impor untuk komponen dan suku cadang otomotif. Sedangkan LCGC relatif tidak terpengaruh lantaran kandungan komponen lokalnya sudah tinggi.

Vivek Vaidya, Vice President sektor Otomotif dan Transportasi, Frost & Sullivan Asia Pasifik, mengatakan kenaikan biaya impor otomotif memberikan dampak yang signifikan, seperti kenaikkan harga suku cadang. Ia juga mengatakan CBU impor, terutama mobil mewah, cenderung menjadi lebih mahal apabila mata uang rupiah tetap melemah. “Mobil LCGC merupakan yang paling tidak terkena dampak, karena kandungan komponen lokalnya tinggi,” ia menambahkan. Dalam 5 tahun ke depan, sektor otomotif Indonesia akan ditentukan oleh 5 faktor diantaranya LCGC orientasi ekspor, persaingan otomotif dengan Thailand dan pasar tunggal ASEAN.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved