Business Research

Bandara Penuh Sesak, RI Butuh Dana Rp 344 Triliun

Bandara Penuh Sesak, RI Butuh Dana Rp 344 Triliun

Nilai investasi bandara di seluruh dunia, diprediksi akan terus tumbuh sebesar 2,6% per tahun hingga tahun 2025. Asia menjadi kawasan dengan pertumbuhan terbesar dan khususnya Indonesia memerlukan nilai investasi hingga US$ 25 miliar (Rp 344 triliun) dalam dekade berikutnya, dua kali lipat nilai investasi saat ini.

Ini dipicu pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah, yang memiliki kecenderungan untuk melakukan perjalanan udara lebih sering seiring dengan meningkatnya penghasilan mereka. Pertumbuhan lalu lintas udara RI diproyeksikan mencapai 4,8% per tahun hingga tahun 2025.

Demikian laporan tahunan terbaru PwC dengan judul “Connectivity and growth: issues and challenges for airport investment”. Nilai investasi ini bergantung pada perbaikan iklim investasi untuk mempermudah investor swasta, baik domestik maupun asing untuk memasuki pasar, karena nilai investasi seperti ini melampaui kemampuan Angkasa Pura I dan II. Sejatinya, sebagian kebutuhan pembangunan infrastruktur negara akan didanai oleh sektor swasta.

Bandara_Soekarno-Hatta

Namun, tiadanya kerangka kerja baik dari segi peraturan maupun kontraktual untuk investasi sektor swasta pada bandara mengakibatkan investor ragu untuk menghadapi resiko yang timbul dari peraturan yang berlaku saat ini, antara lain yang mewajibkan bandara untuk memperoleh pendapatan dalam Rupiah, tidak dalam USD.

Alhasil, investor swasta enggan berinvestasi untuk pembangunan bandara baru jika harus bersaing dengan bandara yang telah berjalan. Julian Smith, PwC Indonesia Capital Projects & Infrastructure Adviser menilai, Jakarta memerlukan bandara kedua untuk mengakomodir permintaan yang terus meningkat dan untuk mendukung efisiensi ekonomi.

“Jika bandara kedua ini ingin didanai swasta, pemerintah perlu kerangka kerja hukum yang ketat dan model penanganan risiko yang dapat meminimalisir risiko yang tidak perlu bagi investor,” kata dia dalam rilisnya.

Menurut dia, banyak bandara di berbagai propinsi di Indonesia, termasuk juga sistem pengendalian lalu lintas udara, yang memerlukan sumber pendanaan baru. Sejauh ini investasi swasta untuk pembangunan infrastruktur bandara nyaris tidak ada, sangat jauh berbeda dengan di banyak negara lainnya.

“Akan ada banyak sekali yang bersedia untuk memanfaatkan peluang investasi bandara jika peluang tersebut terstruktur sesuai best practice internasional,” ujarnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved