Business Research

Bank Dunia: Dampak Reformasi Subsidi BBM Sementara

Oleh Admin
Bank Dunia: Dampak Reformasi Subsidi BBM Sementara

Langkah pemerintah Indonesia menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dipandang baik oleh Bank Dunia. Lembaga internasional ini menilai bahwa kebijakan tersebut akan membantu, salah satunya, memperkecil defisit APBN 2013.

Namun, selain mempunyai dampak positif, langkah pemerintah itu juga menghasilkan kondisi yang tak bagus, seperti pada tingkat inflasi. Akan tetapi, Bank Dunia berkeyakinan kenaikan inflasi sifatnya temporer.

Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia

“Kami memprediksi inflasi meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan ke depan,” terang Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia, di dalam paparan terkait Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia yang terbaru dari Bank Dunia, di Jakarta, Selasa (2/7/2013).

Per tanggal 22 Juni lalu, pemerintah Indonesia memutuskan menaikkan harga BBM bersubsidi, yakni jenis premium, sebesar 44 persen, atau menjadi Rp 6.500 per liter. Sedangkan harga solar naik 22 persen menjadi Rp 5.500 per liter. Bank Dunia menyebut hal itu sebagai sebuah reformasi yang besar. “Revise anggaran (subsidi) ini adalah suatu batu loncatan yang besar,” imbuhnya.

Dalam jangka pendek, reformasi itu dinilai akan membantu membatasi peningkatan defisit APBN tahun ini. Selain itu, kenaikan harga BBM bersubsidi dinilai akan menurunkan defisit neraca berjalan sebesar 0,2 persen dari PDB 2013.

Dan untuk jangka panjang, kebijakan pemerintah itu dipandang menjadi bagian dari tanggapan yang dibutuhkan dalam penyesuaian yang sedang berlangsung dalam perekonomiann Indonesia, seperti meningkatnya permintaan impor energi karena ekonomi yang terus bertumbuh.

Bank Dunia pun memperhitungkan, penghematan fiskal secara langsung dari naiknya harga BBM bersubsidi bisa mencapai Rp 42 triliun pada 2013. Angka itu bisa meningkat di tahun depan, yakni menjadi Rp 85 triliun. “Penghematan signifikan, dan akan lebih signifikan di tahun depan.” Namun, Ndiame mengingatkan bahwa besaran penghematan tersebut akan tergantung pada harga energi global dan nilai tukar rupiah.

Kenaikan harga BBM bersubsidi memang menghasilkan sejumlah hal yang baik, tetapi langkah tersebut juga mempunyai dampak yang tidak kecil. Salah satunya bisa terlihat dari tingkat inflasi. Bank Dunia memperkirakan, peningkatan rata-rata inflasi tahunan pada tahun ini sekitar 1,8 persen menjadi 7,2 persen. Dan angka inflasi bisa mencapai 9 persen secara tahunan (yoy) menjelang akhir tahun.

Akan tetapi, ia mengingatkan, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi hanya sementara. Penyesuaian itu disebut hanya peningkatan harga satu kali saja. Maksudnya, dampak inflasi akan berangsur menghilang pada pertengahan tahun 2014. Itu bisa terjadi dengan asumsi bahawa perkiraan inflasi jangka panjang tidak terpengaruh dan kebijakan moneter cepat tanggap terhadap tanda-tanda tekanan harga putaran kedua. “Ini (tekanan terhadap inflasi) hanya sementara,” tegas dia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved