Business Research

Bisnis Terdampak Corona, Pengusaha Muda Tetap Berusaha Bertahan

Orang-orang yang memakai masker terlihat menyeberang jalan di kawasan bisnis utama di Jakarta, Senin, 8 Juni 2020. (Foto: AP)

Meski terdampak, para pengusaha muda tetap berharap dapat bertahan di tengah pandemi ini. Demikian hasil survei Youth Colab UNDP dan Citi Foundation terkait dampak virus corona terhadap dunia usaha, khususnya para pengusaha muda di Indonesia.

Survei yang dilakukan atas 756 responden yang tersebar di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan ini menunjukkan 79 persen pengusaha muda terdampak negatif perebakan virus corona. Dari angka itu 49 persen terpaksa harus menutup bisnisnya karena tidak mampu bertahan.

Youth Colab UNDP dan Citi Foundation mengeluarkan hasil survei ini dalam webinar yang dilangsungkan oleh Katadata, Selasa (18/8). Wakil Youth Colab , Innovative Financing Lab UNDP Indonesia, Lady Diandra, mengatakan peraturan mengenai pembatasan sosial yang menyebabkan turunnya aktivitas perekonomian secara drastis, berakibat pada merosotnya permintaan maupun transaksi barang dan jasa.

Lady Diandra, dalam webinar dampak corona terhadap pengusaha muda di Indonesia, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)
Lady Diandra, dalam webinar dampak corona terhadap pengusaha muda di Indonesia, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)

“Empat puluh lima persen dari mereka menyatakan bahwa dikarenakan regulasi PSBB yang sama sekali mereka tidak menyangka, ada berkurangnya demand atau request untuk transaksi dari 45 persen responden yang menjawab,” ungkap Lady Diandra

Dan 15 persennya, lanjutnya, menyatakan bahwa ada pengurangan investor demanduntuk usaha-usaha mereka. “Hanya kurang dari 10 persen menyatakan masalah di supply change, market convident, dan distribution,” kata Lady Diandra.

Salah satu pengusaha muda yang terdampak akibat perebakan virus corona adalah Elisa Suteja, CEO Fore Coffee. Bisnis penjualan kopi miliknya turun drastis karena sekitar 70 persen pembelinya adalah orang yang datang langsung ke toko. Perubahan perilaku konsumen yang terbentuk akibat virus corona ini, menurut Elisa, perlu disikapi untuk melihat potensi dan strategi yang dapat diterapkan untuk tetap dapat bertahan.

Elisa Suteja, CEO Fore Coffee dalam tangkapan Layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)
Elisa Suteja, CEO Fore Coffee dalam tangkapan Layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)

“Tapi kita lihat ini sebetulnya sebagai tantangan untuk kita melihat potensi Fore Coffee itu sebetulnya ada dimana lagi. Sebelum masa pandemi, 70 persen dari penjualan kita itu adalah orang yang datang ke toko. Dan kita lihat bahwa karena adanya PSBB dan ketakutan orang untuk keluar dari rumah, memang 100 persen dari bisnis kita relay on delivery, yang mana membuat kita berpikir sebetulnya apa lagi yang bisa kita optimalkan dari keadaan ini,” ujar Elisa Suteja

Penurunan jumlah penghuni hotel atau penginapan akibat perebakan virus corona juga dirasakan Ade Safrina Nasution, pelaku usaha pariwisata. Co-Founder Dorm.id dan BerdayaKrui ini mengaku merasakan dampak negatif dari virus corona, dengan merosotnya wisatawan asing yang biasanya mendominasi tingkat hunian hotelnya di Krui, Lampung.

Ade Safrina, co-founder Dorm.id dan BerdayaKrui, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)
Ade Safrina, co-founder Dorm.id dan BerdayaKrui, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)

“Jadi negatif efeknya tentu saja banyak sekali, 80 persen okupansi kita hilang. Kita hanya berada dan harus survive dalam okupansi sekitar 20 persen pada Maret sampai April, ketika ada lockdown dan lain-lain,” tutur Ade Safrina Nasution.

Ia berharap dukungan pemerintah dalam hal publikasi, edukasi dan promosi terhadap pariwisata Indonesia, dapat mendorong kehadiran wisatawan lokal. Edukasi yang dimaksud, kata Ade, perlu diberikan baik kepada pelaku bisnis maupun wisatawan mengenai protokol kesehatan dalam bidang pariwisata.

Sedangkan Elisa Suteja berpendapat, pemerintah bersama para pihak terkait perlu memikirkan dan mendukung program reseller suatu produk, untuk tetap memberi peluang pelaku usaha yang tidak mampu bertahan, tetap dapat menggerakkan roda perekonomian.

Hamparan areal tanaman jagung dan padi gogo siap panen yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balitbangtan dengan teknologi tumpang sari tanaman diatas lahan kering bekas sawah di desa Karawana, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (15/8), sebagai ilustrai. (Foto: VOA/Yoanes Litha)
Hamparan areal tanaman jagung dan padi gogo siap panen yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balitbangtan dengan teknologi tumpang sari tanaman diatas lahan kering bekas sawah di desa Karawana, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (15/8), sebagai ilustrai. (Foto: VOA/Yoanes Litha)

Sektor Pertanian Masih Bertahan

Ketika sejumlah sektor ekonomi terdampak signifikan terhadap perebakan virus corona, sektor pertanian masih cukup mampu bertahan di tengah pandemi. Jim Oklahoma, Chief Business Development Officcer iGrow, mengatakan sektor pertanian masih memungkinkan bergerak karena dampaknya terbilang kecil.

Namun, Jim berharap pandemi corona segera berakhir atau menurun, agar efek domino yang diakibatkan pada sektor ekonomi Indonesia tidak berpengaruh pada bidang lain, khususnya pertanian.

JIM Oklahoma, Chief Business Officer iGrow, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)
JIM Oklahoma, Chief Business Officer iGrow, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)

“Kita berharapnya pandemi ini segera berakhir sehingga efek domino itu tidak masuk ke semua sektor. Jadi, sekuat apa pun sektor tertentu tetapi sektor lain di supply change-nya roboh, pasti juga pada akhirnya akan terpengaruh,” kata Jim Oklahoma.

“Jadi, kami berpikir ketahanan dari pertanian mungkin bisa maksimal ya tiga sampai enam bulan lagi, tapi kalau tidak ada perubahan mungkin juga akan terpengaruh pada akhirnya. Jadi, pertanian ini seperti diujung dominonya yang dijatuhkan, jadi dia akan jatuh terakhir,” lanjutnya.BACA JUGA:Menko Perekonomian: Aktivitas Ekonomi Mulai Membaik

Asisten Deputi Kewirausahawan Muda, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Imam Gunawan, mengatakan pemerintah telah melakukan sejumlah langkah untuk membantu pelaku usaha tetap dapat bertahan di tengah pademi. Namun, bantuan yang diberikan sangat terbatas sehingga dipastikan tidak akan mampu memenuhi seluruh kebutuhan pelaku usaha yang terdampak.

Imam Gunawan, Asisten Deputi Kewirausahaan Muda Kemenpora, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)
Imam Gunawan, Asisten Deputi Kewirausahaan Muda Kemenpora, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Petrus Riski)

“Sebesar-besarnya upaya atau skema hitungan pemerintah kepada dampak Covid-19 ini, juga pasti tidak akan memenuhi seluruh kebutuhan yang diperlukan. Pasti sangat terbatas jumlahnya, sehingga memang diperlukan bagaimana caranya menggunakan skema yang terbatas itu untuk kepentingan yang sangat strategis, sangat fundamental,” katanya.

Mungkin, kata Imam, bukan untuk pengembangan bisnis, tapi mungkin untuk mempertahankan diri. [pr/em]

Sumber: VoAIndonesia.com


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved