Business Research Management Editor's Choice

Diaspora, Katalisator Pebisnis Lokal Go Internasional

Diaspora, Katalisator Pebisnis Lokal Go Internasional

Diaspora punya banyak kontribusi untuk negara. Salah satunya menjadi jembatan penghubung pengusaha lokal yang ingin go internasional. Mereka yang sudah memiliki bisnis yang matang di Tanah Air tentunya ingin melebarkan sayap bisnisnya ke mancanegara. Selain Jepang, Amerika dan Eropa adalah dua pasar tradisional yang sangat menjanjikan, terutama untuk produk furniture. Nah, diaspora Indonesia bisa menjadi semacam “kaki” yang fungsinya untuk memuluskan jalan pengusaha lokal untuk ekspansi produk. “Pengalaman saya, selama membuka bisnis di Amerika, akan lebih sulit jika pebisnis Indonesia tidak mempunyai “kaki” di sana. Akhirnya harus melalui middle man, untuk masuk dan mensupply (kebutuhan) kantor pemerintahan di sana. Diaspora di sana bisa menjadi jembatan untuk hal ini,” kata kata President & CEO Formcase Furnishing Group USA, Fify Manan.

Menurut dia, pemerintahan baru, Joko Widodo dan Jusuf Kalla sudah jauh lebih terbuka. Mereka tentu punya sederet terobosan kebijakan untuk mengoptimalkan sumbangsih diaspora untuk Tanah Air. Tentu saja, keahlian dan pengalaman mereka sangat dibutuhkan untuk rekan-rekan pebisnis atau pelaku di sektor lain yang ingin mengembangkan kemampuan di pasar internasional. Kongres Diaspora Indonesia III di Jakarta, Agustus mendatang adalah kesempatan besar bagi pemerintahan baru Indonesia untuk menggali apa saja yang bisa dioptimalkan dari jutaan diaspora di berbagai belahan dunia sana.

President & CEO Formcase Furnishing Group USA, Fify Manan

President & CEO Formcase Furnishing Group USA, Fify Manan (Foto: IST)

“Banyak hal di semua bidang, Indonesia perlu ekspertis yang ada di luar negeri, daripada orang asing, lebih baik diaspora Indonesia dimaksimalkan. Diasporanya sendiri sebenarnya mau dan masih cinta Indonesia. Tapi, kebanyakan sudah menjadi WNA (warga negara asing). Mereka tidak punya KTP sehingga tidak bisa membuka rekening bank di sini. Itu kendalanya. Kebijakan soal dwikewarganegaraan harus segera diwujudkan,” katanya.

Menurut dia, upaya suaminya Robert Manan untuk mempromosikan kuliner Indonesia di luar negeri adalah salah satu sumbangan diaspora untuk negeri ini. Gerakan ini, juga meliputi penyediaan jembatan antara pebisnis Indonesia dengan diaspora di luar, terutama yang ingin membuka restoran di luar negeri. Caranya adalah dengan membuat semacam pusat pelatihan di salah satu pabrik yang dimiliki Fify Manan untuk professional yang ingin membuka restoran di luar negeri. Rencananya akan dibuka akhir tahun ini di tiga tempat yaitu Tangerang, Bogor dan Bali.

Meski begitu, Fify menilai banyak pebisnis yang kurang sabar saat memutuskan ekspansi ke luar negeri. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memantapkan bisnis di Tanah Air. Setelah kuat baru melebarkan sayap ke kawasan Asia. Pilihan untuk menembus pasar Amerika dan Eropa adalah pilihan selanjutnya. “Jangan tiba-tiba ingin masuk. Amerika itu seperti kandang macan karena pasar di sana sudah mature. Di Negeri Paman Sam, produk harus bagus dulu kualitasnya, sekali ditolak bakal sulit untuk masuk lagi. Kami di bawah IDBC (Indonesian Diaspora Business Council) sudah ada MoU dengan KADIN, HIPMI tentang ini. Sayang, mereka tidak follow up lebih serius,” ujarnya. (Reportase: Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved