Business Research

Fluktuasi Properti sebagai Dampak Perlambatan Ekonomi

Fluktuasi Properti sebagai Dampak Perlambatan Ekonomi

Properti seperti perumahan, kondominium, gedung perkantoran, mall, dan lain sebagainya mengalami pertumbuhan yang lambat pada awal tahun (kuartal 1) tahun 2015. Hal ini dipaparkan oleh Herully Suherman, Director of Strategic Consulting di kantor PT Jones Lang Lasalle. Menurutnya, kenaikan BBM, depresiasi nilai tukar rupiah, dan persaingan menjadi beberapa faktor yang memengaruhi. “Perkantoran menjadi sektor yang paling mengalami perlambatan, di mana terjadi penurunan permintaan sekitar 4.400 meter2,” ungkap Herully.

Penurunan tersebut sudah terjadi pada kuartal IV tahun 2014 pada grade A dan grade B. Banyak faktor yang memengaruhi negative net take up tersebut, antara lain pengurangan office pay pada beberapa perusahaan seperti minyak, gas, dan pertambangan, penutupan operasional dari kantor, dan relokasi perusahaan. Relokasi terjadi ke beberapa gedung perkantoran CBD yang memiliki harga lebih murah, ataupun relokasi ke perkantoran di luar CBD.

20150415_113321

Herully menambahkan bahwa perlambatan juga terjadi di sektor retail akibat moratorium. Sedangkan penjualan pada sektor residensial masih cukup baik yaitu sekitar 4.600 unit pada kuartal I 2015 dibandingkan pada kuartal IV 2014. “Untuk permintaan pasar naik sebesar 40 persen dibandingkan kuartal akhir tahun 2014. Hal ini karena masih banyak yang tertarik membeli hunian vertikal,” katanya.

Di tengah kondisi ekonomi Indonesia seperti saat ini ditambah menurunnya sentimen bisnis, pasar properti masih menunjukkan persepsi yang positif. Perlambatan ini diperkirakan akan terjadi hingga pertengahan tahun. ”Kami melihat tetap ada antusiasme para investor lokal maupun asing. Seperti kondominium dan ritel di Jabodetabek. Dua sektor tersebut menjadi sasaran baru bagi investor asing. Kondisi lainnya yang terlihat adalah sektor logistik dan industri juga dianggap sebagai peluang pengembangan yang memiliki daya tarik bagi pengembang lokal dan investor asing,” papar Vivin Harsanto, Head of Advisory.

Guna menghadapi kuartal depan, JLL tengah mengamati dinamika pasar properti. Karena menurut Herully saat ini terdapat 3 hal besar yang dapat mempengaruhi pasar properti, yaitu depresiasi rupiah terhadap US$ yang mencapai angka Rp13.000, kebijakan BI tentang denominasi rupiah, dan luxury property tax. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved