Business Research

Benarkah Teknologi Akan Mengganti Peran Manusia Dalam Pekerjaan?

Benarkah Teknologi Akan Mengganti Peran Manusia Dalam Pekerjaan?

Accenture merilis laporan tren teknologi global terbaru di mana dalam laporan tersebut dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan terkemuka yang melakukan pendekatan dengan mengedepankan upaya pengembangan sumber daya manusia (people first) akan berhasil dalam era ekonomi digital saat ini. Tetapi hal ini kemudian menimbulkan sebuah pertanyaan dalam masyrakat awam, akankah teknologi sperti robotik dan kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan peran manusia dalam pekerjaannya ?. Berikut penjelasan dari Hamidjojo Surjotedjo, Managing Director – Technology, Client delivery, Accenture Indonesia kepada SWA Online dalam wawancara khusus beberapa waktu lalu.

Hamidjojo Surjotedjo - Managing Director - Technology, Client Delivery, Accenture Indonesia

Hamidjojo Surjotedjo – Managing Director – Technology, Client Delivery, Accenture Indonesia

Kenapa Accenture berpikir pendekatan ‘People First’ penting untuk perusahaan ?

Untuk tahun 2016, kami berpikir, teknologi tren itu muaranya adalah people, itulah kenapa people penting. Kenapa penting? Karena seringkali orang berpikir hanya teknologi, tetapi lupa menyiapkan SDMnya. Alhasil SDMnya beluim siap, baik itu secara pendidikan, kultur, dan berbagai hal yang lain. Jadi emnurut kami, people yang harus lebih diutamakan dalam setiap implementasi penggunaan teknologi, dalam hal ini IT. Analoginya begini, tentara punya senjata macam-macam yang cangging tetapi kalau tentaranya tidak dilatih maka akan sama saja, senjatanya tidak dapat digunakan. Demikian juga dengan teknologi.

Untuk menyiapkan SDM itu apa yang harus dilakukan? Training pasti, tetapi training itu bukan satu2nya jalan, karena yang membuat orang mau atau tidaknya menggunakan teknologi baru adalah bisa saja rasa takut salah, tidak percaya diri, dan faktor internal lainnya. Jadi harus dikomunikasikan, sosialisasi bahwa alat atau teknologi diberikan untuk membantu mempermudah pakerjaannya. Kalau sudah sosialisasi baru diberikan training.

Dengan teknologi robotik dan teknologi informasi lainnya, apakah menurut anda pendekatan “people first’ masih relevan untuk perusahaan ? Memang banyak sekarang ini perusahaan, terutama yang bergerak di industri manufaktur mulai banyak menggunakan robot. Mulai dari produksi sampai gudang, menggunakan robot. Dengan demikian muncul pertanyaan, apakah dengan demikian tenaga manusia akan digantikan robot? Coba kita ingat kembali zaman revolusi industri di abad ke-18, pada waktu itu pertama dikenalkan mekanisasi, nah, saat itu orang-orang juga berpikir, mesin – mesin akan menggeser tenaga manusia dalam pekerjaan, tetapi kenyataanny asampai sekarang tenaga manusia tetap dibutuhkan. Jadi teknologi itu hadir bukan untuk menggeser peran manusia, melainkan membantu manusia agar pekerjaannya lebih cepat dan mudah, dengan begitu manusianya sendiri bisa naik ke level pekerjaan yang lebih membutuhkan intelegensia dan skill yang lebih tinggi. Jadi kami yakin, semua teknologi yang terus bertambah canggih setiap hari tidak mungkin akan menggeser atau bahkan menggantikan manusia, tidak mungkin terjadi.

Lalu, ketika suatu pekerjaan telah digantikan oleh robot atau teknologi lainnya, maka apa yang harus dilakukan perusahaan untuk SDM yang pekerjaannya diambil alih oleh robot tadi ? Apakah skill mereka di upgrade ? Ya, perusahaankan berbeda-beda kebijakannya, tetapi perusahaan yang bagus adalah bagaimana memberdayakan SDM tersebut untuk diberikan skill yang lebih tinggi dengan training. Banyak kok perusahaan yang berpikir lebih baik me-leverage skill dari SDMnya yang sudah ada ketimbang merekrut tenaga yang baru meski dengan kualifikasi lebih tinggi. Dimana peran manusia di era sekarang dimana teknologi terus menerus berkembang pesat dan canggih ?

Sebenarnya relevan dengan yang tadi. Semakin advanced teknologinya, maka skill seseorang juga dituntut semakin tinggi. Jadi contohnya di pabrik, pekerjaan mengelas baja, ini adalah pekerjaan repetitif yang bisa digantikan oleh robot, nah, kalau demikian maka SDM yang tugasnya mengelas tadi diberikan training untuk meningkatkan skillnya dan ganti tugasnya misalnya menjadi quality control, desain, dan sebagainya. Jadi akan lebih tinggi skillnya. Jadi kebutuhan akan spesifikasi skill manusia yang akan berubah.

Tetapi bagi perusahaan, mana yang lebib baik, apakah meng-upgrade SDM yang sudah ada atau merekrut SDM baru yang kualifikasinya lebih tinggi ? Jadi, bagi perusahaan tidak semuanya harus merekrut baru karena mungkin SDM baru butuh usaha lebih untuk adapatasi kultur perusahaan dan kendala lainnya. Tetapi juga kenyataannya, diluar SDM dengan kualifikasi bagus juga terbatas, sehingga susah juga mendapatkan tenaga baru yang sesuai kualifikasi. Sehingga mendidik dan melatih yang sudah ada menjadi pilihan perusahaan. Sebaliknya tidak semua SDM bisa di upgrade skillnya, kalau demikian kondisinya ya harus merekrut baru dari luar.

Menurut Anda mana yang harus lebih dulu disiapkan, SDM atau teknologi ?

Itu sebenarnya tidak bisa dipisah, mana yang harus duluan. Harus bersamaan mempersiapkannya. Karena saat anda sedang menyiapkan SDM untuk teknologi A, besok sudah ada teknologi B yang lebih canggih lagi. Tetapi juga, kalau yang disiapkan teknlogi lebih dahulu, begitu teknologinya ada, tidak ada SDM yang bisa memakainya. Jadi saran saya harus bersamaan antara menyiapkan SDM dan teknologinya, harus paralel.

Apa saja tren teknologi yang didorong oleh prinsip ‘people first’ itu ?

Pertama, intelligent automation, para pemimpin sedang menyambut otomatisasi, didukung oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI), robotik, dan augmented reality, untuk mengubah operasi bisnis mereka dan menciptakan hubungan baru yang lebih produktif antara pekerja dengan mesin.

Kedua, tenaga kerja fleksibel, dengan memanfaatkan teknologi untuk memungkinkan transformasi tenaga kerja, perusahaan-perusahaan terkemuka akan menciptakan lingkungan yang mudah beradaptasi dan siap berubah sesuai dengan tuntutan digital yang dinamis saat ini.

Ketiga, platform economy, ini maksudnya adalah para pemimpin industri mengedepankan kekuatan teknologi dengan mengembangkan model bisnis berbasis platform untuk menangkap peluang pertumbuhan baru, mendorong perubahan yang paling penting dalam lingkunganekonomi makro global sejak revolusi industri.

Keempat, disrupsi terprediksi, tren ini dikarenakan ekosistem digital yang berkembang cepat menciptakan dasar untuk gelombang disrupsiberikutnya dengan menguasai pasar dan menghilangkan batas-batas industri.

Kelima, kepercayaan digital, hal ini karena kepercayaan adalah landasan ekonomi digital, sehingga untuk mendapatkan kepercayaan dari individu, ekosistem, dan regulator dalam lingkungan baru ini, bisnis harus fokus pada etika digital sebagai strategi inti dan keamanan yang lebih baik. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved