Business Research

Hanya Sepersepuluh UKM di Indonesia Sudah Menjadi e-Commerce

Hanya Sepersepuluh UKM di Indonesia Sudah Menjadi e-Commerce

Deloitte, sebuah lembaga riset dan konsultan bidang keuangan—merilis hasil risetnya bekerja sama dengan Google Indonesia mengenai keterlibatan UMKM di Indonesia secara digital. Laporan dari riset tersebut mengungkapkan bahwa dengan meningkatkan keterlibatan usaha kecil dan menengah (UMKM) secara digital dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia sebasar 2 %. “Kenaikan seperti inilah yang kelak akan membuat Indonesia tetap berada pada jalur yang benar untuk menuju negara berpenghasilan menengah pada tahun 2025 nanti,” jelas Caludia Lauw, Managing Director Deloitte Indonesia.

Temuan utama dari laporan ini adalah bahwa semakin banyak pemanfaatan dari teknologi digital seperti media sosial, pita lebar (broadband) dan e-commerce dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi UKM, termasuk kenaikan pendapatn hingga 80 %. Meningkatkan lapangan kerja satu setengah kali lipat, bahkan dengan tumbuhnya UMKM di Indonesia saat ini berjumlah 65 juta ternyata telah menyerap 100 juta tenaga kerja. Selain itu dengan memanfaatkan teknologi digital sebuah unit usaha UMKM punya 17 kali kemungkinan menjadi lebih inovatif.

IMG20150820102756

Menurut Deloitte, jika hasil penelitian ini diaplikasikan pada usaha kecil berdasarkan data untuk laporan ini (dengan rata-rata pendapatan Rp 1,4 miliar per tahun), maka bisnis yang masih berada di luar jaringan atau offline dapat mengalami kenaikan pendapatan sebesar Rp 140 juta setahun jika bisnis tersebut masuk ke dalam jaringan alias online.

Sejumlah pelaku usaha UMKM yang telah masuk menjadi e-commerce mengakui hal tersebut. Contohnya Yukka, pendiri dan pemilik brand sepatu Brodo. “Sekitar 80 % revenue Brodo datangnya dari online, sedangkan toko offline kami sekarang berubah fungsi menjadi showcase saja,” ungkapnya.

UKM dengan kemampuan online paling basic sekalipun mampu meningkatkan pendapatannya 6 % lebih besar yang berasal dari pelanggan antar kota bahkan antar negara, dibandingkan dengan UKM offline.

Terlepas dari keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi digital, hampir tiga perempat dari UKM di Indonesia kehilangan kesempatan untuk menikmati keuntungan dari teknologi digital. Hal itu dikarenakan, lebih dari sepertiga UMKM di Indonesia (36 %) masih offline. Seperiga lainnya (37 %) hanya memiliki kemampuan online yang sangat mendasar seperti komputer atau akses broadband. Sisanya sekitar 18 % UMKM yang memiliki kemampuan online menengah (menggunakan jejaring web atau media sosial), dan kurang dari sepersepuluh (9%) adalah bisnis online lanjutan dengan kemampuan e-commerce.

Berdasarkan hasil riset tersebut, Deloitte juga merumuskan beberapa rekomendasi kepada pemerintah untuk mendukung UMKM digital di Indonesia. Pertama, meningkatkan akses (broadband), akses internet yang ada di Indonesia sekarang masih realtif lambat dan mahal. Kedua, membantu semua UMKM untuk menjadi unit usaha yang go digital. Ketiga, memperluas pembayaran elektronik (e-payments). Keempat, memperluas akses terhadap investasi. Kelima, memperluas layanan pemerintah secara elektronik (e-government).

Menanggapai hasil riset tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan pemerintah saat ini tengah fokus meningkatkan akses (broadband), “Saat ini dalam dunia ICT, di ASEAN, Indonesia ada di urutan ke-4, tetapi nanti di tahun 2019, Indonesia akan ada diurutan kedua,” ujar Rudiantara. Saat ini pemerintah sudah melakukan refarming broadband di 1800 band dengan 4 operator, “Refarming dilakukan mulai dari Indonesia bagian timur dan nanti akan finish di Jakarta akhir tahun 2015 ini,” ujarnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved