Business Research

Indonesia Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 6% di Akhir 2014

Indonesia Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 6% di Akhir 2014

Ekonom PT Bank DBS Indonesia, Gundy Cahyadi, mengatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih sangat kuat (resilient), dan ini akan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia ke 6% di 2014. “Perlu dicatat bahwa 6% itu masih cenderung rendah daripada pertumbuhan potensialnya yang mungkin bisa mencapai 6,5% atau 7%, pada tiga sampai lima tahun ke depan. Jadi di sini masih ada output gap,” katanya.

DBS

Ia juga menerangkan bahwa kinerja ekspor Indonesia pada tahun lalu masih di bawah dari yang diharapkan. Sementara pada tahun ini diperkirakan kinerjanya akan meningkat. “Yang menarik justru di sektor manufaktur yang akan lebih terangkat di tahun ini. Sedangkan kalau untuk sektor komoditas, Indonesia itu price taker, jadi lebih seperti bergantung pada harga komoditas internasional. Kalau manufaktur, dengan pelemahan Rupiah pada tahun lalu akan membuat produk kita kompetitif jika dibandingkan negara lain,” terangnya.

Kemudian, masalah defisit transaksi berjalan (current account) juga masih akan membayangi perekonomian Indonesia pada tahun ini. Maka neraca perdagangan Indonesia, yang tentunya berkaitan dengan kinerja ekspor dan impor, harus bisa lebih seimbang pada tahun ini. Jangan sampai kembali lebih banyak impor daripada ekspor.

“Dari awal 2000 sampai 2010, kita mengalami keuntungan karena harga komoditas dunia meningkat. Jadi semua pelaku ekspor di Indonesia mau mendapatkan profit yang banyak, sehingga investasi di komoditas sangat tinggi. Tapi secara garis besar di sektor manufaktur, dalam 10 tahun terakhir ini, menurun. Ke depan, menjadi sangat penting bagaimana ekspor menjadi balance, caranya dengan kita meningkatkan sektor-sektor yang lain juga. Ini adalah tantangan untuk pemerintah ke depan,” jelasnya.

Menyoal investasi, Gundy menuturkan bahwa pertumbuhannya akan membaik pada semester kedua 2014. Pemulihan nilai tukar Rupiah, yang diperkirakan bisa menyentuh angka Rp 11.500 per US$ 1 di akhir tahun, akan mengembalikan kepercayaan yang dibutuhkan para pebisnis dan meningkatkan prospek pertumbuhan investasi. Investasi tersebut akan dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga yang masih kuat di 2014.

“Pembelanjaan investasi itu akan membentuk dasar pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di akhir 2014. Pertumbuhan PDB akan bisa mencapai 6% (yoy), walaupun kami melihat tetap adanya risiko. Kemudian, impor barang modal telah berhasil meningkatkan pertumbuhan sebesar 0,9% (yoy) pada Januari 2014. Tapi proyeksi PDB itu bisa menurun, jika ke depannya ada perubahan lain dalam sentimen pasar terhadap Rupiah,” paparnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved