Business Research

Kemenristekdikti Alirkan Dana Rp 65 Miliar untuk Program Inovasi PT

Kemenristekdikti Alirkan Dana Rp 65 Miliar untuk Program Inovasi PT

Sebagai bentuk percepatan hasil dari Research and Development di perguruan tinggi (PT), Kemenristekdikti menggalakkan program inovasi PT di industri mulai tahun 2016. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kolabarasi antara pemerintah, akademisi, bisnis dan masyarakat. Tujuan lainnya adalah untuk mendorong hilirisasi produk inovasi PT ke industri dan mendorong perguruan tinggi berbadan hukum (PTNBH) menjadi teaching industry. Maka pada tahun 2016 ini Kemenristekdikti melalui Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi memberikan pendanaan kepada beberapa PTNBH.

Saat ini terpilih 6 PTNBH yang mendapatkan pendanaan setelah sebelumnya melalui proses seleksi terhadap proposal yang diajukan. “Pemilihan ini dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang dilakukan oleh tim pakar dan independen. Kriteria utamanya adalah PT yang menghasilkan produk inovasi yang memiliki potensi pasar baik di dalam maupun luar negeri,” ungkap Dr Jumain Appe, Dirjen Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti.

20160307_105049-640x480

Total dana yang akan dialirkan kepada 6 perguruan tinggi ini senilai Rp 65 miliar, dengan masing-masing kucuran dana sekitar Rp 9 miliar. Pemberian dana ini juga akan diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh para peneliti. Ke depannya Menristekdikti menargetkan akan ada 23 produk inovasi yang bisa dihasilkan PT dan masuk ke dunia usaha.

“Dengan adanya program ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang memiliki dampak langsung kepada ekonomi masyarakat. Dengan riset, diharapkan bisa menggerakkan sektor-sektor ekonomi dan juga menghasilkan suatu kompetisi yang kuat untuk Indonesia terhadap barang-barang dari luar negeri,” kata Muhammad Nasir, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI dalam penandatangan MoU Inovasi Perguruan Tinggi di Industri (7/3).

Nasir juga menambahkan bahwa riset yang dihasilkan peneliti di Indonesia sejak tahun 2010 hingga 2014 ada sebanyak 701 inovasi. Namun sayangnya dari jumlah yang begitu besarnya tidak sampai 10 inovasi yang berhasil menjadi terapan industri atau digunakan industri, padahal biaya untuk melaksanakan riset tersebut sangatlah besar.

“Saat ini kami akan membuat tahapan riset mulai dari teknologi level 1 hingga level 9. Masing-masing inovasi yang akan diimplementasikan akan dilihat cost dan benefitnya. Jika cost nya lebih besar maka perlu dikaji ulang. Karena jika dibandingkan dengan kompetitor nantinya kita tidak mampu berkompetisi karena industri pastinya akan mengambil riset yang memberikan nilai tambah bagi dunia usaha,” lanjut Nasir.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap ada pendanaan untuk penelitian pastinya peneliti akan disibukkan dengan segala urusan administrasi yang begitu panjang. Namun kabar bahagia dikeluarkan oleh Menristekdikti bahwa ke depannya riset tidak lagi berbasis pada aktivitas, tetapi berbasis pada output. “Jadi para peneliti tidak dibebankan dengan tanggung jawab administrasi. Sehingga mereka bisa lebih fokus untuk memberikan nilai tambah pada inovasinya untuk dunia usaha atau industri,” katanya.

“Harapan ke depannya, masing-masing perguruan tinggi dapat membuat kawasan technopark, karena itu akan dijadikan media oleh para peneliti untuk melakukan inkubasi hasil riset dengan dunia usaha,” tutup Nasir. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved