Business Research

Menerawang Bisnis Properti Tahun 2014

Menerawang Bisnis Properti Tahun 2014

Tahun ini penjualan dan permintaan bisnis properti di Jabodetabek secara umum meningkat, meski tidak sesignifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, kondisi politik di tahun 2014 membuat pengusaha dan konsumen properti sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan bisnisnya. Sehingga kondisi tersebut membuat pengembang properti, investor dan konsumen menahan diri untuk mengambil keputusan di akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014.

“Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketidakstabilan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika. tingkat inflasi yang mencapai angka 7,49 persen pada bulan Agustus 2013. Dan juga, kebijakan terbaru Bank Indonesia yang menaikkaan suku bunga,” Arief Rahardjo, Senior Associate Director Research and Advisory dari Cushman & Wakefield. Inflasi sendiri mencapai angka 7,49 persen pada bulan Agustus 2013. Sedangkan kenaikan suku bunga sendiri mencapai 7,25 persen.

Salah satu sektor properti yang tidak mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun lalu adalah sektor properti perkantoran. Pertumbuhan properti di sektor pasar perkantoran CBD Jakarta di tahun 2014 diperkirakan mengalami peningkatan pasokan menjadi 399.000 meter persegi. Hal ini lebih tinggi 25 persen dibandingkan tahun 2013.

Cushman

Namun, tingkat hunian sendiri mengalami penurunan menjadi 90-92 persen. Kenaikan harga sewa juga menurun sebesar 15 persen dibandingkan tahun 2013, ini disebabkan langkah untuk mengantisipasi tingginya pasokan di tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh para pembeli-pembeli besar yang lebih berhati-hati dalam menyiasati kondisi ekonomi Indonesia maupun global di tahun 2014.

Sektor properti lain seperti pusat perbelanjaan di tahun 2014 juga tidak mengalami peningkatan nyata. Hal ini disebabkan di tahun depan hanya ada satu pusat perbelanjaan strata-title baru dan 7 pusat perbelanjaan baru. Total penyerapan di tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 160.800 meter persegi. Kondisi ini 19 persen lebih sedikit dibandingkan tahun lalu.

Harga sewa untuk sektor properti ini sendiri diperkirakan stabil di tahun 2014. Namun ada beberapa pemilik pusat perbelanjaan yang berencana meninjau ulang untuk menyesuaikan konsesi nilai tukar dolar Amerika. Sedangkan beberapa reatailer yang menjual barang-barang impor lebih memilih menunggu untuk memperluas dan menambah tokonya.

Penjualan kondomonium sendiri di Jabodetabek pada tahun 2013 akan meningkat sebesar 5,4 persen dibandingkan tahun 2012. Saat ini, telah terjual sebanyak 21.059 unit kondomonium. Di akhir tahun 2013 penjualan kondomonium eksisting diperkirakan mencapai 95,8 persen. Sedangkan tingkat pra penjualan mencapai 60 persen.

Tahun 2013 kondomonium akan bertambah pasokan baru sebanyak 22.167 unit sehingga total kondomonium untuk Jabodetabek sebanyak 127.960 unit. Pasokan kondomonium sepanjang tahun 2013 mencapai 113.478 unit. Secara keseluruhan tingkat hunian tidak mengalami banyak perubahan dibandingkan tahun lalu yang mencapai 58,9 persen. Sepanjang tahun 2013 harga jual rata-rata kondomonium yang berlokasi di wilayah CBD diperkirakan akan mencapai Rp 29,9 juta per meter persegi. Untuk wilayah primer mencapai Rp 28,3 juta per meter persegi.

Sedangkan prospek tahun 2014, penjualan kondomonium diperkirakan akan meningkat cukup signifikan dengan terjualnya sebanyak 39.090 unit. Peningkatan penjualan juga diikuti harga jual per unitnya. Untuk wilah CBD diperkirakan mencapai Rp 36 juta per meter persegi. Sedangkan di wilayah primer menjadi Rp 34,2 juta per meter persegi. Namun pertumbuhan harga diperkirakan akan lambat karena persaingan pasar yang ketat.

Tahun 2014 diperkirakan tidak jauh berbeda. Rendahnya permintaan akan sektor industri di tahun 2013, diperkirakan hanya akan ada 100 hektar pasokan baru.

Untuk penjualan pada sektor perumahan Jabodetabek sendiri mengalami sedikit pemulihan di semester pertama tahun ini. Namun menjelang bulan September terjadi perlambatan pasar, hal ini disebabkan kenaikan suku bunga Kredit Pinjaman Rumah (KPR) di mana pembiayaan ini merupakan yang paling banyak diminati pasar.

Bagaimana dengan sektor properti perumahan? Permintaan sektor properti perumahaan sendiri pada tahun 2013 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 3,9 persen. Namun besarnya penjualan sebanyak 11.152 unit pada tahun ini justru lebih rendah 13 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Tahun 2014, diperkirakan pasokan akan berjalan lambat. Pertumbuhan hanya 3 persen. Sedangkan untuk permintaanya sendiri diperkirakan hanya sebesar 3,7 persen, lebih rendah 2 persen dibandingkan tahun lalu.

Sedangkan, pasar sektor apartemen sewa Jakarta di tahun 2014 diperkirakan akan mengalami penurunan tingkat huni rata-rata sebesar 0,8 persen sehingga menjadi 60,7 persen. Hal ini disebabkan tingginya angka pasokan baru apartemen yang bertambah sebanyak 16,529 unit.

Sedangkan sektor properti hotel pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan permintaan. “Selain dari para pelancong, kenaikan tamu seperti NGO atau dari partai-partai politik yang akan hadir pada masa pemilihan umum tahun 2014,” kata Arief. Diperkirakan tingkat hunian hotel keseluruhan mencapai 74,4 persen, angka tersebut naik dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 73 persen. Harga sewa kamar sendiri juga akan mengalami peningkatan rata-rata menjadi Rp 950 ribu, naik dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 865 ribu.

Bisnis properti yang mengalami penurunan paling terasa di tahun 2014 adalah bisnis properti sektor industri mengalami penurunan. Hal ini disebabkan terjadi penurunan permintaan lahan industri sebesar 200 hektar atau turun 63 persen dibanding tahun lalu. Hal ini disebabkan tidak adanya permintaan dari perusahaan-perusahaan industri utama, terutama sektor otomotif.

Namun, telah terdeteksi adanya pasokan tahunan yang cukup besar. Hal ini disebabkan tingginya permintaan lahan di tahun 2011-2012. Tingginya pasokan dibandingkan permintaan membuat peningkatan harga tanah tidak signifikan. Diperkirakan akhir tahun 2013 peningkatan harga tanah hanya sebesar 13,5 persen. Jauh berbeda dibandingkan tahun 2012 yang mengalami peningkatan sebanyak 52 persen. (M Jnauar Rizki)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved