Business Research

Mengapa Komersialisasi Tanaman Biotek di Negara Berkembang Naik Tajam?

Mengapa Komersialisasi Tanaman Biotek di Negara Berkembang Naik Tajam?

Kesadaran komersialisasi tanaman biotek di negara berkembang makin tinggi. Hal ini terlihat dari meningkatnya luasan tanaman biotek di negara berkembang dibandingkan dengan negara-negara industri. Angkanya naik sekitar 2% dari 7 juta hektar (2012) menjadi 14 juta hektar (2013). Contoh kasusnya ada di beberapa negara. Brazil bahkan mencatat rekor baru dengan peningkatan luasan sebesar 3,7 juta hektar dibandingkan tahun 2012. Sementara Argentina mampu mencapai 24,4 juta hektar dan India, menggantikan posisi Kanada di urutan ke-4, dengan 11 juta hektar tanaman kapas biotek dengan laju adopsi 95%.

Komersialisasi Tanaman Biotek Negara Berkembang Naik Tajam, Foto : Gustyanita

Komersialisasi Tanaman Biotek Negara Berkembang Naik Tajam (Photo by Gustyanita)

Di Asia, contohnya Filipina, sebelum Fruit and Shoot Borer Resistant (FSBR) Eggplant diterima untuk kebutuhan komersial, sejumlah peneliti dan regulator memastikan bahwa tanaman ini lulus banyak tes dan standar kemanan pangan. Bahkan biosafety harus dievaluasi melalui 4 tahapan. Pertama, dengan riset di laboratorium maupun screenhouses, lalu small confined trials, multilocational field trials, serta commercial release.

The National Committee on Biosafety of the Philippines (NCBP) adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi keamanan kandungan dari terong biotek ini. Selain itu, The Bureau of Plant Industry dan regulator lainnya, yang berada di bawah Departemen Pertanian mengambil alih monitoring dan safety assesment untuk percobaan yang lebih besar lagi sebelum rilis secara komersiil.

Kunci lainnya adalah support dari pemerintah. Randy Hautea, Koordinator Global International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications (ISAAA) menambahkan bahwa di Filipina, dari mulai Marcos sampai Presiden yang terakhir memiliki kesinambungan support pada biotek dengan gayanya masing-masing. “Dan itu ditengarai sebagai faktor penting perkembangan tanaman biotek di Filipina. Yang kedua, petani melihat bukti. Seed mungkin lebih mahal. Tapi ketika melihat kualitasnya, para petani akan adopsi dengan serta-merta, tidak harus disuruh. Karena kalau ternyata memang tidak berhasil dengan baik, tentu mereka akan tinggalkan. Karena petani berhitung betul,” ujarnya.

Bagaimana dengan negara kita? Indonesia sendiri berencana akan menanam tebu komersial biotek di tahun 2014. Tebu tahan kering ini dikembangkan oleh PTPN XI di Jatim, yang memang core businessnya gula. “Luasannya tergantung developernya. Barangkali seluas yang mereka punya di sana, terutama yang berkaitan dengan daerah-daerah kekeringan. Tahan kering itu kan artinya akan muncul kemampuan produksi kalau ditanam di tempat kering,” ujar Bambang Purwantara, Direktur SEAMEO BIOTROP. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved