Business Research

Pemanfaatan Riset Untuk Pencitraan?

Pemanfaatan Riset Untuk Pencitraan?

Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 berbagai macam hasil riset bermunculan. Umumnya, menyiarkan hasil riset mengenai tokoh atau partai politik yang paling banyak dipilih oleh masyarakat. Sayangnya, banyak riset yang didanai oleh partai politik hingga mereka yang ingin mencalonkan diri untuk maju di Pemilu 2014 nanti. Di balik itu, ada juga lembaga riset yang independen dalam menjalankan risetnya.

Bagaimana sebenarnya gambaran lembaga riset menjelang Pemilu 2014 nanti? Apakah hanya menjadi alat pencitraan partai politik atau calon tertentu? Bagaimana membedakan riset yang independen dengan hasil riset yang didalangi kepentingan tertentu? Berikut petikan wawancara SWA Online dengan Debnath Guharoy, Direktur Regional Asia Lembaga Riset Independen Roy Morgan. Berikut nukilan hasil wawancaranya:

APCBali

Menjelang pemilu, banyak permintaan mengenai hasil riset. Bagaimana gambaran yang Anda ketahui mengenai hal ini? Misalnya, peningkatan permintaan, kenaikan harga dari hasil riset, siapa-siapa saja klien yang datang?

Minat akan riset memang sekarang meningkat, juga pemahaman akan pentingnya atau nilainya. Partai-partai politik yang besar beserta campaign managers-nya belajar bagaimana menggunakan riset. Tapi masih cukup dini. Cara yang paling baik untuk kedepan adalah mengundang beberapa lembaga research untuk mempresentasikan credentials mereka, termasuk metodologi dan kemampuan mereka. Baru kemudian memutuskan siapa yang paling dipercaya dapat memberikan hasil yang benar.

Banyak hasil riset bermunculan ada yang digalang oleh lembaga riset independen hingga ada juga lembaga riset yang dimanfaatkan untuk kepentingan golongan tertentu. Bagaimana tanggapan Anda?

Seperti banyak alat lain, riset juga bisa digunakan untuk berbuat baik. Bila digunakan dengan benar maka research yang baik mempunyai kekuatan untuk memberikan informasi mengenai berbagai isu dan perkembangan. Tapi di tangan yang salah, alat yang sama dapat disalahgunakan. Ini memang sangat disayangkan, distorsi dari proses demokrasi.

Usaha untuk memengaruhi pendapat dari pemilih. Ketidakjujuran ini memang sulit dibuktikan, namun hasil dari riset itu sendiri dapat mengungkapkannya. Di negara-negara dengan demokrasi yang sudah matang, semua lembaga yang melakukan polling mendapatkan hasil riset yang mirip pada bulan yang sama. Masuk di akal dan meyakinkan bagi semua pihak.

Hal ini tidak terjadi di Indonesia sekarang ini. Golongan yang berbeda dengan kepentingan yang berbeda mensponsori polling-polling tertentu, dengan hasil yang berbeda-beda pula. Hal ini tentunya tidak baik untuk demokrasi.

Bagaimana skema atau alur yang Anda tahu mengenai lembaga riset yang dimanfaatkan untuk kepentingan seseorang atau golongan tertentu, sehingga hasil riset seperti dijadikan proyek atau komersil?

Misalkan, peneliti manapun tentunya tahu bahwa ada kantong-kantong daerah yang memang kuat untuk suatu kandidat tertentu, dan lemah untuk kandidat yang lain. Ambil contoh di Jakarta. Bila semua jatah atau kuota wawancara untuk Jakarta diadakan hanya di daerah Menteng misalnya, Anda akan mendapatkan suatu hasil tertentu, yang akan berbeda sekali bila wawancara dilakukan di Glodok misalkan. Research yang tidak baik dapat direkayasa, tanpa berbohong mengenai dasar-dasar metodologi research. Sayangnya banyak media tidak mengetahui berbagai cara yang bisa digunakan untuk memanipulasi research, sehingga kadang kurang dapat menanyakan pertanyaan yang lebih menyelidik.

Apa dampak yang timbul pada masyarakat dari banyaknya hasil riset yang digunakan untuk kepentingan pencitraan partai politik dan calon tertentu?

Banyak orang meragukan apa yang dibaca atau ditonton disebabkan perbedaan yang besar antara hasil poling yang satu dengan lain. Ini kesempatan bagi media untuk mengenali perbedaan ini, mempublikasikan hasil yang dapat dipercaya, dan tidak mengumumkan hasil dari lembaga yang kurang kredibel. Pertanyaan mudah yang dapat ditanyakan kepada researcher adalah: ”Siapa yang mendanai survei ini?” Kredibilitas dari pihak sponsor perlu dilihat. Bahkan pemilik media dan ”think tanks” juga mempunyai political bias!

Bagaimanakah seharusnya lembaga riset independen berperan?

Masing-masing peneliti harus menjawab pertanyaan ini sendiri. Kami hanya dapat menjawab atas nama Roy Morgan Research. Kami percaya bahwa kami harus memberikan informasi sebagai layanan kepada masyarakat, bila kami mampu membayarnya. Dan kami memang mampu. Hasil-hasil utama dari riset kami, diberikan secara gratis kepada media dan pihak lain manapun. Bila ada organisasi atau pihak yang ingin mendapatkan analisa yang lebih dalam, misalkan berdasarkan umur, gender, pendapatan, mata pencaharian atau geografi secara detil, maka pihak tersebut harus membayar untuk akses yang mendetil itu. Biasanya, mereka adalah dari partai politik, campaign managers mereka, dan beberapa pemilik media yang perlu mengetahui skenario pemilu secara detail. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved