Business Research

Prediksi New Normal Economy di Indonesia

Prediksi New Normal Economy di Indonesia

Pertumbuhan ekonomi yang melambat, suku bunga rendah, dan harga komoditas yang turun terus, disebut-sebut sebagai new normal economy. Menurut Chi Chao Lin, Chief Economist Cahthay United Bank, keadaan new normal economy ini terjadi setelah terjadinya krisis dunia beberapa tahun yang lalu.

.C Tsai, Deputy Representative of Taipe Economic and Trade Office (kanan)

.C Tsai, Deputy Representative of Taipe Economic and Trade Office (kanan)

Sebelum krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai 6%, namun saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berada di kisaran angka 5%. Harga komoditas dunia juga turun dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, China memainkan peranan penting dalam terbentuknya keadaan new normal economy.

Selain itu, pertumbuhan perekonomian China juga saling berkaitan dengan negara-negara berkembang. Contohnya dalam komoditas, ekspor Indonesia terhadap China turun karena turunnya permintaan impor dari negeri tirai bambu tersebut.

China, Jepang, dan Amerika menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, sehingga saat Tiongkok mengurangi impor, Indonesia pun terkena akibatnya. Bagi Y.C Tsai, Deputy Representative of Taipe Economic and Trade Office Jakarta, Indonesia, penggerak ekonomi Indonesia harusnya berdasarkan pada domestic dan investasi. Di Indonesia, perdagangan bisa mencapai 22% dari biaya pemerintah yang diperoleh dari pembangunan infrastruktur.

Di China, perdagangan mendominasi hingga 70% sebagai penggerak ekonomi. Ia juga mengharapkan agar pemerintah mengedepankan investasi, salah satunya dengan menitikberatkan pada pasar domestic dan menarik investor. Tahun ini pemerintah Indonesia telah mematok investasi asing lebih dari 25%.

Target Bank Indonesia terhadap ekspor dipatok meningkat 3 kali lipat dalam 5 tahun ke depan. Sayangnya pada tahun 2015 data ekspor impor Indonesia masih turun meskipun pada kuartal pertama di 2016 mengalami sedikit kenaikan. Pengeluaran Indonesia juga diprediksi akan naik 200% sehingga investasi sangat diharapkan.

Investasi pemerintah sendiri juga seharunya berdasarkan kepada kebutuhan massal seperti infrastruktur dan maritim. Pembangunan infrastruktur ini tentunya akan membutuhkan banyak dana, sehingga tak heran bila pemerintah sudah mulai mengejar pajak. Pemerintah sangat aktif dan agresif dalam mengejar melacak pajak.

Perekonomian Indonesia juga mulai mengalami banyak perubahan di mana banyak rival bisnis yang kini menjadi kerja sama agar bisa menggairahkan pasar.”Saat ini mulai banyak rival bisnis yang saling bekerja sama atau menjalin hubungan dengan bidang lain. Hal ini diyakini akan memberikan keuntungan besar bagi bersama,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved