Business Research

Pentingnya Sosialisasi Fungsi Nuklir di Bidang Pertanian dan Energi

Pentingnya Sosialisasi Fungsi Nuklir di Bidang Pertanian dan Energi

Sarasehan Nasional, Peran Teknologi Nuklir dalam Bidan Pangan dan Energi

Sarasehan Nasional, Peran Teknologi Nuklir dalam Bidan Pangan dan Energi

Saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang manfaat nuklir bagi ketahanan pangan dan energi. Minimnya sosiaslisasi tentang manfaat nuklir tersebut yang membuat stigma di masyarakat bahwa nuklir hanya diperuntukkan sebagai bahan peledak alias bom. Hal itu terungkap dalam acara sarasehan nasional yang mengangkat tema “Peran Teknologi Nuklir dalam Bidang Pangan dan Energi untuk Kesejahteraan Masyarakat” di Hotel Borobudur (11/12) Jakarta.

Rida Mulyana, Dirjen Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM RI, menjelaskan, untuk menuju sosialisasi tersebut, saat ini kementerian ESDM tengah menyiapkan buku putih tentang peran penting nuklir bagi kesejahteraan dan kedaulatan rakyat.

“Yang paling menantang dalam sosialisasi tentang peran teknologi nuklir adalah masalah sosial. Terutama akses sosial dari publik. Perlunya edukasi dan sosialiasi secara kontinue Agar tidak lagi tergambar di publik bahwa nuklir hanya untuk pembuatan bom,” jelas Rida.

Satya Yudha, Wakil Ketua Komisis VII DPR RI, menambahkan, selain masalah publik, peran dan eksekusi dari pemerintah, dalam hal ini adalah eksekutor juga perperan penting dalam mewujudkan teknologi nuklir. “Pemerintah masih ragu-ragu untuk mengeksekusi kebijakan nuklir. Sementara negara ASEAN lain sudah ke ranah teknis, pemerintah kita masih bingung antara memilih iya atau enggak,” jelas Satya

Peran teknologi nuklir sudah dapat diterapkan dalam sektor pertanian dan perkebunan. Meski belum menyeluruh, Winarno Tohir, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan, menjelaskan, ada sekitar 20-30 persen di sektor perkebunan yang sudah menggunakan teknologi nuklir.

“Sudah ada 21 peritas hasil dari Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN). Walaupun jumlah belum banyak karena keterbatasan penangkar dilapangan.Tapi, peritas padi dan kedelai juga sudah kami rasakan. Kalau kita tidak diganggu oleh produk impor dengan harga yang lebih murah dan adanya kejesalan perhitungan menggunakan teknologi nuklir, kami yakin makin banyak petani yang menggunakan teknologi nuklir,” terang Winarno.

Haryono, Kepala Badan Litbang Kementrian Pertanian RI, menambahkan, pihaknya sudah sering berja sama dengan BATAN dalam penerapan teknologi nuklir di bidang pertanian. Salah satunya lewat proses teknis iradiasi guna meningkatkan hasil padi lebih baik. Menurutnya lagi, pangan dan energi adalah dua sektor yang saling bersinergi. Jika ingin membangun ketahanan pangan, harus menguatkan energinya. Begitu juga sebaliknya.

Haryanto lalu memberi penjelasan tentang ciri pertanian modern, yaitu; bio sains, tekno inovasi, penguasaan alsintan yg direkayasa bangsa sendiri, aplikasi hulu-hulir utk pertanian. Namun begitu, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, terutama memberi pangan untuk rakyat Indonesia yang cukup dan berkualitas.

Melalui seresehan ini, BATAN yang diketuai oleh Djarot Sulistio Wisnubroto sedang menunggu sinyal dari pemerintah untuk menindaklanjuti tentang kebijakan nuklir. “Pembangunan teknologi nuklir bukan hanya tugas BATAN, tapi semua sektor terutama pemerintah harus ikut serta dalam mewujudkan pembangkit listrik tenaga nuklir. Apapun sinyal dari pemerintah, kami siap melaksanakannya,” harap Djarot. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved