Business Research

Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Masih Normal

Oleh Admin
Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Masih Normal

Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) menyimpulkan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia berada pada kondisi yang normal. Kesimpulan itu didasarkan pada assessment yang telah dilakukan.

Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia

“Secara umum, walaupun ada risiko, masih tetap terkendali dan kita dalam situasi yang relatif baik,” ucap Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia, seusai menghadiri rapat FKSSK, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (28/12/2012) siang.

Dijelaskan dia, pertemuan yang terjadi hari ini dilakukan sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Rapat dilakukan secara berkala setiap 3 bulan. Kali ini, agenda rapat adalah asesmen kondisi stabilitas sistem keuangan dalam 3 bulan terakhir.

Assessment dilakukan dengan melihat perkembangan ekonomi global dan kondisi domestik. Di domestik, kondisi makroekonomi, pasar keuangan, dan sektor perbankan menjadi bagian yang diperhatikan.

Di sisi global, krisis di Eropa dan isu jurang fiskal di Amerika Serikat telah menggoyang perekonomian dunia. Misalnya saja, pertumbuhan ekonomi India dan Cina ternyata tidak bisa mencapai apa yang ditargetkan. Ekonomi Indonesia juga tak luput dari buruknya kondisi ekonomi dunia.

Karena harga komoditas migas dan non migas terus turun di pasar internasional maka nilai ekspor-impor dan neraca transaksi berjalan nasional pun terkena imbasnya. Bambang Brodjonegoro, Koordinator Sekretariat FKSSK, menambahkan bahwa jumlah ekspor batubara dan minyak nabati mengalami penurunan meskipun volumenya meningkat, akibat turunnya harga komoditas. Sementara itu, secara keseluruhan, impor justru melonjak. Impor yang meningkat adalah untuk bahan baku dan barang modal. Berangkat dari kondisi itu, defisit neraca perdagangan ditaksir mencapai 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto pada kuartal keempat.

“Kalau secara internal di 2012, kita juga membicarakan seperti apa neraca pembayaran kita, di sana juga ada risiko. Seperti apa perkembangan kurs, ada risiko. Seperti apa APBN-nya (dan) risiko sebesar apa itu kita bicarakan (dalam rapat),” sambung Darmin.

Detailnya, perkembangan pasar keuangan berada dalam kondisi normal. Itu berlaku untuk pasar modal dan pasar SUN (Surat Utang Negara). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun dipandang berada dalam kondisi yang sama sekalipun pergerakannya fluktuatif akibat tingginya ketidakpastian pemulihan ekonomi global dan sentimen terkait defisit neraca transaksi berjalan.

Tekanan nilai tukar rupiah juga berada dalam koridor normal. Namun demikian, nilai tukar masih bergerak dalam tendensi melemah terkait masih tingginya permintaan valas korporasi dan perilaku ambil untung menjelang akhir tahun. “Tetapi intinya, dalam kurs itu, walaupun melemah, tapi masih di dalam hitung-hitungan fundamental ekonomi kita. Artinya, tidak bisa sekedar dibandingkan kursnya saja,” tegas Darmin.

Sementara itu, kondisi di sektor perbankan tetap dinilai normal. Bisa dilihat dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan) yang turun dari 2,17 persen di Desember 2011 menjadi 2,15 persen pada Oktober 2012. Rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) naik menjadi 84,2 persen pada Oktober 2012 dari 79 persen pada Desember 2011. Sedangkan, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan mencapai 17,22 persen pada Oktober lalu.

“Saya tidak usah masuk ke satu-satu risiko itu. Tapi kesimpulannya, kita masih tetap bisa mengendalikan berbagai risiko yang terjadi,” tandas Darmin. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved