Business Research

Strategi Kuat di Mobile, Kunci Sukes Bisnis Ritel E-Commerce

Strategi Kuat di Mobile, Kunci Sukes Bisnis Ritel E-Commerce

Rakuten, marketplace terbesar ketiga di dunia, berbagi informasi dari hasil survei global independen mengenai tren belanja online. Survei itu menegaskan meningkatnya kebutuhan konsumen Asia terhadap e-commerce multichannel yang menghibur.

Ryota Inaba, Presiden Direktur & Chief Executive Officer PT Rakuten-MNC

Tidak mengejutkan bahwa Jepang adalah negara paling maju dalam hal pengadopsian e-commerce. Di Taiwan, 61% pebelanja online melakukan pembelian pertama mereka lebih dari dua tahun lalu, sedangkan di Thailand, jumlahnya hampir setengah dari populasi onlinenya.

Sementara di Indonesia, sebanyak 80% pengguna Indonesia baru mulai berbelanja online dalam dua tahun terakhir. Walaupun ada indikasi bahwa berbelanja online semakin populer di Indonesia, Jepang, dan Thailand, kelihatannya orang Indonesia masih lebih memilih berbelanja di toko.

Meski begitu, survei itu juga mendapati bahwa orang Indonesia tiga kali lebih suka merekomendasikan suatu barang kepada teman-temannya di jejaring sosial, ketimbang negara lain. Sementara orang Taiwan dua kali. Statistik ini menitikberatkan pada tumbuhnya kebutuhan terhadap pengalaman e-commerce ritel yang menghibur.

Ryota Inaba, Presiden Direktur & Chief Executive Officer PT Rakuten-MNC, mengatakan bahwa pertumbuhan itu didorong oleh semakin luasnya pengadopsian sistem marketplace dan peningkatan kebutuhan terhadap pengalaman berbelanja online yang lebih menyenangkan dan nyaman, seperti berbelanja di mall.

“Ada peluang yang jelas untuk membuat belanja online lebih menghibur konsumen, lebih dekat mengamati barang yang diperdagangkan, dan menyajikan pengalaman yang sama dengan berbelanja di mall,” kata Inaba. “Kami mempunyai pendekatan toko-sentris, yang membuat berbelanja lebih menghibur karena mengkombinasikan harga yang terbaik dengan unsur menyenangkan dan membuatnyaman, sebagaimana pengalaman berbelanja di toko.”

Menurut studi Harvard School of Business yang digelar pada akhir Agustus lalu, nilai pasar e-commerce Indonesia mencapai US$ 0,9 miliar pada 2011. Tapi angka ini baru mewakili 0,7% dari total nilai pasar ritel Indonesia yang mencapai US$ 134 miliar. Meski begitu, popularitas e-commerce terus bertambah. Survei MasterCard Worldwide pada Februari lalu menemukan bahwa nilai toko online terus meningkat sampai 15 % pada pertengahan 2012.

Sementara itu, di sisi lain, studi yang dilakukan Rakuten juga mendapati bahwa orang Indonesia dan Thailand 50% lebih suka berbelanja dengan perangkat bergerak mereka, dibandingkan orang Taiwan. Bila dibandingkan dengan orang Amerika dan Eropa, orang Indonesia dua kali lebih suka berbelanja dengan perangkat bergerak. Tak sampai setengah responden mengatakan lebih suka berbelanja via PC atau laptop ketimbang perangkat bergerak karena minimnya pengalaman berbelanja di layar ponsel atau perangkat bergerak.

Sejalan dengan itu, riset lain dari BuzzCity pada awal 2012 mendapati bahwa 27% pebelanja online dari Indonesia sudah memakai perangkat bergerak mereka untuk berbelanja. Demografinya, 80 % adalah pria dan sisanya pebelanja perempuan.

Inaba menyimpulkan, “Mempunyai strategi kuat di mobile adalah kunci untuk terlibat di ritel e-commerce.

“Hari ini, Rakuten telah memiliki lebih dari 40 aplikasi untuk perangkat bergerak di pasar. Kami akan terus mencari cara untuk berinovasi di perangkat mobile untuk memenuhi kebutuhan yang ada dan pengadopsian m-commerce di Asia Pasifik,” kata Inaba.

Pasar M-commerce, menurut ABI Research, akan mencapai US$ 119 miliar pada 2015, mewakili 8% dari total pasar e-commerce, dan Frost & Sullivan melaporkan bahwa industri e-commerce di Indonesia akan mencapai US$ 1,8 miliar pada 2015. Data yang sama menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata dari sektor m-commerce telah tumbuh 67 % antara 2010 sampai 2015.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved