Business Research

Tantangan Strategis CFO Indonesia dan Asia

Oleh Admin
Tantangan Strategis CFO Indonesia dan Asia

CFO, survei, SWA, Djoko Wintoro, Prasetiya Mulya Business School, survei, Asia, Indonesia, tantangan, 2012

Djoko Wintoro

Majalah SWA dan Prasetiya Mulya Business School tahun ini kemali melakukan Survei Chief Financial Officer (CFO) dengan mengangkat tema Tantangan Strategis CFO. Kuesioner dikirimkam kepada CFO perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan BUMN. Mereka dimintai pendapatnya tentang tantangan strategis CFO dengan menyatakan (1 = sangat tidak penting dan 5 = sangat penting). Pernyataan mereka bukanlah pernyataan benar atau salah, tetapi hanya merupakan pendapat pribadi. Kuesioner yang dijawab dan dikembalikan secara sukarela berjumlah 54 kuesioner atau 22,6% dari pengiriman kuesioner sebanyak 239 perusahaan. Profil CFO yang berpartisipasi dalam survei ini yaitu 63% berpengalaman lebih dari lima tahun dan 37% berpengalaman kurang dari lima tahun di posisinya.

CFO, survei, SWA, Djoko Wintoro, Prasetiya Mulya Business School, survei, Asia, Indonesia, tantangan, 2012

Dari survei tersebut terlihat bahwa CFO di Indonesia memberikan perhatian yang serius terhadap tantangan strategis perusahaan. Dari perspektif strategi, tantangan strategis merupakan kejadian yang dapat melemahkan kemampuan perusahaan atau melemahnya kompetensi untuk mencapai sasaran perusahaan. Pengertian ini merujuk pada pemikiran lama dari Igor Ansoff yang ternyata masih berlaku di era sekarang. Bagi CFO, upaya meningkatkan kemakmuran pemegang saham masih menjadi sasaran utama keuangan perusahaan yang sangat penting untuk diperhatikan. Bahkan 70% dari mereka berpendapat bahwa tantangan strategis perusahaan sangat penting untuk selalu diperhatikan oleh CFO. Menurut urutan prioritas tantangan strategis perusahaan yang sangat penting mendapat perhatian yaitu: (i) manajemen kinerja keuangan perusahaan, (ii) manajemen sumber pendanaan, (iii) memahami tren bisnis, (iv) optimisasi risiko, dan (v) keberlanjutan keunggulan bersaing.

Survei ini mengungkapkan, sebanyak 74% dari CFO sangat optimistis bahwa pada umumnya kinerja keuangan perusahaan 2012 akan lebih baik dari tahun 2011. Merujuk model nilai ekspektasi, optimisme mengandung dua elemen pokok, yaitu sasaran yang akan dicapai di masa depan dan kepercayaan berkelanjutan untuk mencapai saraan tersebut. Jadi seseorang yang optimistis mempunyai ekspektasi memperoleh hasil terbaik. Bagi mereka, urutan prioritas atas sangat pentingnya kinerja perusahaan untuk mendapat perhatian adalah: (i) pertumbuhan penjualan, (ii) margin laba bersih – rasio laba bersih terhadap penjualan, (iii) sumber arus kas investasi, (iv) margin laba kotor penjualan – rasio laba kotor terhadap penjualan, (v) sumber arus kas operasional, (vi) likuiditas – kemampuan membayar kewajiban jangka pendek, (vii) sumber arus kas pendanaan, (viii) profitabilitas – ROA dan ROE, dan (ix) kemampuan menanggung beban bunga.

Lalu, kemampuan mengelola sumber pendanaan dinilai merupakan tantangan strategis karena dapat berkontribusi besar pada peningkatan kinerja perusahaan apabila mereka mampu mengelola sumber pendanaan berbiaya rendah. Adapun pendanaan yang sangat penting, meliputi: (i) sumber pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sangat penting diperoleh dari bank, (ii) laba ditahan untuk pendanaan investasi ataupun modal kerja, (iii) pasar obligasi sebagai sumber pendanaan jangka panjang dalam jumlah besar dengan tingkat bunga berdasarkan peringkat perusahaan, (iv) kredit pemasok sebagai sumber pendanaan modal kerja kadang kala lebih menguntungkan dibanding pinjaman jangka pendek dari bank, (v) leasing operasional sebagai alternatif sumber pendanaan investasi yang fleksibel tanpa harus memikirkan kepemilikan, dan (vi) penawaran saham ke publik sebagai alternatif terakhir sumber pendanaan.

Sementara itu, tren bisnis juga dianggap sebagai isu penting bagi CFO karena data yang tersedia dipakai untuk memprediksi arah bisnis masa depan, dan berguna sebagai landasan membuat keputusan strategis. Kemampuan CFO dalam memahami tren bisnis dapat berguna untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pemilihan investasi ekspansi bisnis yang tepat. Menurut para CFO, isu strategis dari tren bisnis dapat dikelompokkan ke dalam tren bisnis yang berdampak pada pendapatan perusahaan (pertumbuhan pasar, tingkat persaingan bisnis, daya beli konsumen, teknologi produk) dan efisiensi biaya yaitu upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, perubahan regulasi, dan regulasi bisnis hijau.

Soal risiko perusahaan menjadi perhatian penting, karena selain mengindikasikan potensi kerugian, juga memberikan potensi kesempatan atau potensi imbalan. Bagi CFO keberanian mengambil risiko dapat berharap untuk memperoleh maksimum imbalan lebih. Karena itu, risiko tidak hanya dihindari atau dimitigasi tetapi sebaiknya juga dioptimisasi. Urutan sangat pentingnya risiko perusahaan yaitu: (i) risiko operasional perusahaan yang berdampak pada peningkatan biaya, (ii) risiko perubahan regulasi yang berdampak negatif pada operasional bisnis perusahaan, (iii) risiko perubahan tingkat bunga yang berdampak pada peningkatan beban bunga, (iv) risiko nilai rantai pasokan yang dapat menghambat kelancaran produksi, dan (v) risiko teknologi informasi.

Dan, tak kalah penting adalah keunggulan bersaing. Sejalan dengan pemikiran Michael Porter bahwa keunggulan bersaing merupakan faktor pemicu kinerja keuangan perusahaan dalam bisnis yang sangat kompetitif. Pemikir strategis lainnya berpendapat bahwa keunggulan bersaing berkontribusi besar dalam peningkatan kemakmuran pemegang saham. Alasannya, keunggulan bersaing tercermin dari perolehan superior laba dan maksimum penciptaan nilai saham. CFO dapat berkontribusi dalam membangun keunggulan bersaing perusahaan melalui kepemimpinan biaya pendanaan, kepemimpinan informasi, dan kepemimpinan hubungan dengan pemasok.

CFO, survei, SWA, Djoko Wintoro, Prasetiya Mulya Business School, survei, Asia, Indonesia, tantangan, 2012

Sementara itu, survei CFO Asia yang dilakukan Bank of America Merrill Lynch di tahun 2012, mengungkapkan bahwa para CFO optimistis pertumbuhan ekonomi Asia masih lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi dunia. Meski begitu, mereka percaya bahwa faktor krisis utang negara-negara Eropa, lemahnya ekonomi Amerika Serikat, penurunan ekonomi dunia, konflik di negara Timur Tengah akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Asia. Selain itu, melambungnya harga energi, minyak bumi, batu bara, emas, properti, dan volatilitas nilai tukar mata uang juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Asia.

Bayangkan, 38% CFO dalam survei berpendapat bahwa ekonomi beberapa negara di Asia hanya akan mengalami pertumbuhan mendatar. Bahkan 27% dari CFO berpendapat, beberapa negara Asia akan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Banyak CFO sangat pesimistis akan pertumbuhan ekonomi Jepang, mereka percaya bahwa Jepang akan mengalami penurunan ekonomi. Hanya 32% CFO Asia yang berpendapat, beberapa negara Asia akan meningkat pertumbuhan ekonominya.

Meskipun arah pertumbuhan ekonomi Asia belum jelas di masa mendatang, banyak CFO yang berpendapat bahwa pertumbuhan penjualan perusahaan di Asia akan meningkat di tahun 2012. Para CFO India, Singapura, Cina dan Korea Selatan sangat optimistis bahwa penjualan perusahaan akan tetap bertumbuh. Sementara CFO Jepang banyak yang sangat pesimistis bahwa penjualan perusahaan Jepang akan bertumbuh.

Akan tetapi, sangat sedikit CFO di Asia yang optimistis bahwa margin laba perusahaan akan meningkat di tahun 2012. CFO Kor-Sel misalnya memprediksi margin laba perusahaan Kor-Sel akan tergerus di tahun 2012 dalam rangka mempertahankan atau mengejar perluasan pangsa pasar penjualan. CFO Cina juga berpendapat serupa bahwa pertumbuhan penjualan tidak mampu meningkatkan margin laba perusahaan 2012 dikarenakan persaingan yang meningkat dibanding tahun sebelumnya. Sebaliknya, CFO India dan Singapura berpendapat lain, mereka optimistis margin laba perusahaan tahun 2012 masih akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan penjualan.

Menyadari perubahan lingkungan bisnis di tahun 2012, banyak CFO Asia memfokuskan perhatiannya terutama pada pertumbuhan penjualan, arus kas perusahaan, dan nilai tukar mata uang. Akuisisi sebagai cara untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan masih sangat populer bagi CFO Cina dan Singapura. Adapun CFO Kor-Sel dan India kurang menyukai akuisisi sebagai cara meningkatkan pertumbuhan penjualan. Kebijakan pemerintah menjaga inflasi dapat berpengaruh terhadap menyusutnya sumber pendanaan eksternal untuk mendukung pendanaan investasi. Perhatian pada biaya difokuskan pada biaya tenaga kerja, biaya energi, serta volatilitas harga minyak bumi dan gas bumi. CFO juga menaruh perhatian terhadap tingkat kepercayaan pelanggan dan persaingan antarperusahaan domestik.

CFO, survei, SWA, Djoko Wintoro, Prasetiya Mulya Business School, survei, Asia, Indonesia, tantangan, 2012

Dalam keputusan pendanaan, CFO Asia mempunyai pedapat yang beragam. Mereka ada yang memutuskan menambah pendanaan, ada pula yang tetap menjaga tingkat utang perusahaan, bahkan ada yang berusaha mengurangi utang perusahaan. Pada umumnya, CFO yang memutuskan penambahan pendanaan eksternal dipergunakan untuk mendukung pertumbuhan penjualan melalui ekspansi domestik, memenuhi investasi modal kerja, investasi pendirian pabrik baru, akuisisi perusahaan, mendukung ekspansi internasional, dan pembaruan utang perusahaan. CFO juga masih menyandarkan pada utang bank sebagai sumber utama pendanaan eksternal dan laba ditahan sebagai sumber pendanaan internal.

Djoko Wintoro, Ketua Prasetiya Mulya Business School


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved