Business Research

USBI Teropong Sektor Perbankan dan Properti Tahun 2014

USBI Teropong Sektor Perbankan dan Properti Tahun 2014

Fakultas Bisnis, Universitas Siswa Bangsa Internasional (FOB-USBI) hari ini melangsungkan seminar ‘Economic and Market Outlook 2014’ yang bertema “Navigating Risks,Maximizing Opportunities in 2014”. Salah satu bahasannya adalah kinerja perbankan dan peluang kewirausahaan, khususnya di sektor properti tahun depan.

USBI adakan seminar ‘Economic and Market Outlook 2014’ yang bertema “Navigating Risks, Maximizing Opportunities in 2014”.

USBI adakan seminar ‘Economic and Market Outlook 2014’ yang bertema “Navigating Risks, Maximizing Opportunities in 2014”.

“Menuju pengujung 2013, perekonomian global masih diliputi ketidakpastian. Gejolak terbesar dirasakan oleh Indonesia sejak pertengahan 2013 saat Amerika mengumumkan penghentian program ekspansi moneter atau Quantitative Easing (QE), yaitu pembelian surat berharga pemerintah senilai US$ 85 miliar per bulan yang dilakukan sejak 2008,” ungkap Prof.Dr. Adler H Manurung, Dekan FOB, USBI. “Sementara, gejolak yang dirasakan Indonesia mulai menurun pasca penutupan pemerintah AS (government shutdown) pada 1-16 Oktober 2013 yang membuat kebijakan QE kembali dilakukan oleh AS,” tambahnya.

Namun demikian, Dr. Wahyoe Soedarmono, Head of Banking Research Center, FOB, USBI memprediksi bahwa kinerja perbankan akan tetap optimistis dengan rasio kredit macet di bawah 3 %. Hal tersebut terjadi meskipun kondisi makro sendiri masih dalam ketidakpastian.

“Rasio kecukupan modal juga mencapai kisaran 20 %, di saat regulasi rasio modal minimum hanya mewajibkan bank membuat cadangan modal sebesar 8-14 %. Hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pertumbuhan kredit investasi yang sangat signifikan dari 22 % pada Mei 2013 (year-on-year) mencapai level 33 % sejak Juni 2013 (year-on-year). Sejak Juni 2013 pula, sektor konstruksi adalah sektor dengan rasio kredit macet paling besar di antara sektor-sektor ekonomi lainnya”.

Dr. Wahyoe Soedarmono juga mengatakan bahwa pertumbuhan kredit investasi dan peningkatan rasio NPL pada sektor konstruksi telah mengindikasikan bahwa risiko sistemik sedang terbentuk di negara kita. Tren tersebut diikuti oleh kenaikan harga properti di beberapa kota besar di Indonesia. Meskipun, tingkat kenaikan tersebut dipengaruhi oleh tipe rumah dan kota lokasi.

“Misalnya, data BI menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga properti residensial terjadi di Jabodebek-Banten, khususnya untuk tipe perumahan kecil, dengan kenaikan hingga 23,53 % hingga kuartal III-2013. Pada kuartal IV-2013 diperkirakan harga tipe perumahan kecil di Jabodebek-Banten naik hingga 29,55 %,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved