Business Research

Waspadai Sektor Properti di Tahun 2016

Waspadai Sektor Properti di Tahun 2016

Pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat, pelemahan Rupiah terhadap US$, dan rendahnya harga komoditas telah memberikan dampak beragam sektor properti dengan level yang berbeda-beda. Diperkirakan tingkat permintaan terhadap perkantoran akan meningkat di tahun 2016, meskipun pasokan perkantoran menyebabkan tingkat hunian akan terus menurun dalam jangka pendek. “Di pengujung tahun 2015, tingkat hunian gedung perkantoran di CBD berada di sekitar angka 89% dengan perkantoran kelas A sendiri berada di angka 85%,” kata Angela Wibawa, Head of Markets Jones Lang LaSalle.

properti

Permintaan dari sektor minyak, gas, dan pertambangan masih terbatas saat kinerja sektor lainnya bervariasi. Pada triwulan keempat tahun 2015, banyak pemilik gedung perkantoran menerapkan harga sewa lebih fleksibel untuk menjaga atau meningkatkan tingkat hunian sehingga rata-rata harga sewa turun sebesar 1,9% dibandingkan triwulan sebelumnya pada kelas premium.

Dengan banyaknya pasokan perkantoran yang akan rampung, meskipun permintaan membaik, penurunan harga sewa diperkirakan akan terjadi pada tahun 2016 dan 2017. “Walaupun demikian, tetap ada potensi kenaikan harga sewa pada akhir proyeksi 5 tahun ke depan,” ujarnya.

Sedangkan penjualan kondominium mewah dapat dikatakan mengalami perlambatan sejak pertengahan 2015 berkaitan dengan peraturan baru pemerintah mengenai pajak penghasilan atas barang sangat mewah dan guncangan makro ekonomi. Menurut Luke Rowe, Head of Residential Jones Lang LaSalle,, pada triwulan keempat tahun 2015, permintaan tertinggi tetap terjadi pada kelas menengah dan menengah ke bawah dengan harga yang lebih terjangkau dan pengenaan pajak yang lebih rendah.

Penjualan khususnya pada kelas menengah, cenderung meningkat pada triwulan keempat tahun 2015 meskipun rata-rata tingkat penjualan turun tipis di angka 77%, angka tersebut berada pada tingkatan penjualan yang cukup baik. Pertumbuhan populasi yang besar dan peningkatan jumlah kelas menengah

Kemudian beralih ke pasar ritel relatif stabil. Hal ini dikarenakan terbatasnya pasokan baru, dengan tingkat hunian yang cukup baik, dan pertumbuhan harga sewa yang stabil. James Austen, Head of Retail Jones LangLaSalle, mengatakan diberlakukannya moratorium terkait pembangunan mal sejak tahun 2011, menyebabkan pasokan baru terbatas pada beberapa triwulan terakhir. Tingkat hunian yang tinggi dipengaruhi oleh permintaan di mal-mal berkelas di Jakarta.

Sebagai gambaran, total serapan di triwulan keempat tahun 2015 dipicu oleh tingkat hunian di Lippo St. Moritz yang beroperasi triwulan sebelumnya. Sektor makanan & minuman tetap menjadi segmen yang paling aktif sementara performa kinerja sektor fashion bervariasi.

Di tengah tantangan makro ekonomi dan pelemahan nilai tukar Rupiah, pemilik mal-mal papan atas tetap berada di posisi kuat mengingat terbatasnya pasokan ritel yang berarti tidak ada tekanan terhadap kekosongan penyewa. “Kami menduga tren ini akan berlanjut di tahun 2016, dengan tingkat hunian yang baik dan pertumbuhan harga sewa yang pelan namun pasti,” tutup James. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved