Management Trends

Cara Leonardo Kamilius Hidupkan Kebiasaan Menabung

Cara Leonardo Kamilius Hidupkan Kebiasaan Menabung

Mengubah pola pikir seseorang untuk menabung bukanlah hal mudah. Hal itu yang dirasakan oleh Leonardo Kamilius, CEOKoperasi Kasih Indonesia (KKI). Bisnis yang didirikannya tahun 2011 lalu ini lahir karena keinginan kuatnya dan passion untuk memiliki bisnis yang berdampak sosial secara luas. Untuk itu, ia memilih bisnis sosial sebagai jalannya. Menurutnya bisnis sosial adalah suatu institusi yang tujuan utamanya bukan keuntungan, tapi mengatasi isu sosial tertentu yang menjadi relasinya bukan dengan cara LSM kebanyakan.

KKI adalah bisnis sosial yang memiliki tujuan memberdayakan ibu-ibu yang kurang mampu agar memiliki hidup sejahtera dan berkelanjutan. Tantangan yang dihadapi adalah mereka tidak memiliki keyakinan untuk dapat meraih kehidupan yang lebih baik, seperti pendidikan anak, memiliki rumah, dan sebagainya. Sejauh ini sudah ada lembaga keuangan mikro yang memberi pinjaman, tetapi hanya sebatas pinjaman modal.

Leonardo Kamilius, Founder KKI (Koperasi Kasih Indonesia)

Leonardo Kamilius, Founder KKI (Koperasi Kasih Indonesia)

Agar tepat sasaran, KKI melihat kondisi rumah calon anggota dan mempertimbangkan penghasilan yang maksimal US$2 dan bagaimana mereka mengatur pengeluaran sebelum memutuskan menerima calon anggota koperasi. KKI menyediakan berbagai bentuk pelayanan, pertama, pinjaman mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 7 juta, sementara saat ini yang tertinggi di Rp 5 juta.

Kedua, tabungan. Ada tabungan wajib dan sukarela. Tabungan wajib ini agar ibu-ibu terbiasa menabung. Sedangkan tabungan sukarela, anggota kapanpun boleh menabung dengan minimal jumlah Rp1.000. Hingga saat ini per bulan, rata-rata anggota menabung Rp 330 ribu – 350 ribu/orang.

Masalahnya adalah mereka yang tergabung di KKI mayoritas tidak menabung atau menabung tetapi tidak rutin. Selama 5 tahun, progress yang terlihat adalah tabungan, ada yang awalnya tidak menabung. Setelah menabung sekarang sudah ada yang tabungannya mencapai Rp 9 juta. Salah satu yang kami monitor sekali adalah tabungan,” katanya.

Ketiga, menekankan pelatihan dan pendidikan. Bukan berupa pendidikan finansial, pembukuan, dan lainnya, tapi lebih kepada mengubah mindset anggota bahwa di KKI tidak hanya meminjam uang tetapi memotivasi untuk menabung.

“Apa maknanya bagi ibu-ibu?Jika ditanya awal mimpinya apa, kadang kata menabung tidak ada dalam pikiran mereka. Tapi setelah mereka rajin menabung, ada beberapa dari mereka yang berhasil membangun rumah, DP rumah, beli tanah di kampung, dan sebagainya,” tambahnya.

Risiko dan tantangan bisnis adalah ketika uang pinjaman tidak dikembalikkan. Sekarang KKI menerapkan sistem tanggung renteng, yaitu pinjaman tidak dilakukan perorangan, tapi perkelompok, minimal 15 orang dan maksimal 25 orang. Sehingga ketika satu orang tidak membayar utang, maka seluruh anggota dalam kelompok yang akan menanggungnya. Sistem ini sudah berjalan sejak tahun 2012.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved