Business Research Trends zkumparan

Chandra Asri Bangun Kepercayaan Melalui Customer Feedback

Brand Chandra Asri Petrochemicals (CAP) menjadi perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia lebih dari 25 tahun. Basis pelanggan yang cukup kuat ini telah dirintisnya sejak awal berdiri. Keberhasilan ini tak lepas dari kepercayaan pelanggan terhadap brand value yang telah dibangun dengan meningkatkan kualitas produk dan layanan.

Menurut Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemicals, Erwin Ciputra, keberhasilan brand ini adalah konsistensinya dalam menjamin kebutuhan pelanggan untuk selalu terpenuhi dalam waktu cepat. “Kami juga selalu fokus untuk meningkatkan product offering yang ada. CAP selalu melihat peluang untuk inovasi dan menghasilkan produk-produk berkualitas terbaik untuk kebutuhan pelanggan kami,” ungkapnya.

Dari segi operasional, CAP melalukan integrasi dari hulu ke hilir sehingga berhasil melakukan efisiensi biaya produksi dan dapat meningkatkan pendapatan. Perusahaan juga memastikan bahwa kegiatan operasional pabrik berjalan lancar tanpa hambatan agar dapat menjamin pasokan barang untuk para pelanggannya. “Hal ini sangat penting bagi kami, karena kepastian terhadap adanya pasokan barang ini menjamin agar para pelanggan dapat berproduksi,” jelasnya.

Dalam penilaian Indonesia’s Most Valuable Brands tahun lalu, CAP berada di peringkat 88 dari daftar Top 100 merek-merek paling bernilai di Indonesia yang dirilis oleh BrandFinance. Tahun ini, CAP berhasil berada di posisi 49 dan kenaikan signifikan ini didukung oleh kenaikan nilai mereknya, yakni dari US$39 juta di tahun 2017 menjadi US$134 juta untuk tahun 2018. Keberhasilan ini juga menjadikan brand rating perusahaan naik dari A menjadi AA-. Alhasil CAP menjadi satu-satunya perusahaan petrokimia yang ada di daftar Top 50.

Kepercayaan pelanggan sangat dijaga oleh CAP dengan senantiasa mendengar customer feedback. Bagi Erwin, pelanggan adalah aspek terpenting yang menjadikan perusahaan berhasil hingga saat ini. “Demi mendapatkan masukan dari pelanggan, kami selalu mengadakan customer survey tentang apa saja yang mereka butuhkan. Hal ini sekaligus meningkatkan kualitas produk, pelayanan ataupun layanan purnajual,” ungkapnya.

Mengenai target pertumbuhan bisnis, CAP melihat pangsa pasar polimer dalam beberapa tahun ke depan akan meningkat dari 30% menjadi 50%. Erwin mengungkapkan bahwa pembangunan kompleks pabrik CAP kedua adalah upaya perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat. Investasi yang digelontorkan CAP untuk pembangunan kompleks pabrik kedua ini berkisar antara US$45 miliar. “Kompleks kedua ini rencananya terletak bersebelahan dengan pabrik pertama di Cilegon, Banten dengan lahan seluas 200 hektar,” jelasnya.

Pendapatan CAP di tahun 2017 senilai Rp32,766 miliar, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu Rp25,936 miliar. Sedangkan laba usaha 2017 yang diraih adalah Rp6,291 miliar, naik dari tahun 2016 yaitu Rp5,694 miliar dan untuk laba bersih 2017, CAP mengantongi Rp4,317 miliar, yang sebelumnya mencapai angka Rp4,032 miliar.

Keputusan untuk investasi akhir diharapkan telah ada pada awal 2020 dan pengoperasiannya secara komersial direncanakan mulai 2024. Saat ini CAP menguasai pangsa pasar domestik sebesar 45%, dengan perkiraan pangsa pasar 52% untuk olefin, 24% untuk polyethylene, dan 29% untuk polypropylene. Menurut analis dari Danareksa, Lucky Bayu Purnomo, saham CAP masih menarik bagi investor karena merupakan salah satu industri yang strategis. “Terhadap kinerja perusahaan ini, tidak ada sentimen negatif yang dominan,” ungkapnya. Bagi Lucky, merek yang bagus harus mewakili kinerja perusahaannya sehingga investor akan memberikan apresiasinya.

Reportase: Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved