Management Trends zkumparan

CKD OTTO Resmikan Pabrik Obat Kanker Berlabel Halal

CKD OTTO Resmikan Pabrik Obat Kanker Berlabel Halal
Peresmian pabrik obat kanker PT CKD OTTO Pharmaceutical di Cikarang Bekasi oleh Menteri Kesehatan RI

Grup Mensa melalui anak usahanya OTTO Parmaceutical menggandeng Chong Kun Dong Pharmaceutical (CKD Pharma) mendirikan pabrik obat kanker di Cikarang Jawa Barat. Di bawah bendera PT CKD OTTO Pharmaceuticals yang sebenarnya berdiri sejak 2015, akhirnya obat kanker berlabel halal pertama diproduksi di Indonesia.

Terjadi kenaikan penderita kanker di Indonesia menurut data Litbang Depkes tahun 2013-2019 dari 1,4% menjadi 1,8% di Indonesia tentu menjadi keprihatinan bersama. Menurut Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K), Menteri Kesehatan RI, layanan kesehatan hanya mendukung 30% saja dalam mencegah dan penyembuhan kanker, justru lingkungan dan perilaku manusia perannya di atas 40%. Walau demikian, biaya pengobatan kanker yang mayoritas masih impor di Indonesia menjadi beban sendiri.

“Kanker tidak ada yag tahu sebabnya, tapi dicurigai pengaruh lingkungan: polusi dan gaya hidup. Masalah pengobatan kanker menjadi tantangan sampai hari ini karena tidak tahu sebabnya. Cara yang dilakukan saat ini adalah mematikan perkembangan sel kankernya lalu menekan pertumbuhannya,”paparnya pada pembukaan pabrik CKD Otto di Cikarang.

Untuk itu, digunakanlah obat anti kanker, yang tidak mudah dibuat dan butuh keahlian tinggi. Menkes mengapresiasi CKD OTTO dengan mendirikan pabrik obat onkologi ini,” paparnya pada pembukaan pabrik CKD Otto di Cikarang. Sebelum CKD OTTO, sudah ada pemain farmasi lain seperti Kimia Farma, Sanbe Farma, Dexa Medica dan Kalbe Farma yang juga digandeng perusahaan asal Korea dalam mendirikan pabrik onkologi di Indonesia.

Langkah ini menurut Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP Ketua Badan POM diharapkan akan menekan impor obat kanker, biaya pengobatan dan memperkuat industri farmasi di Indonesia. Ke depannya, ia juga mengharapkan Indonesia menjadi hub ekspor obat kanker dunia.

Nila menyebut biaya pengobatan kanker nasional secara total dari tahun ke tahun pun meningkat. “Tahun lalu biaya BPJS Kesehatan untuk penyakit katastropik menyedot paling besar Dana Jaminan Sosial sebesar Rp 1,2 triliun, sekitar 20-30% dihabiskan untuk pengobatan kanker,” katanya. Penyakit yang teridentifikasi sebagai penyakit katastropik antara lain: cirrhosis hepatis, gagal ginjal, penyakit jantung, kanker, stroke, serta penyakit darah (thallasemia dan leukemia).

Menkes melihat pabrik obat kanker ini membutuhkan dukungan teknologi tinggi. Maka itu pihaknya mengapresiasi join venture ini, yang bisa mendorong tujuan target Indonesia menjadi hub obat kanker dunia.

Untuk diketahui CKD OTTO Pharma fokus kepada produk obat onkologi berupa injeksi dalam bentuk cair dan bubuk. CKD OTTO Pharma telah mendapatkan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada September 2018.

Di tahun yang sama, CKD OTTO Pharma memperoleh sertifikat manufaktur untuk obat-obatan dari Kementerian Kesehatan RI. “Terlebih lagi, pada Februari 2019, CKD OTTO Pharma telah menerima sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang menjadikan kami perusahaan farmasi pertama untuk produk onkologi dengan sertifikasi halal di Indonesia,” jelas Baik In Hyun, Presiden Direktur PT CKD OTTO Pharma.

Pabrik di Cikarang ini sebenarnya sudah mulai dibangun pada 2016, baru diresmikan pada 9 Juli 2019 oleh Menkes yang juga oleh Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Chang Beom Kim, Kepala Badan POM, Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP, Chairman CKD Pharma, Jang Han Rhee, CEO Mensa Group, Jimmy Sudharta serta jajaran Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan direksi PT CKD OTTO Pharma.

Pabrik ini akan memproduksi 10 obat dasar untuk kanker, namun baru 3 obat dasar yang mendapat nomor ijin edar. Targetnya pada November akan bisa ada di pasar semua. Jimmy menyebut obat yang telah mendapat ijin edar juga sudah terdaftar dalam ekatalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) BPJS Kesehatan RI.

“Kami akan fokus di pasar lokal, saat ini disiapkan 50% dari produksi untuk pasar lokal. Targetnya untuk pasar lokal kami bisa mencapai market share 30% untuk obat kanker, target tinggi ini karena CKD OTTO sangat fokus di obat onkologi dan satu-satunya bersertifikasi halal,” tegas Baik In Hyun.

Fasilitas baru ini telah memenuhi pedoman EU-GMP (standarisasi eropa) dan memiliki kapasitas produksi tahunan 1,6 juta vial, terdiri dua lantai seluas 12.588㎡ dengan total investasi sebesar USD30 juta. Fasilitas ini menggunakan sistem produksi dan manajemen dari Chong Kun Dang termasuk untuk obat anti-kanker utama yang diproduksi oleh Chong Kun Dang seperti Oxaliplatin, Gemcitabine, dan Docetaxel juga akan diproduksi dan didistribusikan secara lokal.

“CKD OTTO Pharma menargetkan untuk menguasai 30% pangsa pasar obat anti kanker di Indonesia dalam lima tahun ke depan dan menjadikan fasilitas di Indonesia sebagai basis produksi untuk target pasar di Timur Tengah & Afrika Utara (MENA) serta Eropa termasuk sepuluh negara ASEAN,” katanya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved