Business Research Trends

CNBC: Tinggalkan Silicon Valley, Startup Global Pilih Bali

CNBC: Tinggalkan Silicon Valley, Startup Global Pilih Bali

Belum lama ini jaringan televisi berbayar asal Amerika Serikat, CNBC, merilis informasi tentang banyaknya startup yang mulai angkat kaki dari Silicon Valley. Jaringan televisi yang menjadi panduan bagi pebisnis dunia itu mengungkapkan bahwa para pelaku usaha rintisan tak kuat menanggung beban operasional di pusat industri start-ups bidang teknologi dunia itu.

Survei yang dirilis Price Waterhouse Coopers (PWC) dan CB Insights / Money Tree setali tiga uang. Data mereka menunjukkan dana investasi di lembah Silicon turun sebesar 28 persen, lebih rendah dari penurunan nilai investasi global yang mencapai besaran 23 persen. Ditambah lagi pangsa pasar Unicorn – perusahaan yang bernilai lebih dari U$ 1 miliar, yang berada di luar Amerika Serikat telah meningkat dari 30 persen di tahun 2013 menjadi 58 persen tahun lalu.

Joseph Effendy, Direktur Utama Project CREA (tengah)

Pebisnis startup mulai melirik negara-negara Asia Tenggara, lantaran memiliki berbagai kelebihan, selain tentu saja biaya investasi yang lebih murah. Pangsa pasar Asia Tenggara sedang bertumbuh pesat, diiringi dengan perbaikan infrastruktur serta keberhasilan mengatasi perbedaan waktu bisnis. Singapura menjadi tujuan utama, selanjutnya Bali menjadi opsi kedua.

“Kenyataanya, Bali justru mendapat tanggapan terbaik dibandingkan dengan Singapura,” kata konsultan properti dari Keller William Casablanca, Tony Eddy.

Hasil itu diperoleh dengan membandingkan biaya operasonal di tiga negara. Dengan bujet US$ 500 ribu, pelaku bisnis pemula hanya mampu bertahan selama 6 bulan di Silicon Valley. Di Singapura, “nafas” mereka lebih panjang dengan bujet yang sama, yaitu mencapai 9 bulan. Sedangkan di Bali, mereka bisa bertahan 2 tahun plus liburan setiap hari, bonus pangsa pasar yang terus bertumbuh, infrastruktur makin baik, dan kelebihan lainnya.

Dengan kondisi tersebut, diperkirakan industri startup akan semakin tumbuh di Pulau Dewata. Peluang ini ditangkap pemerintah Indonesia dengan memberi kemudahan bagi para pelaku bisnis, khususnya para pemilik perusahaan start up. “Kondisi ini cukup menguntungkan bagi kita. Oleh karena itu, Pemerintah dan sektor swasta harus bersiap untuk merangkul mereka,” jelas Tony yang juga Chief Project Sales & Marketing Advisor Keller William Casablanca.

Bakal membanjirnya pelaku industri rintisan di Bali inilah yang menjadi alasan utama baghi PT Agung Panorama Propertindo (APP), yang sebelumnya telah berhasil mengangkat projek Springhill di kawasan Kemayoran itu, untuk membangun proyek CREA – The Nusadua 24/7 Resort Office di Nusadua, Bali.

“Proyek CREA dibangun di atas lahan sekitar 6.500 meter persegi di dalam kawasan BTDC Nusadua Bali, dengan total luas bangunan sekitar 12 ribu meter persegi. Total kapitalisasi pasar dari projek CREA sekitar Rp 300 milliar, dan rencananya akan selesai pada akhir tahun 2018, bersamaan dengan akan diadakannya konvensi IMF di Nusadua Bali nanti,” Joseph Effendy, Direktur Utama Project CREA, menambahkan.

CREA – The Nusa Dua 24/7 Resort Office dilengkapi dengan 24 jam Business Center & Conference Rooms dengan high speed internet, modern co-working space, art gallerry, upper class restaurants & cafes, entertainment stage, wine dan cigar bar, local and international food promenade, city check-in bagi para penumpang pesawat, banks, money changers, dan ATM center, Apple handphone &computer stores, gourmet groceries store, fashion gallery, dan lainnya.

Kehadiran konsep resort office pada CREA ini melengkapi ke 6 fasilitas utama yang telah dibangun sebelumnya di dalam kawasan BTDC Nusadua Bali, yaitu convention center, golf club, hotel resor internasional, Bali Collection , theater & museum, dan rumah sakit internasional.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved