Corporate Action Capital Market & Investment Trends zkumparan

Debut di Pasar Modal, BSI Incar Masuk Index IDX BUMN20

Opening bell ceremony PT Bak Syariah Indonesia Tbk, Kamis (04/02/2020).

PT Bank Syariah Indonesia Tbk., (BSI) entitas baru hasil penggabungan tiga bank syariah Himbara yang efektif beroperasi 1 Februari lalu, memulai debut di pasar modal ditandai dengan Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (opening bell ceremony) pada Kamis (4/2/2021) pagi. Debut BSI di pasar modal diikuti naiknya harga saham emiten berkode BRIS ini sebesar 0,73% dari harga pembukaan di level Rp2.750 menjadi Rp 2.770 per lembar ketika pasar dibuka.

Turut hadir dalam acara ini Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansyuri, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi, Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso serta direksi dan komisaris bank induk BSI lainnya.

BSI berstatus sebagai perusahaan BUMN terbuka dan tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia dengan kode BRIS. Komposisi pemegang saham Bank Syariah Indonesia terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 50,95%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 24,91%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,29%, DPLK BRI – Saham Syariah 2% dan publik 4,4%.

Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan, banyak hal yang menjadi dasar pembentukan BSI. Pemerintah menginginkan pembentukan tersebut menjadi percontohan bagi Industri perbankan. “Dalam perjalanan sebelum pembentukan Bank Syariah Indonesia, saya bersama Pak Tiko (Wamen BUMN) waktu itu awalnya dan Pak Heri yang waktu itu disepakati sebagai pimpinan PMO-nya. Kita sama-sama menggali kalau hanya gabung-gabung saja tetapi bisnis strateginya tidak solid, bagaimana,” ujarnya saat memberi sambutan di BEI yang disiarkan juga secara virtual.

Apalagi ia mengaku di BUMN selalu memberi percontohan bahwa BUMN yang cukup sustain dalam persaingan adalah di industri perbankan. Selain terbuka ada swasta ada asing tetapi bank-bank BUMN perannya yang luar biasa. “Jangan kita nambah bank lagi di BUMN tetapi strateginya, komitmennya tidak jelas,” tegasnya.

Erick juga menyampaikan, sejak awal Kementerian BUMN menginginkan tranformasi yang berdasarkan tiga hal yakni Akuntabilitas, Transparansi, dan Profesionalisme. “Dalam berjalannya tranformasi Grup BUMN tentu dilandasi fokus kepada bisnisnya dan strategic planning jangka panjang pasca Covid-19. Karena itu, saat peresmian Senin lalu Pak Presiden membisikkan saya bahwa logonya bagus tapi titip usahanya juga harus bagus,” cerita Erick.

Ia pun berharap BSI bisa membawa kepastian soal adanya keberpihakan dan kesetaraan untuk pelaku pasar yang percaya dengan industri finansial syariah di Indonesia. Kehadiran BSI juga disebut Erick telah sesuai dengan peta jalan Kementerian BUMN yang hendak menghadirkan lebih banyak lagi perusahaan negara berdaya saing global.

“Karena itu saya berharap tentu amanah yang diberikan, Pak Hery bersama jajaran direksi dan komisaris ini, kita harus jaga. Kita harus memastikan dengan adanya BSI ada keberpihakan dan kesetaraan untuk market yang percaya dengan industri finansial syariah. Saya mengharapkan juga banyak perusahaan-perusahaan BUMN menjadi preference daripada global, karena persaingan sekarang sangat terbuka,” katanya.

Erick melanjutkan, “Karena itu juga dalam transformasi di BUMN kami percaya untuk tiga tahun ke depan, saya bersama para Wamen, dan ini bagian dari transparansi, good corporate governance, kami akan mencatatkan saham di bursa lebih banyak BUMN lagi, anaknya atau cucunya,” ujar Erick.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menambahkan, kehadiran BSI yang tercatat di BEI dengan kode saham BRIS patut disambut baik. BRIS disebutnya bisa menjadi pilihan investasi yang sangat menarik bagi investor, karena emiten ini termasuk satu dari sepuluh saham syariah dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Berdasarkan catatan BEI, BRIS menjadi salah satu emiten dengan kinerja saham terbaik sepanjang 2020 dengan kenaikan harga saham 582% dari Rp 330 menjadi Rp2.250 per lembarnya.

“Kehadiran BSI tentunya memberikan harapan yang besar dalam mendorong kemajuan dan keuangan syariah nasional, termasuk penguatan aset dan kapitalisasi dalam industri pasar modal syariah. Selama lima tahun terakhir pasar modal syariah indonesia tumbuh positif, di mana jumlah saham syariah meningkat signifikan 33% dari 318 saham syariah pada 2015 menjadi 426 saham per 22 Januari 2021, atau 60% dari saham tercatat di BEI dengan kapitalisasi Rp3,5 triliun atau 47,5% dari total kapitalisasi pasar saham BEI,” ujar Inarno.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan, kehadiran Bank Syariah Indonesia sudah lama dinanti karena selama ini pemahaman dan penggunaan produk keuangan syariah oleh masyarakat masih minim. Melalui kehadiran Bank Syariah Indonesia, kualitas layanan, jaringan, serta biaya untuk mengakses produk keuangan syariah berpotensi bisa membaik dan berjalan lebih efisien.

“Kami tadi sudah sampaikan bahwa bank syariah (Bank Syariah Indonesia) ada di peringkat ke 7 (bank terbesar di Indonesia), dan masih banyak hal yang kita harus lakukan untuk menjadikan Bank Syariah Indonesia menjadi (salah satu dari) daftar bank 10 besar di dunia. Kami memberikan semangat kepada Pak Hery dan teman-teman, ini harus banyak hal yang dilakukan. Kami mendukung bahwa bank ini nanti fokus kepada masyarakat kita yang notabenenya banyak di daerah. Ini akan menjadi bank yang inklusif untuk melayani masyarakat masyarakat di daerah-daerah, yang tentunya sangat membutuhkan kehadiran dari bank ini,” tutur Wimboh.

Dalam sambutannya, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menyampaikan harga saham BRIS pada saat initial public offering (IPO) sebesar Rp 510, sedangkan per 3 Februari 2021 harga saham BRIS mencapai Rp 2.750 per lembar saham. Artinya, harga saham ini naik sekitar 5 kali lipat dibandingkan dengan posisi saat IPO. Selain itu, market cap BRIS pada saat IPO sebesar Rp 4,96 triliun. Per 3 Februari 2021, market cap BRIS naik puluhan kali lipat mencapai Rp 112,84 triliun.

“Melihat kinerja saham BRIS yang positif di tengah pandemi, kami berharap BRIS dapat menjadi primadona di bursa. Dan ke depan BRIS bisa dapat masuk ke dalam Index IDX BUMN20. Selain itu, kami berharap kinerja ini semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah lain untuk melantai di bursa,” tegas Hery.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved