Trends

Dharma Polimetal Bertranformasi untuk Menangkap Peluang Baru

Dharma Polimetal Bertranformasi untuk Menangkap Peluang Baru

Tak salah bila kalangan peng­elola perusahaan menjadikan PT Dharma Polimetal Tbk. (DP) sebagai salah satu benchmark dalam menjalankan transformasi bisnis agar per­usahaan bisa survive dan tumbuh. Perusahaan yang berkiprah di bidang produksi komponen otomotif ini sejak awal kehadirannya memang terus mentransformasi diri sesuai dengan tantang­an pasar. Terlebih, persaingan di bisnisnya semakin sengit.

Irianto Santoso, Presiden Direktur PT Dharma Polimetal Tbk.

“Dharma Polimetal tak hanya berkompetisi dengan perusahaan-per­usahaan sejenis di dalam negeri, namun juga dengan produsen komponen otomotif dari luar negeri, seperti dari Thailand, Vietnam, Korea, Jepang, dan India,” kata Irianto Santoso, Presiden Direktur PT Dharma Polimetal Tbk.

Manajemen DP telah melakukan bebe­rapa transformasi penting sejak awal kehadirannya. Di antaranya, transformasi dalam hal bisnis yang digarap dari yang semula hanya membidik komponen otomotif untuk kendaraan roda dua menjadi bisnis yang lengkap dengan masuk ke produksi komponen roda empat.

Pada awal tahun berdirinya, yakni 1989, DP memulai bisnisnya sebagai per­usahaan manufaktur supermarket trolley, dan pada tahun 1991, DP mulai memproduksi alat kesehatan yang diekspor ke Amerika Serikat dan Eropa. Kedua lini bisnis tersebut resmi ditutup pada akhir tahun 2013.

DP mulai memasuki bisnis komponen otomotif pada tahun 1996, yakni dengan memproduksi komponen roda dua. Tidak cukup sampai disitu, pada tahun 2004, DP juga merambah ke komponen roda empat. Namun, pada 2010 manajemen melihat mulai muncul kejenuh­an di pasar roda dua, pertumbuhan penjualan sepeda mo­tor yang tadinya 8 juta unit per tahun menjadi 6 juta unit pertahun. “Saat itu kami mulai berpikir bahwa tidak bisa hanya mengandalkan roda dua saja, tapi juga harus mulai memperbesar bisnis komponen roda empat,” kata Irianto.

Setelah diputuskan untuk mem­perbesar komponen roda empat, langkah pertama yang dilakukan: memindahkan lokasi pabrik ke timur Jakarta karena pabrik­ pabrik otomotif kebanyakan memang ber­ada Jakarta­-Cikampek. Tahun 2011 DP membeli tanah di Cikarang dan kemu­dian pabriknya bisa mulai beroperasi di 2013, untuk memindahkan unit produksi dari Balaraja. Itu adalah transformasi yang membawa DP menjadi lebih baik.

Terkait pabrik baru, manajemen DP tak hanya ingin sekadar memindahkan pabrik dari Balaraja ke Cikarang. Per­usahaan ini memang bermimpi memiliki pabrik dengan kemampuan berstandar internasional.

“Transfomasinya adalah bahwa kami harus menjadi perusahaan yang memproduksi komponen-komponen di roda empat yang otomatis harus bisa meng­alahkan kompetitor-kompetitor dari per­usahaan mancanegara lainnya,” Irianto me­negaskan. Karena itu, pabrik di Cikarang sekaligus dilengkapi kemampuan teknologi dan efisiensi yang lebih unggul.

Pabrik baru ini membawa dampak pencapaian efisiensi yang signifikan. Pada 2013, di pabrik lama di Balaraja, DP menghasilkan total sales konsolidasian Rp 2 Triliun dengan dukungan 2.500 orang. Lalu, de­ngan pabrik baru Cikarang, tahun 2019 total sales konsolidasian sudah mencapai Rp 2,7 triliun, hanya dengan 1.800 kar­yawan. “Kami banyak melakukan terobosan untuk mengubah proses produksi menjadi lebih efisien,” ujarnya.

Guna menggarap komponen ken­daraan roda empat, DP memilih komponen apa saja yang biasanya masih diproduksi oleh perusahaan Jepang. Salah satunya, steering handle. Dan jangan kaget, saat ini 75% mobil yang diproduksi di Indonesia menggunakan steering handle dari DP.

Produk lain yang juga sudah diproduksi untuk roda empat adalah suspension member, komponen yang sangat safety dan sangat fungsional untuk roda empat. “Kami juga sedang mempersiapkan diri sebagai local company untuk mobil listrik,” ujarnya.

Kini cakupan produk yang dipasarkan DP sangat lengkap. “Kami memproduksi hampir semua komponen atau basic komponen yang dibutuhkan dalam otomotif,” Irianto menjelaskan.

DP memproduksi komponen otomotif yang menggunakan metal baja sebagai material utama. Perusahaan ini juga memiliki beberapa anak usaha yang punya kemampuan produksi untuk jenis produk yang berbeda. Contohnya, PT Dharma Electrindo Manufacturing, yang memproduksi main harness, yaitu kelistrikan baik untuk roda dua maupun roda empat. Termasuk electrical parts seperti rear seat entertainment, back sensor dan USB charger.

Anak usahanya yang lain, PT Dharma Poliplast, memproduksi komponen yang menggunakan plastik sebagai materialnya, misalnya protector muffler dan body cover. Lalu, PT Dharma Controlcable Indonesia memproduksi cable comp speedometer, electric scooter battery pack, cable comp seat lock, dsb.

Ada lagi PT Dharma Precision Parts, yang memproduksi komponen yang aku­rasi dan toleransinya dalam mikron sehingga diperlukan mesin-mesin yang sangat presisi. Berikutnya, PT Dharma Precision Tools, yang merupakan core engineering company dari Dharma Group, yakni dengan memproduksi special purpose machine, automation, single part and tools dan dies, jig and checking fixture. Dharma Precision Tools juga memproduksi ventilator ketika terjadi pandemi Covid-19 yang sempat diresmikan oleh Presiden Jokowi. “Kami satu-satunya perusahaan swasta saat itu yang membuat ventilator,” Irianto mengenang.

DP juga aktif bekerjasama dengan per­usahaan luar negeri dalam bentuk joint venture untuk menggarap pasar Indonesia. Misalnya, mendirikan PT Sankei Dharma Indonesia dengan perusahaan Jepang, Sankei Giken Group, yang memproduksi pipe assy exhaust, converter assy w/ monolithic, dan sash comp R/L Rr door up untuk mobil LGCC.

Belum lama ini juga mendirikan usa­ha patungan dengan Kyungshin dari Korea dengan mendirikan PT Dharma Kyungshin Indonesia untuk men-support Hyundai di Indonesia. Pada tahap awal, per­usahaan ini memproduksi wi­ring harness untuk Dharma Group.

Irianto meyakini prospek DP sangat cerah karena di Indonesia kepemilikan mobil per 1.000 penduduk masih rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, hanya 78. Peluang untuk bisnis masih terbuka lebar.

DP memiliki tingkat penjualan yang tumbuh dengan baik. Tahun 2019 sebelum pandemi, total penjualan baru Rp 2,7 triliun, kemudian di tahun 2021 ketika industri otomotif baru 80%-nya dibandingkan 2019, revenue DP sudah mampu tembus Rp 2,9 triliun. “Tahun ini kami perkirakan Rp 3,4 triliun de­ngan profit di atas Rp 300 miliar,” Irianto optimistis.

Tentu saja, keyakinan Irianto sang­at berdasar mengingat berbagai upaya pengembangan di setiap lini organisasi yang sudah dijalankannya.§

Tak salah bila kalangan peng­elola perusahaan menjadikan PT Dharma Polimetal Tbk. (DP) sebagai salah satu benchmark dalam menjalankan transformasi bisnis agar per­usahaan bisa survive dan tumbuh. Perusahaan yang berkiprah di bidang produksi komponen otomotif ini sejak awal kehadirannya memang terus mentransformasi diri sesuai dengan tantang­an pasar. Terlebih, persaingan di bisnisnya semakin sengit.

“Dharma Polimetal tak hanya berkompetisi dengan perusahaan-per­usahaan sejenis di dalam negeri, namun juga dengan produsen komponen otomotif dari luar negeri, seperti dari Thailand, Vietnam, Korea, Jepang, dan India,” kata Irianto Santoso, Presiden Direktur PT Dharma Polimetal Tbk.

Manajemen DP telah melakukan bebe­rapa transformasi penting sejak awal kehadirannya. Di antaranya, transformasi dalam hal bisnis yang digarap dari yang semula hanya membidik komponen otomotif untuk kendaraan roda dua menjadi bisnis yang lengkap dengan masuk ke produksi komponen roda empat.

Pada awal tahun berdirinya, yakni 1989, DP memulai bisnisnya sebagai per­usahaan manufaktur supermarket trolley, dan pada tahun 1991, DP mulai memproduksi alat kesehatan yang diekspor ke Amerika Serikat dan Eropa. Kedua lini bisnis tersebut resmi ditutup pada akhir tahun 2013.

DP mulai memasuki bisnis komponen otomotif pada tahun 1996, yakni dengan memproduksi komponen roda dua. Tidak cukup sampai disitu, pada tahun 2004, DP juga merambah ke komponen roda empat. Namun, pada 2010 manajemen melihat mulai muncul kejenuh­an di pasar roda dua, pertumbuhan penjualan sepeda mo­tor yang tadinya 8 juta unit per tahun menjadi 6 juta unit pertahun. “Saat itu kami mulai berpikir bahwa tidak bisa hanya mengandalkan roda dua saja, tapi juga harus mulai memperbesar bisnis komponen roda empat,” kata Irianto.

Setelah diputuskan untuk mem­perbesar komponen roda empat, langkah pertama yang dilakukan: memindahkan lokasi pabrik ke timur Jakarta karena pabrik­ pabrik otomotif kebanyakan memang ber­ada Jakarta­-Cikampek. Tahun 2011 DP membeli tanah di Cikarang dan kemu­dian pabriknya bisa mulai beroperasi di 2013, untuk memindahkan unit produksi dari Balaraja. Itu adalah transformasi yang membawa DP menjadi lebih baik.

Terkait pabrik baru, manajemen DP tak hanya ingin sekadar memindahkan pabrik dari Balaraja ke Cikarang. Per­usahaan ini memang bermimpi memiliki pabrik dengan kemampuan berstandar internasional.

“Transfomasinya adalah bahwa kami harus menjadi perusahaan yang memproduksi komponen-komponen di roda empat yang otomatis harus bisa meng­alahkan kompetitor-kompetitor dari per­usahaan mancanegara lainnya,” Irianto me­negaskan. Karena itu, pabrik di Cikarang sekaligus dilengkapi kemampuan teknologi dan efisiensi yang lebih unggul.

Pabrik baru ini membawa dampak pencapaian efisiensi yang signifikan. Pada 2013, di pabrik lama di Balaraja, DP menghasilkan total sales konsolidasian Rp 2 Triliun dengan dukungan 2.500 orang. Lalu, de­ngan pabrik baru Cikarang, tahun 2019 total sales konsolidasian sudah mencapai Rp 2,7 triliun, hanya dengan 1.800 kar­yawan. “Kami banyak melakukan terobosan untuk mengubah proses produksi menjadi lebih efisien,” ujarnya.

Guna menggarap komponen ken­daraan roda empat, DP memilih komponen apa saja yang biasanya masih diproduksi oleh perusahaan Jepang. Salah satunya, steering handle. Dan jangan kaget, saat ini 75% mobil yang diproduksi di Indonesia menggunakan steering handle dari DP.

Produk lain yang juga sudah diproduksi untuk roda empat adalah suspension member, komponen yang sangat safety dan sangat fungsional untuk roda empat. “Kami juga sedang mempersiapkan diri sebagai local company untuk mobil listrik,” ujarnya.

Kini cakupan produk yang dipasarkan DP sangat lengkap. “Kami memproduksi hampir semua komponen atau basic komponen yang dibutuhkan dalam otomotif,” Irianto menjelaskan.

DP memproduksi komponen otomotif yang menggunakan metal baja sebagai material utama. Perusahaan ini juga memiliki beberapa anak usaha yang punya kemampuan produksi untuk jenis produk yang berbeda. Contohnya, PT Dharma Electrindo Manufacturing, yang memproduksi main harness, yaitu kelistrikan baik untuk roda dua maupun roda empat. Termasuk electrical parts seperti rear seat entertainment, back sensor dan USB charger.

Anak usahanya yang lain, PT Dharma Poliplast, memproduksi komponen yang menggunakan plastik sebagai materialnya, misalnya protector muffler dan body cover. Lalu, PT Dharma Controlcable Indonesia memproduksi cable comp speedometer, electric scooter battery pack, cable comp seat lock, dsb.

Ada lagi PT Dharma Precision Parts, yang memproduksi komponen yang aku­rasi dan toleransinya dalam mikron sehingga diperlukan mesin-mesin yang sangat presisi. Berikutnya, PT Dharma Precision Tools, yang merupakan core engineering company dari Dharma Group, yakni dengan memproduksi special purpose machine, automation, single part and tools dan dies, jig and checking fixture. Dharma Precision Tools juga memproduksi ventilator ketika terjadi pandemi Covid-19 yang sempat diresmikan oleh Presiden Jokowi. “Kami satu-satunya perusahaan swasta saat itu yang membuat ventilator,” Irianto mengenang.

DP juga aktif bekerjasama dengan per­usahaan luar negeri dalam bentuk joint venture untuk menggarap pasar Indonesia. Misalnya, mendirikan PT Sankei Dharma Indonesia dengan perusahaan Jepang, Sankei Giken Group, yang memproduksi pipe assy exhaust, converter assy w/ monolithic, dan sash comp R/L Rr door up untuk mobil LGCC.

Belum lama ini juga mendirikan usa­ha patungan dengan Kyungshin dari Korea dengan mendirikan PT Dharma Kyungshin Indonesia untuk men-support Hyundai di Indonesia. Pada tahap awal, per­usahaan ini memproduksi wi­ring harness untuk Dharma Group.

Irianto meyakini prospek DP sangat cerah karena di Indonesia kepemilikan mobil per 1.000 penduduk masih rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, hanya 78. Peluang untuk bisnis masih terbuka lebar.

DP memiliki tingkat penjualan yang tumbuh dengan baik. Tahun 2019 sebelum pandemi, total penjualan baru Rp 2,7 triliun, kemudian di tahun 2021 ketika industri otomotif baru 80%-nya dibandingkan 2019, revenue DP sudah mampu tembus Rp 2,9 triliun. “Tahun ini kami perkirakan Rp 3,4 triliun de­ngan profit di atas Rp 300 miliar,” Irianto optimistis.

Tentu saja, keyakinan Irianto sang­at berdasar mengingat berbagai upaya pengembangan di setiap lini organisasi yang sudah dijalankannya.§


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved