Trends Economic Issues zkumparan

Di Akhir Masa Tugasnya, Mirza Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat

Di Akhir Masa Tugasnya, Mirza Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat
Karena sudah ada indikasi penurunan suku bunga oleh The Fed dan telah selesainya Pemilu, Mirza harapkan optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa semakin meningkat.

Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) mengakhiri masa tugasnya selama 5 tahun 10 bulan di bank sentral tersebut.

Dalam kesempatan pemaparan terakhirnya ini, ia menjelaskan kondisi ekonomi nasional dan global yang sedang berkembang. “Tahun 2018, situasi ekonomi kita bukan pada kondisi yang overheating. Jadi, kenaikan suku bunga pada 2018 adalah untuk merespons terhadap capital outflow yang terjadi akibat adanya perang dagang,” ujarnya di Jakarta, (23/7/2019).

Mirza menambahkan, tahun 2019, kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) melambat karena ada perang dagang yang mengakibatkan pesimisme ekonomi dunia, yang juga utamanya berdampak bagi Eropa dan China. “Dengan hal ini, The Fed berputar haluan. Yang tadinya terus menaikkan suku bunga, di tahun 2019 ini mulai memberikan aba-aba bahwa suku bunga AS akan turun,” imbuhnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, BI pun memanfaatkan suku bunga global untuk melakukan kelonggaran kebijakan moneter, di antaranya dengan melakukan penurunan harga BBM dan suku bunga. “Kalau suku bunga sudah mulai turun, maka minat investor membeli surat berharga akan meningkat, begitupun peningkatan pembiayaan pasar modal,” paparnya.

Lalu, berbicara mengenai perkembangan layanan financial technology (fintek) saat ini, nilai pembiayaan dari fintek mencapai Rp 8,3 triliun dengan tipikal pinjaman jangka pendek. “Pertumbuhannya sangat kencang, yakni 274%. Walaupun suku bunga yang ditawarkannya tinggi, namun ternyata tetap diminati, artinya masih banyak masyarakat yang membutuhkan kredit dan belum terjangkau oleh sistem perbankan,” tegas Mirza.

Berbeda halnya dengan penyaluran kredit dari bank untuk UMKM, yang sudah mencapai angka penyaluran Rp 1068 triliun. Terhitung per Maret 2018, jumlah peminjam (borrower) dalam layanan fintek mencapai 1,032 juta debitur, naik drastis pada Mei 2019 adalah mencapai 8,7 juta debitur. “Dengan hal ini, artinya masih banyak masyarakat yang membutuhkan pendanaan, baik untuk kegiatan produksi dan konsumer,” tandasnya.

Mirza pun berharap di Semester II tahun 2019 ini, optimisme pertumbuhan ekonomi bisa semakin meningkat, karena Indonesia sudah menyelesaikan Pemilu dan suku bunga pun menurun, “Untuk melawan tren global yang melambat, memang tidak mudah. Namun, perang dagang ini sifatnya sementara, karena lebih kepada agenda politik AS dalam menghadapi tahun politik 2020 semata,” terangnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved