Trends

DME Akan Gantikan Elpiji Sebagai Bahan Bakar pada 2024

Ilustrasi LPG 3kg, Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan penggunaan Dimethyl Ether (DME) untuk mensubtitusi elpiji pada 2024 mendatang. Harapannya, penggunaan DME bisa menekan angka ketergantungan impor elpiji selama ini.

Kepala Balitbang Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, untuk bisa mencapai target tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, utamanya proses pembangunan fasilitas yang diinisasi oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bisa dimulai paling tidak pada tahun depan.

Dia menyatakan, dari sisi teknis, kajian yang dilakukan Balitbang ESDM sudah memasuki tahap akhir. Pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan adalah tentang keekonomian penggunaan DME yang distimulus juga dari pemberian insentif dari pemerintah.

“Dalam bayangan kami, tahun ini kajian keekonomian, insentif keluar, tahun depan EPC dari sisi teknis selesai. Kita lihat 3-4 tahun lah (bisa dipasarkan),” kata Dadan disela konferensi pers virtual, Rabu (22/7).

Jika mau cepat, menurut Dadan, penggunaan DME juga masih butuh insentif berupa subsidi yang tetap harus diberikan dalam bentuk yang nanti bisa disepakati pemerintah. “Tapi yang jelas subsidinya lebih kecil dibandingkan subsidi ke LPG,” ujar Dadan.

PTBA Uji Terapan Gasifikasi Batu Bara

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mulai melakukan uji terapan untuk proyek gasifikasi batu bara coal to DME. Sekertaris Perusahaan PTBA, Apollonius Andwie memastikan proyek gasifikasi ini masih berjalan sesuai rencana.

Apollo menjelaskan dalam uji terapan PTBA bekerja sama dengan Kementerian ESDM. Selain uji terapan perusahaan juga melakukan uji laboratorium untuk penggunaan DME. Harapannya, dari hasil uji ini nantinya bisa meyakinkan bahwa penggunaan DME kompatibel sebagai subtitusi elpiji.

“Proyek Gasifikasi PTBA, khususnya Coal to DME sampai dengan saat ini masih berjalan sesuai rencana. PTBA bekerja sama dengan Lemigas untuk melaksanakan uji laboratorium dan uji terapan untuk pemakaian DME,” ujar Apollo, Kamis (23/7).

Selain melakukan uji lab dan uji terapan, perusahaan juga sedang menghitung angka keekonomian proyek. Perusahaan melibatkan Tekmira untuk kajian cost benefit ini.

“Selain Lemigas, PTBA juga bekerja sama dengan Tekmira untuk melakukan kajian cost benefit analysis,” ujar Apollo.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ESDM Dadan Kusdiana mengatakan persoalan keseimbangan suplai dan stok LPG ini ke depan bisa teratasi melalui pemanfaatan sumber energi lain, salah satunya Dimethyl Ether (DME).

“DME ini diarahkan terutama untuk mensubtitusi penggunaan LPG yang di awal dulu digunakan untuk mensubtitusi minyak tanah. Apalagi 75 persen penggunaan LPG di dalam negeri itu berasal dari impor. Kalau kita tergantung impor dari sisi ketahanan energi akan tidak terlalu baik,” kata Dadan saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (22/7).

Karakteristik DME, sambung Dadan, memiliki kesamaan baik sifat kimia maupun fisika dengan LPG. “Karena mirip makanya bisa menggunakan infrastruktur LPG yang ada sekarang, seperti tabung, storage, dan hadling eksisting,” ungkapnya.

Kelebihan lain adalah DME bisa diproduksi dari berbagai sumber energi, termasuk bahan yang dapat diperbarui. “Meskipun industrinya belum ada di Indonesia, kami akan mengembangkan pendukung teknis di dalam negeri baik dari sisi produksi dan pemanfaatan. Ini sangat beralasan kuat,” kata Dadan.

DME sendiri memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, smentara kandungan panas LPG senilai 12.076 Kcal/Kg. Kendati begitu, DME memiliki massa jenis yang lebih tinggi sehingga kalau dalam perbandingan kalori antara DME dengan LPG sekitar 1 : 1,6.

“Artinya 1 liter LPG sama dengan 1,2 liter DME,” ungkap Dadan.

Sumber: Republika.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved