Trends zkumparan

Dread Out, Film Layar Lebar Pertama Adaptasi dari Games Lokal

Dread Out, Film Layar Lebar Pertama Adaptasi dari Games Lokal

Mengangkat tema film dari buku cerita yang hits di Indonesia, sudah terbukti beberapa sukses di layar lebar. Namun tema game diangkat menjadi film, bisa dibilang belum ada. Film Dread Out yang mulai tayang di layar lebar pada 3 Januari 2019, menjadi film pertama di Indonesia yang mengadaptasi dari game lokal bergenre horor yang digemari para gamer.

Film yang dibintangi oleh Jefry Nichols ini menjadi pionir kolaborasi dua intellectual property (IP), yaitu film dan games. Untuk para gamer, sebenarnya tidak asing dengan film-film adaptasi game tapi garapan pekerja seni Hollywood sebut saja: Lara Croft, Final Fantasy, Resident Evil, Street Fighter, Need for Speed, atau yang bertema horor seperti Dread Out yang juga menuang sukses pada 2006, yaitu Silent Hills. Beberapa film tersebut menuai sukses besar di layar lebar, terbukti beberapa dibuat sekuelnya.

Bisa dibilang ini merupakan pertaruhan besar bagi produser dan investor film yang disebut menelan investasi sampai Rp 12 miliar. Lyto yang merupakan distributor game terbesar di Indonesia, salah satu investor yang mendukung pembuatan film ini. Diakui Andy Suryanto, Pendiri dan CEO Lyto, ini merupakan langkah baru bagi perusahaannya untuk terlibat langsung dalam sebuah produksi film.

“Saya tertarik terlibat karena Dread Out merupakan film adaptasi game pertama di Indonesia, jadi layak kami dukung,” tegasnya di Penang Bistro Grand Indonesia Jakarta. Ia mengaku sangat bersemangat dan memang sudah memimpikan mengangkat game lokal ke layar lebar. Menurutnya industri kreatif itu memungkinkan dua IP dikawinkan menjadi karya baru yang bisa memberi implikasi besar.

Bagi Kimo Stamboel yang ditunjuk sebagai sutradara dan penulis skenario film, tidaklah mudah mengadaptasi tema game ke layar lebar. Dia tertarik sekali mensutradarai film ini karena Dread Out merupakan game lokal yang dikembangkan secara indie dan telah di-review sangat bagus oleh Youtuber papan atas dunia PewDiePie. Untuk diketahui PewDiePie itu Youtuber dengan 79 juta subscriber dan memiliki penggemar loyal. “Dan bukan saja PewDiePie saja, ada banyak Youtuber lain yang mengapresiasi game ini reaksinya sangat bagus,” ungkapnya.

Ditambahkan Kimo, di era digital, tentu bukan sekadar penjualan di layar lebar saja andalan pendapatan dari film. “Kami juga akan mendorong distribusi global lewat layanan over the top (OTT) seperti Netflix, iFlix atau Hooq. Kami sudah dihubungi mereka, sedang berdiskusi mana pas,” katanya. Ia menambahkan digital platform menjadi pilihan jualan baru produser film saat ini, baik di dalam maupun luar negeri. Terlebih makin banyak film Indonesia hadir di platform OTT. “Risiko bisnis di film itu tinggi, harus diperkecil, jalur distribusi ke digital merupakan strategi paling tepat untuk memperkecil risiko tersebut,” tegasnya. Namun film ini baru akan hadir tentu setelah lepas 6 bulan tayang di layar lebar.

Wida Handoyo, Produser Film Dread Out, mengamini yang disampaikan Kimo. “Kami dari Goodhouse.id sebagai rumah produksi film ini, berharap film yang didukung Lyto ini mampu menjangkau pasar lebih luas, menjadikan proyek ini pelopor bagi para gamers dan developer untuk menghasilkan karya lebih bagsu lagi di industri kreatif, “ katanya.

Ia menyebut investasi film ini sekitar Rp 12 miliaran yang didukung oleh CJ Entertaintment dari Korea dan SkyMedia (Screenplay). Dukunga pemain dunia ini menjadi jaminan bahwa film ini akan juga hadir di layar lebar negara lain. Untuk meningkatkan awareness film ini Goodhouse.id menggandeng gamers profesional yaitu Muhammad Ikhsan yang dikenal sebagai Iksan Lemon main dalam film ini.

“Saya sangat excited dapat berkontribusi dan turut berperan dalam film pertama adaptasi dair game karya Indonesia dan ini pengalaman pertama saya main di film,” ungkapnya. Apalagi filmnya bercerita yang dekat dengan usianya, tentang sekelompok siswa SMA yang berharap mendapat popularitas di media sosial. Anak-anak SMA ini lalu ke apartemen kosong, tidak sengaja salah satu dari mereka masuk ke portal game misterius yang mengakibatkan membangunkan penunggu alam gaib berkebaya merah serta di dalam gamenya menyeret mereka ke dalam negara.

Winda menargetkan akan bisa menarik penonton minimal 1,5 juta dengan 200 layar bioskop yang menayangkan film ini di seluruh Indonesia. Tentu saja pihaknya dibantu Lyto dalam pree marketing strategy dengan menggandeng Gudang Voucher, Indo Digital dan beberapa pemain di industri game untuk meningkatkan minat komunitas gamer menonton film ini. “Kami juga melakukan soft launching teaser melalui eSport, serta berbagai aktivasi dengan offline event. Plus dukungan sponsor brand seperti Martabakku Menteng (penjualan tertinggi di GoFood—branding khusus kalau beli di sana ada kemasan khusus film Dread Out), Teh Kotak,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved