Management Trends zkumparan

Duet Nathan - Yusuf di Balik Helm Zulu

Foto: Dokumentasi Zulu

Tahun 2015, Nathan Roestandy mendirikan Zulu, sebuah brand helm yang baru-baru ini diberitakan menjadi partner Gojek dalam pengadaan helm dan jaket. Nama Zulu sendiri tercetus sewaktu Nathan kuliah di Kanada, tepatnya saat mengunjungi record store.

Selain desain retro yang unik, helm Zulu juga dilengkapi smart technology . Hadir di pasar Indonesia, helm ini dibanderol Rp 400 – 800 ribu dan bisa ditemui di e-commerce. Namun, siapa sangka helm dengan teknologi serupa bisa dijual seharga jutaan di luar negeri. Di Amerika, contohnya, helm serupa bisa dijual Rp 3,5 juta.

Memproduksi kualitas sedemikian rupa dengan harga terjangkau bukan merupakan hal mudah. Ada berbagai aspek yang dipertimbangkan, di antaranya dari segi material, proses R&D, teknologi, desain, dan lain-lain. Namun, bukan berarti Zulu kesulitan memasarkan produknya. Digemari di Indonesia, kini sudah mulai masuk pasar Malaysia dan selanjutnya membidik pasar Korea Selatan.

Dalam hal teknologi, di tahun 2018 Nathan menggandeng seorang rekan yang telah berpengalaman di bidang teknologi. Dialah Yusuf Syaid, yang kini didapuk sebagai Chief Technology Officer Zulu yang telah berkecimpung di dunia teknologi lebih dari 10 tahun selama bekerja di Australia. Yusuf juga menakhodai Zulu dalam project rebranding Gojek, di mana ia menyematkan Radio Frequency Identification ke dalam inventory Gojek.

Yusuf menyebut, saat rebranding, Gojek harus mengganti desain helm dan jaket, memproduksinya, lalu mendistribusinya ke lebih dari 1 juta mitra Gojek dalam kurun waktu 6 bulan. Dalam waktu 6 bulan tersebut, harus ada 1,2 juta jaket dan 1 juta helm yang terdistribusi. Sehingga setiap hari harus ada 12.000 ribu helm dan 8.000 jaket yang harus masuk gudang untuk didistribusikan ke mitra driver.

“RFID mengubah sistem inventory Gojek dari analog ke digital. Setiap helm dan jaket memiliki serial number masing-masing sehingga mempermudah sistem inventory,” jelas Yusuf.

Jumlah sebanyak itu dengan proses yang manual tentu memakan waktu lama. Dengan menggunakan RFID, proses distribusi ini bisa dilakukan dengan cepat. Chip RFID dimasukkan ke dalam helm dan jaket sehingga semuanya tinggal di-scan. Hanya dalam waktu tiga detik, satu kardus berisi 50 buah helm atau jaket bisa terdeteksi dan terdata. Saat ini, tersisa 20 ribu jaket dan 300 ribu helm Gojek untuk didistribusikan.

Nathan dan Yusuf mungkin hanya segelintir pemain yang berhasil membuat helm tidak hanya sebagai perangkat keamanan saat berkendara, namun juga smart assistant berkendara. Namun, Yusuf memproyeksikan kebutuhan teknologi pada helm akan berkembang.

“Kami melihat industri helm masih kurang dalam segi inovasi. Pada umumnya mereka hanya menjual helm dengan warna dan model yang berbeda. Padahal di luar negeri sudah banyak dijual helm yang memiliki bluetooth, speaker, dan smart technology lainnya,” ujar Yusuf.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved