Economic Issues

BI Sebut, Ekonomi Syariah Lebih Tahan Banting dan Cepat Pulih

Brand Ekonomi Syariah yang diluncurkan Presiden Joko Widodo (Foto: dok KNEKS).

Bank Indonesia (BI) terus mendorong ekonomi syariah untuk terus menjadi pilar pemulihan ekonomi nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni Primanto Joewono menyampaikan peran ekonomi syariah sangat signifikan karena sifatnya yang berdaya tahan dan pulih lebih cepat.

“Kita sudah lihat bahwa sektor unggulan ekonomi syariah lebih tahan pandemi dengan kontraksi yang lebih rendah yakni -1,72 persen, daripada kontraksi ekonomi nasional yang -2,07 persen, dan kini tumbuh lebih cepat dengan pertumbuhan satu persen dibanding kuartal sebelumnya,” katanya pada pembukaan FESyar Kawasan Wilayah Timur Gorontalo, Selasa (27/7).

Doni mengatakan pandemi Covid-19 telah berpengaruh pada 57 negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI). Dampaknya meliputi gangguan pasokan produk halal dan penurunan investasi hingga -13 persen secara tahunan pada 2020. Secara umum, sektor terdampak yakni makanan halal, modest fashion, dan muslim friendly travel.

Maka dari itu, Indonesia fokus pada tiga sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. FESyar menjadi salah satu upaya untuk mengkurasi produk-produk halal berkualitas tinggi yang bisa menjadi produk ekspor.

Doni mengatakan ekspor makanan halal Indonesia telah mencapai 10,34 miliar dolar AS dengan mayoritas tujuan Malaysia dan Arab Saudi. Ini merupakan sebuah perkembangan positif sehingga perlu dilanjutkan. Menurutnya, diversifikasi tujuan ekspor juga perlu terus dikembangkan untuk mencari pasar-pasar potensial baru.

“Kami harap FESyar yang dimulai dari kawasan timur ini jadi batu lompatan untuk membumikan ekonomi syariah di kawasan timur sehingga dapat berkontribusi optimal pada pemulihan ekonomi nasional,” katanya.

Doni mengakui bahwa antusiasme daerah untuk membangun ekonomi syariah sangat tinggi. Ini sejalan dengan implementasi blue print pengembangan ekonomi syariah Bank Indonesia yang memiliki tiga pilar. Yakni pengembangan melalui industri halal, pengembangan keuangan syariah, dan peningkatan literasi.

Pengembangan pilar-pilar tersebut dilakukan sekaligus melalui rantai pasok halal atau halal value chain. Saat ini ekosistem halal value chain itu meliputi lima sektor utama, yakni pertanian terintegrasi, pariwisata halal, makanan halal, fashion, dan energi terbarukan.

Salah satu programnya adalah IKRA untuk meningkatkan produksi produk UMKM berkualitas tinggi orientasi ekspor. Hingga saat ini keanggotaan IKRA mencakup 504 usaha. Yang berasal dari kawasan timur Indonesia yakni 61 UMKM fashion muslim, dan 92 UMKM makanan halal.

Selain itu ada juga pengembangan halal value chain berbasis pesantren yang kini beranggotakan 498 pondok pesantren, dan 114 diantaranya berada di kawasan timur Indonesia. Fokus pengembangannya sangat beragam, mulai dari daur ulang, air minum dan pertanian.

Sumber: Republika.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved