Economic Issues

Menlu Sebut 90 Persen Negara di Dunia Alami Perlambatan Ekonomi

Oleh Editor
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan sambutan dalam Rakernas Kadin Indonesia di Jakarta (Foto: Antara)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan sambutan dalam Rakernas Kadin Indonesia di Jakarta (Foto: Antara)

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengingatkan bahwa ekonomi dunia sedang berada pada titik terendah sejak terjadi krisis. Dia mengutip laporan International Monetary Fund (IMF) saat Rapat Kerja Nasional bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia di Menara Kadin, Selasa, 19 November 2019.

“Pada laporan IMF, terjadi perlambatan ekonomi. Bahkan tahun ini pertumbuhan ekonomi dunia mencapi titik terendah sejak krisis,” kata dia di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Selasa, 19 November 2019.

Dia menyatakan, IMF sudah melakukan koreksi beberapa kali terkait prediksi pertumbuhan ekonomi dunia. “Enam bulan terakhir sudah terjadi beberapa koreksi. Pertumbuhan untuk 2019 diperkirakan 3,2 persen,” ungkap dia.

Namun Retno menuturkan, untuk perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2020 mengalami koreksi kembali, tetapi mengalami sedikit perbaikan ke angka 3,5 persen. “Bukan tidak mungkin forecast akan di-adjust apabila situasi dunia tidak beubah,” ucapnya.

Mengutip perkataan dari Managing Director IMF Kristalina Georgieva, Retno menuturkan hampir 90 persen negara di dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. “Kristalina mengatakan global economy is in a syncronize slowdown,” katanya.

Dia menjelaskan, dengan situasi seperti ini yang menjadi salah satu penyebabnya adalah perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Retno menuturkan, konflik antara kedua negara adidaya tersebut tidam murni permasalahan ekonomi, namun ada sedikit bumbu politik.

“Apakah mereka dapat menyelesaikan masalahnya cepat atau tidak, kita tidak tahu,” ujarnya.

Untuk wilayah Asia, hubungan Korea Selatan dan Jepang memanas mulai dari ekonomi hingga pertahanan. Karena kedua negara tersebut termasuk dalam rantai pasokan global, jadi Indonesia pun terdampak dengan situasi tersebut.

Menurut Retno perselisihan negara bukan hanya mengenai tarif impor atau ekspor, namun juga melihat seberapa besar kepentingan nasionalnya masing-masing.

“Non tarif barier tidak bisa kita kesampingkan saat kita bicara masalah ekspor impor,” ungkapnya.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved