Trends Economic Issues zkumparan

Pemimpin Harus Tenang dan Bijak di Tengah Pandemi Corona

Di tengah situasi pandemi COVID-19, sebagian besar sektor usaha terdampak. Mulai dari UMKM hingga perusahaan besar. Meski demikian, dunia usaha tetap harus survive. CEO Daya Qarsa, Apung Sumengkar mengatakan, terdapat tiga skenario yang mungkin terjadi di Indonesia akibat merebaknya pandemi Covid-19.

“Ketiga skenario ini dari perspektif epidemiologi, ekonomi serta bisnis,” jelas Apung. Pertama, skenario New Normal yaitu pemerintah berhasil mengendalikan virus dalam waktu 2 – 3 bulan dengan jumlah kasus 5000-50.000, dengan puncaknya di akhir April dan jumlah kasus menurun secara signifikan pada Juni 2020. Secara ekonomi, Indonesia berhasil rebound ke level dan momentum sebelum krisis dengan level pertumbuhan PDB menurun sedikit ke level sekitar 3 – 4 %. Sedangkan secara bisnis, sebagian besar bisnis masih berjalan dengan cara kerja baru. PHK dan bangkrut pun hanya di sektor yang sangat terpengaruh.

Kedua, skenario Disorder yaitu virus baru berhasil dikendalikan oleh pemerintah dalam waktu 4 – 6 bulan. Jumlah kasus infeksi Covid-19 mencapai atau melewati 50.000 kasus di Indonesia. Terjadi kemerosotan konsumsi karena kebijakan karantina. Paket stimulus menyelamatkan krisis perbankan, tetapi PHK tetap terjadi. Pertumbuhan PDB dikhawatirkan menurun ke sekitar 0 – 3 %. Rantai pasok perusahaan semakin terganggu, cash buffer days sebagian perusahaan diestimasi pada posisi 50% (penghalusan) dari jumlah sebelum krisis.

Ketiga, skenario Survival di mana pemerintah gagal mengendalikan penyebaran virus untuk jangka waktu yang lama (6 bulan keatas) menyebabkan eskalasi pandemi hingga akhir tahun atau lebih dengan jumlah kasus infeksi Covid-19 diprediksi mencapai lebih dari 100.000 kasus. Kebijakan moneter dan fiskal dikhawatirkan tidak dapat memengaruhi dampak penuh dari kebangkrutan yang meluas dan tingkat pengangguran yang masif. Terdapat potensi krisis di industri keuangan dan perbankan. Selain itu pertumbuhan PDB bisa sampai minus, sesuai prediksi Kementerian Keuangan RI yang menyebut pada skenario terberat perekonomian RI dapat menyentuh titik minus 0,4%. Terhentinya kegiatan produksi industri karena tidak didapatkan bahan baku alternatif, harga komoditas, pembangunan infrastruktur, dan cash buffer days perusahaan sudah terpengaruh secara ekstrim.

“Pemimpin bisnis di Indonesia harus tetap bersikap tenang dan bijak (tidak gegabah) dalam menghadapi krisis ini; janganlah mengorbankan kebutuhan jangka panjang hanya karena kepentingan sesaat. Selain itu, perusahaan di Indonesia harus memperhatikan seluruh aspek ketika menyusun strategi untuk bertahan (dan menang) di era krisis,” Apung menyarankan.

Lebih lanjutnya, agar dapat bertahan dan bahkan keluar sebagai pemenang setelah krisis ini berlalu, maka perusahaan disarankan untuk melakukan tiga hal.

Pertama, melakukan strategic team alignment. Pemimpin perusahaan dihimbau untuk tidak panik dan senantiasa ingat bahwa ada banyak orang dekat yang sebenarnya memiliki kapabilitas dan kapasitas untuk membantu perusahaan / bisnis dia untuk bertahan di era krisis.

Kedua, para pelaku bisnis disarankan untuk mulai mengembangkan “business continuity plan” demi mengamankan revenue saat ini atau mencari peluang bisnis baru, serta mengoptimalkan biaya. “Tak ketinggalan kesinambungan atau kepastian situasi kerja untuk SDM harus selalu dijaga, dan memastikan kesiapan infrastruktur pendukung untuk mendukung perilaku kerja baru,” jelas Apung.

Terakhir, pelaku bisnis sebaiknya membentuk tim crisis management office untuk mengeksekusi dengan sangat cepat. “Dengan berbagai langkah terukur dan bijak, serta disertai dengan mitra yang tepat, pebisnis diharapkan dapat melalui krisis ini dengan selamat dan bahkan menjadi pemenang,” Apung menandaskan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved