Economic Issues

Pemulihan Maskapai Penerbangan Global akan Lebih Lama

Para penumpang tampak sepi di bandara internasional Madrid, Spanyol di tengah pandemi Covid-19 (foto: dok).

Lalu lintas penumpang maskapai global tidak akan kembali ke tingkat pandemi pra-COVID-19 hingga 2024, setahun lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya, demikian pengumuman Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) dalam perkiraan barunya Selasa.

Lalu lintas penumpang, yang memperhitungkan jumlah penumpang dan jarak yang mereka tempuh, turun lebih dari 86% pada bulan Juni, dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah total penumpang pesawat pada tahun 2020 diperkirakan akan turun 55% dibandingkan tahun lalu, lebih buruk dari penurunan 46% yang diperkirakan oleh IATA pada bulan April lalu.

Asosiasi itu mengutip “lambatnya” pengendalian virus di negara-negara berkembang dan Amerika, yang bersama-sama mewakili sekitar 40% dari pasar perjalanan udara global, menyebabkan suramnya prakiraan tersebut.

Harian USA Today melaporkan dalam serangkaian pemaparan mengenai pendapatan kuartalan minggu lalu, para eksekutif maskapai penerbangan besar AS menyebut lonjakan kasus COVID-19 A.S sebagai penyebab kemerosotan baru, permintaan penumpang.

Perusahaan-perusahaan juga memangkas anggaran perjalanannya dan lebih memilih meneruskan pertemuan secara virtual. Kepercayaan konsumen terhadap perjalanan udara belum pulih, karena meningkatnya pengangguran dan risiko kesehatan lebih besar daripada keinginan untuk bepergian. IATA mengatakan pembatasan perjalanan pada menit-menit terakhir tidak membantu, seperti perintah karantina Inggris pada hari Sabtu untuk penumpang yang datang dari Spanyol.

Permintaan untuk penerbangan jarak dekat diharapkan pulih lebih cepat dari penerbangan jarak jauh. IATA mengatakan maskapai China memimpin dalam pemulihan lalu lintas penumpang domestik namun disertai keengganan. Setidaknya delapan maskapai penerbangan China telah memulai kampanye terbang murah, sepuasnya dan bekerja sama untuk menghidupkan kembali perjalanan di negara itu, demikian dilaporkan kantor berita AFP.

Direktur Jenderal dan CEO IATA Alexandre de Juniac mengecam kebijakan menghentikan dimulainya pembukaan kembali kegiatan yang menghancurkan kepercayaan serta karantina yang mematikan permintaan. Dia juga menyampaikan seruan agar dilakukan pendekatan yang tepat sasaran dan pasti untuk perjalanan selama pandemi. [my/lt]

Lihat: artikel asli


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved