Economic Issues

Pengusaha Beras Pilih Karantina Wilayah Ketimbang Lockdown

Aktifitas pekerja di gudang beras. Foto : ANTARA/Nova Wahyudi

Para pengusaha beras yang tergabung dalam Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras) mengusulkan kepada Pemerintah agar lebih memilih opsi karantina wilayah ketimbang lockdown. Apabila pemerintah terpaksa melakukan karantina, sebaiknya yang dilakukan adalah karantina wilayah, bukan lockdown.

Wakil Ketua Umum Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras), Billy Haryanto, mengatakan dengan karantina wilayah, distribusi logistik seperti beras masih bisa terus berjalan. “Sebaiknya karantina wilayah saja, karena distribusi beras masih bisa berjalan. Kalau lockdown, masyarakat tidak bisa kemana-mana dan di rumah saja,” katanya di Jakarta, Senin (30/3).

Billy mengatakan karantina wilayah hanya membatasi pergerakan orang dari satu wilayah ke wilayah lainnya dan tidak membatasi pergerakan distribusi barang. “Jadi di perbatasan wilayah nantinya para sopir truk yang membawa beras tinggal menunjukkan kartu pas,” katanya.

Keberlangsungan pedagang beras menurut Billy menjadi penting di saat situasi “krisis” seperti sekarang ini. Karena peredaran beras di Jabodetabek 98 persen dipegang pelaku swasta.

Selain itu, banyak pekerja informal yang menggantungkan hidupnya dari distribusi beras. “Kecuali Bulog yang dikelola BUMN yang pegang mau di-lockdown juga engga masalah. Harus diingat, perhatikan kuli di pasar Cipinang rata-rata dari luar DKI, Serang, dan Karawang,” katanya.

Berbeda apabila pemerintah memberlakukan lockdown, pengusaha beras di daerah tidak akan mengirimkan berasnya ke Jakarta. Karena mereka khawatir beras tidak akan masuk karena pemberlakuan karantina total. Selain itu, diksi lockdown, menurut Billy, terkesan menakutkan bagi masyarakat

“Lockdown kan dikunci total, sopir-sopir truk yang membawa beras takut bila statusnya lockdown, karena beras tidak akan masuk. Arus logistik jadi terganggu. Dan kalau dengar kata lockdown, masyarakat jadi takut,” katanya.

Menurut diadistribusi beras menjadi sangat penting, karena di pasar induk beras Cipinang, ketersediaan beras hanya cukup untuk 25 hari ke depan. “Stok beras di pasar induk Cipinang cukup untuk 25 hari,” katanya.

Sumber: Republika.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved